Peninjauan Program Mekaar Binaan Permodalan Nasional Madani (PNM), 30 Januari 2019, di Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 Januari 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 3.107 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirrabbilalamin,
wassalatu wassalamu ‘ala ashrifil anbiya i wal-mursalin,
Sayidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammaddin,
wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in amma ba’du.

Yang saya hormati Bapak-Ibu Menteri yang hadir; Bu Menteri BUMN, Pak Menteri PUPR, Pak Menteri Sekretaris Negara, Pak Gubernur Jawa Barat, Pak Bupati Kabupaten Bekasi,
Serta Dirut PNM, seluruh Dirut yang hadir pada hari ini, dari BNI, BTN, Mandiri, Pegadaian,
Serta Ibu-ibu semuanya nasabah Program Mekaar dari PNM.

Apa kabar Ibu-ibu?
Yelyelnya mana?

Ibu-ibu Mekaar?
(Jujur, disiplin, kerja keras!)
Ibu-ibu Mekaar?
(Jujur, disiplin, kerja keras!)
Ibu-ibu Mekaar?
(Jujur, disiplin, kerja keras!)
Ibu-ibu Mekaar?
(Jujur, disiplin, kerja keras!)

Pertama, jujur. Ibu-ibu ini mendapatkan kepercayaan dari Program Mekaar. Ada yang dapat Rp2 juta, mana yang dapat Rp2 juta? Ada yang dapat Rp3 juta, ada yang dapat Rp3,5 juta, ada yang dapat Rp4 juta, belum? Ya, nanti.

Kenapa Ibu-ibu diberi Rp2 juta, Rp3 juta, Rp3,5 juta, kenapa? Karena Ibu-ibu dipercaya. Kenapa Ibu-ibu dipercaya? Karena Ibu-ibu dilihat ada kejujuran. Tetapi selain kejujuran juga akan dilihat yang kedua nantinya, kedisiplinan. Mengangsur enggak? Menyicil enggak? Nah itu dilihat, dinilai terus. Kemudian juga dilihat Ibu-ibu kerjanya seperti apa, ada yang kerjanya biasa, jam delapan sampai jam empat, ya kan? Tapi ada juga yang kerja keras, habis subuh sampai malam, ada. Itu juga dilihat. Artinya jujur, disiplin, kerja keras betul-betul akan dilihat oleh Program Mekaar ini, oleh PNM.

Saya kemarin waktu di Jakarta saya juga ketemu dengan ibu-ibu PNM, dapat Rp3 juta. “Ibu-ibu dipakai untuk apa?,” cerita ini, saya tanya. Saya suruh maju kan, saya tanya, ”dipakai untuk apa Rp3 juta Bu?” “Untuk nasi uduk, untuk jualan nasi uduk, untuk jualan pempek.” “Sebelumnya?” “Sebelumnya hanya menitipkan tapi setelah itu ada warung.” Oke, ini bagus. “Terus Ibu bekerja jam berapa?” “Pak untuk nyiapin itu, habis Subuh sudah nyiapain, nanti mulai sudah jam enam.” Kenapa jam enam, kan sudah banyak kan sudah banyak konsumen yang ingin membeli? “Terus tutupnya jam berapa?” “Ya kadang jam tujuh, kadang jam delapan, kadang jam sembilan.” Ini yang namanya kerja keras.

Saya dulu memulai usaha juga dengan sebuah uang yang sangat-sangat kecil sekali. Kalau tanya ke saya, “kerjanya jam berapa Pak dulu Pak?” Ya habis Subuh sampai tengah malam, sampai kurus saya begini. Serius. Jangan dipikir saya tidak mengalami, saya mengalami. Dari usaha yang super mikro kemudian naik lagi ke tingkat yang lebih atas mikro, naik lagi ke usaha kecil, Ibu-ibu ini nanti juga akan kita bawa kesana. Yang Rp2 juta sudah naik Rp3 juta, naik Rp4 juta, naik lagi Rp6 juta, sudah. Kalau sudah Rp6 juta naik ke tingkat Rp10 juta pindah nanti, pindah kelas naik ke KUR. Ke bank, ke BRI bisa, ke BTN bisa, ke BNI bisa, ke Mandiri bisa. Naik kelas, bisa Rp10 juta, bisa Rp25 juta, bisa Rp500 juta. Kalau usahanya semakin gede ya tambah enggak apa-apa. Yang paling penting disiplin mengangsur dan mencicil.

Caranya sepertinya apa? Saya kemarin juga tanya ke ibu-ibu, setiap hari itu menabung, menabung. Kemarin yang saya tanya, “Berapa menabung sehari?” “Rp20 ribu, Pak.” Rp20 ribu, Rp20 ribu, Rp20 ribu seminggu kasihkan.  Rp20 ribu, Rp20 ribu, Rp20 ribu seminggu kasihkan. Enteng sekali. Jangan besok mau menyicil sekarang baru cari-cari. Menabung, menabung, menabung sehingga pas harinya tinggal, “nih.” Itu yang namanya disiplin memegang uang.

Yang kedua saya titip, ke AO juga titip, Ibu-ibu ini agar mulai diberikan pembelajaran untuk pembukuan, uang masuk, uang keluar, barang masuk, barang keluar, dicatat semuanya. Sehingga nanti kalau masuk ke KUR, masuk ke bank, ditanya pembukuannya ada. Meskipun sederhana tapi ada pembukuan. Karena kalau masuk ke bank pasti ditanya pembukuan.

Coba maju sini yang dapat Rp3 juta! Tunjuk jari dulu, tunjuk jari yang dapat Rp3 juta mana? Atau Rp2 juta enggak apa-apa tunjuk jari! Sini coba yang kuning itu, sini maju. Yang mau pindah ke KUR, yang mau dapat Rp10 juta? Ya, Ibu. Sini yang baju hitam, ya maju. Sini maju.

(Dialog Presiden RI dengan Perwakilan Penerima Manfaat Program Mekaar)

Ya Ibu-ibu, jadi jelas lho ya, bahwa Program Mekaar ini kita ingin menaikkan Ibu-ibu ke tingkat yang lebih atas lagi, lebih atas lagi, lebih atas lagi. Tapi hati-hati, Ibu-ibu diberi kepercayaan, pegang itu yang namanya kepercayaan. Jangan sampai Ibu-ibu kehilangan kepercayaan, baik dari Program Mekaar dari PNM, maupun dari konsumen kita. Kalau kita punya barang, omong kualitasnya A, ya A, jangan omong kualitas A nanti keluarnya B, hati-hati. Ibu-ibu ini dipercaya. Ibu-ibu dapat Rp2 juta, Rp3 juta ini tanpa agunan kan? Pakai agunan ndak? Tanpa agunan kan? Artinya, sekali lagi, Ibu-ibu itu dipercaya. Menjadi orang yang dipercaya itu tidak mudah. Sehingga, sekali lagi saya minta disiplin mengangsurnya, menyicilnya, kerja keras, terus pertahankan yang namanya kejujuran kita.

Saya ingin nanti ketemu lagi Ibu-ibu dua tahun lagi, tiga tahun lagi Ibu-ibu sudah naik level semuanya. Sudah masuk, ini yang hadir di sini sudah masuk semuanya ke  KUR, ada yang dapat Rp100 juta, alhamdulillah silakan. Sampai berapa Pak? Rp500 juta kan? Rp500 juta bisa. Nanti punya toko yang gede, kenapa tidak. Ibu-ibu memiliki kesempatan itu dan kita patut bersyukur bahwa Ibu-ibu semuanya dipercaya oleh Program Mekaar dari PNM.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru