Buka Gastronomi Mini Potluck Festival, Waseskab: Makan dan Makanan Bukan Sekadar ‘Methods of Survival

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 Oktober 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 19.658 Kali
Waseskab Ratih Nurdiati didampingi perwakilan IGA dan peserta membuka Gastronomi Mini Potluck Festival, di Gedung Kriba Bhakti Kemensetneg, Jakarta, Kamis (25/10) siang. (Foto: JAY/Humas)

Waseskab Ratih Nurdiati didampingi perwakilan IGA dan peserta membuka Gastronomi Mini Potluck Festival, di Gedung Kriba Bhakti Kemensetneg, Jakarta, Kamis (25/10) siang. (Foto: JAY/Humas)

Wakil Sekretaris Kabinet (Waseskab) Ratih Nurdiati membuka Gastronomi Mini Potluck Festival yang bertemakan “Tradisi Rasam Makanan, Penyajian Aneka Makanan Indonesia dan Internasional dari Barat sampai Timur”, di Gedung Krida Bhakti Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (25/10) siang.

Dalam acara yang diselenggarakan atas kerja sama Indonesia Gastronomi Association (IGA) dengan Sekretariat Kabinet (Setkab) itu disajikan beragam menu makanan antara lain buntil dan botok dari Jawa Tengah, Se’i dari NTT, Arsik dan Roti Jala dari Sumatera Utara, Sala Lauak dari Sumatera Barat, Choipan dan Tempoyak dari Kalimantan Barat, Mie Celor dan Pempek dari Sumatera Selatan, Paniki dan Woku dari Sulawesi Selatan, Ikan Kuah Kuning dari Papua, dan makanan dari beberapa daerah lainnya.

Dalam sambutannya Waseskab Ratih Nurdiati mengatakan, Gastronomi Mini Potluck Festival adalah ajang mengenal dan mencintai makanan leluhur kita. “Makanan Indonesia yang kita nikmati cintai dan terhidangkan di depan kita adalah bagian dari gastronomi Indonesia, makanan atau makan yang bermula dari suatu kebutuhan untuk bertahan hidup nenek moyang kita,” ujarnya.

Setelah melalui proses panjang turun temurun akulturasi dan proses perkembangan jaman, menurut Waseskab, makan dan makanan bukan lagi sekedar methods of survival tetapi telah menjadi bagian dari kearifan lokal dalam memilih, memilah, mencampur dan memasak makanan.

“Katanya seorang gastronom yang baik tidak harus bisa memasak atau pandai memasak, namun yang penting adalah paham mengenai keahlian memasak atau mengetahui tentang seni memasak, seni makanan. Jadi makanan ini adalah seni,” ucap Waseskab.

Seharusnya Lebih Menarik

Dengan beranekaragamnya jenis makanan di Indonesia ini mengingat banyaknya jumlah suku dan luasnya wilayah Indonesia, Waseskab Ratih Nurdiati mengatakan, seharusnya membuat makanan kita lebih menarik dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain yang jumlah sukunya, luasnya tidak sebanyak kita.

Bahkan kalau menengok ke belakang, kita tentu masih ingat ratusan tahun yang lalu bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah yang merupakan bahan dasar dari masakan khas Indonesia.

“Seharusnya belajar dari latar belakang sejarah tersebut, kita harus lebih serius dalam menyikapi, merancang strategi agar makanan kita menjadi andalan bangsa kita, khususnya di bidang pariwisata dan lebih khusus wisata kuliner,” kata Waseskab.

Berdasarkan data dari Travel and Tourism Competitiveness Index dari World Economic Forum, menurut Waseskab,  untuk tahun 2017 daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat 42 dari 136 negara, yang berarti  naik 8 peringkat dari tahun sebelumnya.

“Jadi harus kita syukuri daya saing pariwisata Indonesia meningkat. Tapi kita yakin kalau kita melibatkan lebih banyak dan lebih intens lagi wisata kuliner di dalamnya, maka peningkatan peringkat itu akan semakin cepat dan itu semua kita butuhkan,” tutur Waseskab.

Menurut Waseskab, wisata berbasis kuliner perlu dikemas semakin baik dan berintegrasi dengan lebih mantap dengan aspek-aspek pariwisata lainnya yakni destinasi, event, atraksi wisata dalam integrasi dengan kuliner kita.

Adapun pengembangannya, lanjut Waseskab, tidak hanya di dalam negeri, tapi juga harus bergerak keluar negeri, yang akan diukur dengan makin bertambahnya restoran-restoran yang menyajikan makanan Indonesia di luar negeri.

Acara Gastronomi Mini Potluck Festival ini dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Wakil Sekretaris Kabinet Ratih Nurdiati, Gubernur Kalimantan Selatan, Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, perwakilan dari Kedutaan Besar Vietnam dan Laos, Dharma Wanita Persatuan Kemensetneg & Setkab, Indonesian Gastronomy Association dan Ormas lainnya, serta perwakilan K/L dan pemerintahan daerah. (UN/JAY/ES)

 

Berita Terbaru