Peresmian Pembukaan Jambore Kebangsaan Bela Negara Keluarga Besar Forum Komunikasi Putra Putri TNI-Polri (FKPPI), 7 Desember 2018, di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Desember 2018
Kategori: Sambutan
Dibaca: 5.001 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Syalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati Ketua DPR Republik Indonesia,
Yang saya hormati para menteri Kabinet Kerja yang hadir,
Yang saya hormati Ketua Umum PP FKPPI Bapak Pontjo Sutowo beserta seluruh jajaran pengurus FKPPI dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote,
Yang saya hormati Ketua Umum Pemuda Pancasila Pak Yapto,
Yang saya hormati para perwira tinggi TNI/Polri,
Bapak-Ibu sekalian seluruh peserta Jambore Kebangsaan Bela Negara.

Selamat pagi!
Selamat pagi!
Selamat pagi!

FKPPI!
FKPPI!
FKPPI!

Pertama-tama, saya ingin bertanya dulu pada 1.000 Kader Bela Negara Keluarga Besar FKPPI yang hari ini hadir:
Apakah Saudara-saudara terus akan setia kepada NKRI?
Apakah Saudara-saudara siap untuk terus membela NKRI?
Apakah Saudara-saudara akan terus setia kepada Pancasila?
Apakah Saudara-saudara akan terus siap membela Pancasila?

Terima kasih.
Terima kasih.
Terima kasih.

Dan saya minta jawaban Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya tadi tidak hanya di bibir dan diteriakkan saja tapi juga di pikiran, tapi juga di hati. Karena Saudara-saudara mewarisi semangat juang, mewarisi semangat bela negara, mewarisi semangat cinta tanah air yang sudah ditunjukkan dan dipegang teguh oleh orang tua kita semuanya, oleh generasi pendahulu kita yang sudah berkeringat,  berdarah, berkalang tanah, bertaruh nyawa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Para Kader Bela Negara Keluarga Besar FKPPI yang saya banggakan,
Kita bersyukur kepada Allah SWT bahwa selama 73 tahun Indonesia dapat terus bersatu, dapat terus bergerak maju karena kita memiliki Pancasila. Kita memiliki Pancasila dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.

Di negara Pancasila keragaman menjadi sumber kekuatan, bukan sumber perpecahan. Kita tahu, negara kita ini berbeda beda, beda suku, beda agama, beda adat, beda tradisi, bisa beda bahasa daerah, berbeda-beda. Dan di negara Pancasila kepentingan bangsa, kepentingan negara harus diletakkan di atas kepentingan golongan atau pribadi.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Kita tidak boleh lengah, kita harus selalu menjaga Pancasila, menjaga NKRI, dan harus memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila harus terus diingat, terus diterapkan dalam kehidupan kebangsaan kita sehari-hari. Kita jangan pernah memberi ruang kepada ideologi-ideologi lain yang ingin mengganti Pancasila. Jangan pernah kita berikan ruang sekecil apapun. Jangan sampai ideologi-ideologi impor, ideologi- ideologi dari luar mendapatkan ruang untuk menggeser Pancasila yang akhirnya hanya akan mengoyak negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengoyak merah putih, dan mengkhianati cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perlu saya ingatkan bahwa tugas Saudara-saudara dalam membela negara tidak akan mudah. Di zaman sekarang, tidak cukup membela negara hanya dengan berorasi, tidak cukup hanya dengan mengumpulkan massa. Membela negara harus dilakukan dalam berbagai bentuk kerja nyata. Dalam membela negara bisa dilakukan melalui berbagai bidang, berbagai profesi.

Bela negara bisa dilakukan dengan menjadi dokter, bisa, yang memiliki dedikasi untuk memberikan pelayanan kesehatan pada rakyat, utamanya di daerah-daerah terpencil yang berada di beranda-beranda terdepan tanah air kita. Bela negara juga bisa dilakukan dengan menjadi insinyur, turut terlibat dalam kerja besar bangsa dalam pembangunan infrastruktur yang Indonesiasentris. Ini dilakukan oleh Kader FKPPI, bekerja keras mati-matian, Pak Basuki Menteri PUPR beserta seluruh jajarannya.

Bela negara juga bisa dilakukan dengan menjadi guru yang tanpa pernah kenal lelah memberikan pendidikan terbaik bagi generasi masa depan bangsa kita. Bela negara juga bisa dilakukan dengan menjadi pengusaha, menjadi sociopreneur, model baru dalam dunia usaha yang turut menyelesaikan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat kita. Bela negara juga bisa dilakukan dengan menjadi pribadi-pribadi terbaik yang berkarakter, yang optimis, yang tidak pesimis, yang memberikan sumbangsih kepada kemajuan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia.
Tadi menyinggung sedikit mengenai yang disampaikan oleh Pak Ketua DPR RI mengenai isu-isu. Ini perlu saya sampaikan di kesempatan yang baik ini. Banyak disampaikan di bawah, isu Presiden Jokowi itu PKI. Dan bahkan akhir-akhir ini banyak spanduk-spanduk seperti itu. Saya sudah empat tahun ini sabar, sabar, sabar. Saya diam, enggak menjawab itu bukan apa-apa, saya diam dulu saja. Tetapi sekarang saya harus menjawab. PKI itu dibubarkan tahun 1965 – tahun 1966. Saya lahir itu tahun 1961. Umur saya baru empat tahun. Apakah ada balita PKI? Apakah ada PKI balita? Cara-cara berpolitik yang tidak beretika seperti itu harus dihentikan. Itu merusak cara-cara kita dalam berdemokrasi, dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Coba kita lihat di medsos banyak sekali gambar. Ini ada gambar, di medsos ini. DN Aidit, Ketua PKI baru berpidato, berorasi, itu tahun 1955, kok di dekatnya ada saya? Coba, saya lihat-lihat ini kok ya wajah saya gitu di taruh di situ. Ini cara-cara yang tidak beretika dan tidak beradab. Saya lahir saja belum kok sudah di dekatnya podiumnya Aidit. Hal-hal yang tidak masuk akal seperti ini harus dijelaskan kepada masyarakat. Tetapi, ini perlu saya sampaikan, ada sembilan juta lebih masyarakat kita yang percaya. Ini yang berat. Kenapa saya jawab? Karena saya mendapatkan survei angka bahwa sembilan juta lebih masyarakat kita percaya terhadap fitnah-fitnah seperti ini. Jadi di mana-mana saya singgung hal-hal seperti ini.

Yang berkaitan dengan antek asing, Presiden Jokowi itu antek asing. Antek asing yang mana? Saya tanya. Coba kita lihat Blok Mahakam, yang sudah berapa puluh tahun dipegang oleh Jepang dan Perancis, sekarang sudah 100 persen kita serahkan kepada Pertamina. Blok besar, Blok Rokan yang dikelola Chevron berapa puluh tahun, sekarang juga sudah 100 persen dimenangkan oleh Pertamina. Freeport, Freeport di Papua, ini tinggal menunggu waktu saja. Kita sudah Head of Agreement, sudah Sales and Purchase Agreement, juga kita selesaikan. Saya sudah perintahkan kepada Menteri harus diselesaikan di bulan ini, bulan Desember, untuk mendapatkan mayoritas 51 persen. Kita sudah berapa puluh tahun, lebih dari 40 tahun, hanya dapat sembilan persen, diam saja, enggak ada yang demo. Begitu kita ambil 51 persen kok malah menunjuknya ke saya antek asing. Antek asing yang mana? Saya tanya antek asing yang mana? Jangan dibalik-balik. Jadi saya jawab sekarang kalau ada isu-isu, saya enggak diam, akan saya jawab.

Saudara-saudara seluruh Kader Bela Negara dan Keluarga Besar FKPPI yang saya banggakan,

Saya juga berpesan agar kita semuanya, Saudara-saudara semuanya, menjadi sumber energi dalam hijrah bangsa Indonesia yang sedang berjalan saat ini. Kita harus hijrah dari ketimpangan menuju kepada keadilan sosial; hijrah dari ketertinggalan menuju ke kemajuan; hijrah dari individualisme menjadi gotong royong, berkolaborasi; hijrah dari ketidakpedulian menuju ke rasa persaudaraan dan kerukunan; hijrah dari sikap-sikap konsumtif menuju ke sikap-sikap yang produktif, yang lebih produktif. FKPPI harus menjadi sumber inspirasi bagi rakyat Indonesia untuk selalu mencintai negara, untuk melakukan lompatan-lompatan kemajuan, untuk mewujudkan Indonesia yang maju.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Semangat pagi!

Semangat pagi!

Semangat pagi!
FKPPI!
FKPPI!
FKPPI!

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru