Peresmian Pembukaan Green Fest Tahun 2019, 31 Januari 2018, di Cendrawasih Room Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja; Ibu Menteri BUMN, Pak Sekretaris Kabinet,
Serta seluruh Dirut, Direksi, Komisaris BUMN yang hadir,
Dan Saudara-saudara semuanya generasi inovator, anak-anak muda, milenial. Selamat sore!
Senang banget saya datang sore hari ini. Bukan apa-apa, semangatnya tadi lho.
Kita tahu, kita tahu semuanya bahwa sekarang ini yang namanya lanskap politik global berubah begitu sangat cepatnya. Lanskap ekonomi global juga berubah begitu sangat cepatnya. Lanskap sosial global juga berubah begitu sangat cepatnya. Benar. Menurut McKinsey Global Institute bahwa dampak perubahan dari Revolusi Industri Jilid Keempat ini 3.000 kali lebih cepat dibanding revolusi industri di jilid pertama. Artinya apa? Akan ada perubahan yang sangat cepat sekali. Akan ada perubahan dan sudah, sudah dan akan ada perubahan yang sangat cepat sekali di bidang politik, di bidang ekonomi, dan sosial yang tidak bisa kita hambat dan kita cegah kembali.
Siapa yang bisa merespons dengan cepat? Siapa yang bisa mengantisipasi adanya perubahan-perubahan ini dengan cepat? Siapa? Saudara-saudara semuanya. Bisa mengikuti, bisa merespons, bisa mengantisipasi, bisa merencanakan, adalah Saudara-saudara semuanya, enggak ada yang lain.
Apa yang ingin saya titipkan pada sore hari ini? Ikuti terus perubahan-perubahan itu, pelajari terus agar kita tidak ditinggal oleh negara-negara lain. Tapi, jangan mengubah kepribadian kita, jangan mengubah karakter ke-Indonesia-an kita. Bangsa kita ini bangsa yang penuh etika, beradab, penuh tata krama, penuh dengan budi pekerti, penuh dengan sopan santun, kesopansantunan. Itu yang jangan sampai hilang, karakter ke-Indonesia-an itu.
Silakan yang ingin membangun aplikasi sistem, silakan. Ingin membangun platform sistem, silakan. Ingin membangun yang offline, silakan. Ingin membangun yang online, silakan. Karena sekarang ini terbuka sangat, terbuka sangat dan yang bisa masuk ke tempat-tempat itu, sekali lagi, adalah Saudara-saudara semuanya.
Saya, saya, inginnya belajar. Untung punya anak yang seusia Saudara-saudara semuanya. Ada apa, pasti saya tanya, ada barang baru apa saya tanya sehingga saya mengerti atau sedikit-sedikit tahu. Mengerti semuanya juga enggak, tapi sedikit-sedikit saya mengikuti.
Waktu dua tahun yang lalu, Mobile Legends baru ramai-ramainya anak saya sudah omong, eM-aL-eM-eL ini apa, pikiran saya kan beda, rupanya Mobile Legends. Setelah itu saya tanya ini apa sih, mainnya kayak apa sih, terus yang jago siapa sih. Anak saya omong, yang jago namanya Jess No Limit. Begitu dia omong, besoknya saya undang dia, karena saya mau mengerti apa, menghasilkan uang ratusan juta, bahkan miliar hanya menjadi gamers. Saya suruh dia main. Saya juga geleng-geleng, ini kok ada kayak begini cepatnya.
Inilah perubahan-perubahan. Sekali lagi, ada perubahan yang harus kita ikuti, harus kita respons, harus kita antisipasi. Tetapi sekali lagi jangan mengubah karakter ke-Indonesia-an kita.
Saya senang sekali tadi waktu masuk ke sini ada stan-stan kecil yang memamerkan, yang pertama tadi saya ditunjukkan, Pak ini kalau kita punya halaman sempit atau rumah yang sempit tetap juga bisa berkebun yang vertikal maupun berkebun di bawah, caranya seperti ini. Hal-hal seperti ini yang sekarang ini diperlukan ini. Enggak usah saya sebut ini apa begitu ya.
Ke sini lagi, ada aplikasi sistem yang memberikan bantuan kepada petani-petani yang membutuhkan untuk kita bisa invest juga bersama-sama dengan petani. Silakan dibagi hasil atau silakan hitungannya seperti apa persentasenya. Ini sebuah inovasi yang sangat bagus sekali, membangun sebuah platform online yang ditawarkan. Yang saya lihat yang agak besar, ada peer to peer, juga itu juga sebuah platform yang sangat bagus sekali.
Apa yang bisa kita ambil dari beberapa tadi stan-stan di depan yang ada? Ya itu, ya itulah perubahan. Perubahan itu sudah ada, sudah berjalan, dan akan lebih banyak sekali hal-hal yang baru seperti itu, inovasi-inovasi baru seperti itu.
Saya ingin ada yang maju yang memiliki ide tetapi belum dijalankan, yang memiliki ide tapi belum dijalankan. Akan dijalankan. Ada enggak di sini? Ada. Ada lagi? Ada. Ada lagi? Ada. Ada lagi? Ada. Ada lagi? Ada. Banyak banget. Sudah, saya pilih satu, tadi yang pertama sini maju.
Ada yang punya ide tapi sudah dijalankan dan sudah memberikan hasil, ada enggak? Ada? Ada. Ada lagi? Enggak apa, kecil-kecil enggak apa-apa. Ide itu enggak perlu harus dalam jumlah uang yang gede, juga enggak kok. Tapi ide, yang saya perlukan ide, sudah dijalankan dan menghasilkan. Menghasilkan pun enggak apa-apa berapapun, tapi sudah menghasilkan, memberi income. Ada? Mana? Ada? Itu ada. Ada? Ada. Coba yang merah, maju. Dari tadi begini-begini. Sudah begini, begini lagi, begini, begini lagi.
Ada yang punya ide tapi mahasiswa? Idenya harus bagus, kalau enggak bagus jangan tunjuk jari. Jangan tunjuk jari. Kalau merasa tidak bagus jangan tunjuk jari. Ini dari tadi ngotot terus, sini maju. Apa tunjuk-tunjuk? Oh minta tolong divideoin? Entar video sendiri nanti. Nanti saya kirim. Ngode-ngode apa toh ini, videoin-videoin begitu ya. Baik, enggak apa-apa. Kesempatan kan, kapan lagi, begitu. Pintar, ambil kesempatan, ambil peluang.
Ya silakan kenalkan.
(Dialog Presiden RI dengan Perwakilan Peserta Green Fest)
Alif (Pegawai PT PPI Persero)
(Lulusan LPDP S2 Jurusan Kimia, di Universitas Osaka, Jepang. Ingin mengaplikasikan idenya tentang pengembangan sel surya. Penelitian di S2 membuat sebuah senyawa kimia yang jika diberikan listrik akan keluar cahaya. Kalau ide ini bisa dikembangkan di Indonesia, bisa digunakan untuk daerah-daerah terpencil. Saya ingin banget bantu riset di Indonesia.)
Presiden Republik Indonesia
Sudah, saya catat. Bagus punya ide seperti itu kan bagus. Enggak setiap orang punya ide-ide besar seperti ini. Ingat ya, negara kita ini memiliki 17.000 pulau. Yang bisa dijangkau dengan listrik yang konvensional, dengan transmisi dan lain-lain, bisa menyambung tapi ada pulau-pulau kecil yang tidak bisa tersambungkan dengan transmisi kita. Kalau disambungkan terlalu mahal, sehingga ide-ide seperti ini penting. Begitu lho.
Tahu? Tahu? Tahu, negara kita punya 17.000 pulau, tahu? Nah, itu.
Soraya (Lulusan S1 Universitas Teknologi Sumbawa)
(Ingin memajukan dan mengembangkan agribisnis di Desa Rarak di Sumbawa yang terkenal dengan budidaya kopi. Di Desa Rarak belum ada pelatihan pengembangan produk, marketing-nya hanya dari penduduk setempat. Soraya membutuhkan alat-alat pengolahan kopi seperti mesin pengering biji kopi, untuk alat untuk roasting-nya, sampai packaging produknya. Di Desa Rarak ada lebih dari 20 hektare perkebunan kopi sehingga membutuhkan alat roasting yang besar. Saya ingin mengembangkan perekonomian dan mengembangkan komoditi-komoditi lokal.)
Presiden Republik Indonesia
Saya senang, saya senang anak-anak muda mengembangkan daerahnya masing-masing dengan pikiran-pikiran yang baru, dengan ide-ide yang baru, dengan gagasan-gagasan yang baru. Jangan semuanya masuk kota. Karena di daerah, saya melihat, saya ini sudah mutar ke 34 provinsi sudah saya datangi. Hampir 80 persen kabupaten dan kota, 514 kabupaten dan kota sudah saya datangi. Sampai yang paling ujung Indonesia yang namanya Merauke, tapi bukan kota Merauke-nya, di Sota-nya, di perbatasan dengan Papua Nugini sudah saya datangi.
Yang namanya kabupaten tapi tidak ada aspalnya. Itu betul-betul kabupaten paling jauh dan sangat sulit kita jangkau. Dari yang namanya Wamena kan sudah sulit, dan itu dari Wamena masih jalan kaki empat hari, sudah saya datangi. Tapi saya enggak jalan kaki, saya naik heli. Jangan bayangkan saya jalan kaki. Saya naik heli ke sana, yang namanya Kabupaten Nduga.
Betul-betul ini membutuhkan kreasi, kreativitas, inovasi anak-anak muda kita, karena di situ ada potensi-potensi keunggulan yang bisa dikembangkan. Di Wamena itu ada kopi yang sangat, katanya kalau dibuat kopi sangat enak sekali karena memang udaranya masih fresh, masih segar, enggak ada polusi jadi kopinya juga ikut-ikutan enak. Tadi betul, di Sumbawa juga. Oke, sudah nanti saya catat. Tapi belum tentu diberi ya. Saya uji dulu nanti.
Nur (Mahasiswa bidang Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)
(Memiliki gagasan di bidang pendidikan yaitu memfokuskan pelajaran berdasarkan minat dan bakat masing-masing anak. Jadi setiap anak tidak perlu mempelajari semua bidang, hanya bidang yang diminati saja. Ide.)
Presiden Republik Indonesia
Nangkep, nangkep. Oke, nangkep, nangkep. Sudah. Bertiga silakan kembali lagi.
Sebentar, sebentar, ini, enggak usah video, sudah saya beri. Tahu, ini namanya kecepatan bekerja, begitu masuk ke atas sekarang sudah jadi. Dan ini, biasanya kan kalau saya suruh maju kan saya beri sepeda, ya ndak? Ini kan enggak boleh, karena sama KPU enggak boleh memberi sepeda, saya beri foto. Tapi foto seperti ini, ini lebih mahal dari sepeda karena di sini ada tulisannya, ini tulisannya Istana Presiden Republik Indonesia.
Kalau punya ide-ide, ada proposalnya, dicoba. Dicoba, carikan investor. Kalau investor masih sulit, enggak tertarik ya idenya diperbaharui, bisa juga diajukan misalnya ke BRI, ke Pak Supra, Pak Dirut. Ya siapa tahu dari BRI bisa memberi pinjaman. Jangan minta gratisan ke BRI, pinjaman. Saya dulu mulai juga sama. Iya, mulai dari Rp10 juta, Rp30 juta, naik lagi, naik lagi, naik lagi. Ya memang harus ada keberanian-keberanian seperti itu.
Ada lagi yang mau? Tadi sedikit, begitu diberi foto sekarang banyak. Ya maju.
Muhammad Kurniawan (Ketua Milenial PT Taspen)
(Berasal dari Gorontalo, besar di Sigi, Sulawesi Tengah, bekerja di PT Taspen.)
Nurrohmah (Mahasiswa Universitas Mercubuana Jakarta)
(Asal dari Pemalang, Jawa Tengah, sekarang berstatus mahasiswa sekaligus bekerja sebagai cleaning service di Jakarta Barat.)
Presiden Republik Indonesia
Saya senang ada mahasiswa-mahasiswa seperti ini. Dengan kerja keras dan juga belajar. Jangan pantang menyerah, jangan pantang menyerah. Bahwa di dalam kesulitan-kesulitan itu nanti suatu saat akan muncul sebuah kesuksesan-kesuksesan yang tidak kita duga. Nur harus percaya seperti itu. Saya dulu juga hidup di pinggir kali.
Nurrohmah (Mahasiswa Universitas Mercubuana Jakarta)
(Meminta bantuan pemasaran terkait beras merah dan hasil pertanian, sayuran, serta kerajinan di daerah Pemalang, Jawa Tengah karena saat ini pemasarannya masih sebatas di kabupaten saja. Ide saya adalah ingin mengembangkan sumber daya manusia dan mengajak anak-anak muda di daerahnya untuk mengembangkan pemasaran hasil pertanian, sayuran, dan kerajinan.)
Presiden Republik Indonesia
Nur, coba diikutkan di TaniHub. Tahu enggak TaniHub? Ini aplikasi yang untuk produk-produk pertanian. Jadi untuk perdagangan hasil bumi. Coba saja dipasang di situ. Coba saja lah, anak-anak muda ini harus berani. Produk daerahnya apa coba pasang di situ. Ada produk-produk pertanian pasang di situ. Coba. Yang pasti harganya akan lebih baik, pasti. Karena ini langsung ke konsumen, langsung ke pengguna, langsung ke restoran. Di coba. Hal-hal seperti ini saya kira yang perlu dikembangkan. Ada juga misalnya Limakilo, itu juga sama. Saya ingat dulu ini berjualan bawang merah dari Brebes, tapi minimal kiloannya lima. Saya melihat juga berkembang.
Ide-ide seperti tadi yang disampaikan, perlu memang menjembatani antara pasar besar, misalnya Jakarta dan sekitarnya dengan produksi yang ada di Pemalang. Kalau disambungkan, bisa sambung, ini harganya akan langsung bisa naik.
Saya selalu sampaikan, bagaimana membangun sistem online kita dengan sistem yang ada di offline. Kalau disambungkan antara sistem offline ini yang dibangun baik, dengan sistem online ini dibangun baik, bisa disambungkan, ini akan sangat membantu produsen-produsen, petani-petani, nelayan-nelayan, perajin-perajin, bisa mengangkat harganya karena tidak lewat satu-dua mata rantai yang terlalu banyak.
Ini tadi saya sampaikan, perlunya aplikasi sistem dalam kita menaikkan harga produk-produk yang kita miliki. Kemudian masuk ke marketplace, syukur bisa masuk global marketplace, naik lagi. Tapi tentu saja dengan kapasitas dan jumlah yang lebih besar. Ini yang diperlukan negara ini. Karena sekali lagi, negara kita ini terdiri dari 17.000 pulau, tidak seperti negara lain yang kadang satu daratan, satu daratan, manajemen infrastuktur, manajemen logistik lebih mudah. Negara kita ini betul-betul sebuah negara besar dengan penduduk yang banyak, tapi tersebar di 17.000 pulau yang kita miliki, 514 kabupaten kota yang kita miliki, 34 provinsi yang kita miliki. Problem-problem dan tantangan seperti ini, anak-anak muda harus mengerti. Negara kita ini negara besar tapi tantangannya seperti itu.
Anisa Febriani (Mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
(Ide saya adalah, saya ingin menciptakan suatu produk dari peternakan, kerajinan tangan, dan rempah-rempah. Ingin mengembangkan produk-produk dari peternakan, karena banyak manfaatnya, daging, susu, bisa juga buat produk kecantikan, dan sebagainya. Di Indonesia banyak kekayaan yang bisa dikembangkan untuk menjadi suatu karya.)
Segi Oktavia (Aktivis Lingkungan)
(Saya fokus ke konservasi alam, khususnya di mangrove. Untuk mengurangi dampak abrasi maka diperlukan penanaman pohon. Saya dan teman-teman saya mempunyai ide membangun sistem online untuk memantau pertumbuhan pohon-pohon bakau yang ditanam untuk mencegah abrasi.)
Ari Rama Nugraha Kirana (Alumni Universitas Andalas, Staf Pemasaran pada PT Brantas Abipraya Persero)
(Ide yang sudah dijalankan berkaitan dengan perikanan dan kelautan. Pada tahun 2016 membuat Program Gerobak Bendi atau Gerakan Operasi Bersama Anak dan Remaja Belajar Mengenal Disaster. Salah satu isu yang diangkat dalam program tersebut adalah mengenalkan pengetahuan mengenai packaging hasil perikanan yang masih berjalan sampai saat ini.)
Presiden Republik Indonesia
Jadi begini, sekali lagi, sekarang ini kesempatan anak-anak muda untuk meraih, untuk merealisasikan gagasan-gagasan, ide, dan pemikiran yang brilian yang lain-lain itu sekarang ini sangat terbuka dan peluangnya sangat besar sekali. Jadi ambillah kesempatan-kesempatan itu, ambillah peluang-peluang itu. Jangan banyak mengeluh, jangan pesimis. Anak-anak muda harus penuh harapan, harus optimis bahwa ke depan negara kita ini akan lebih baik, harus percaya itu.
Karena memang hitung-hitungannya baik dari Bank Dunia, dari McKinsey Global Institute, dari Bappenas sendiri, di tahun Indonesia Emas 2040-2045, syukur kalau kerja kita lebih keras lagi mungkin bisa maju jadi 2035, Indonesia akan masuk pada empat besar negara ekonomi terkuat di dunia. Tapi untuk menuju ke sana perlu syarat-syarat, perlu syarat-syarat. SDM kita harus siap, sumber daya manusia kita harus siap, infrastruktur sarana prasarana kita harus siap. Riset inovasi kita juga harus dikembangkan besar-besaran. Tapi itu, sekali lagi, memerlukan tahapan-tahapan besar karena Indonesia adalah negara besar bukan negara kecil.
Kenapa kita sekarang ini fokus kepada persiapan infrastruktur, konsentrasi di infrastruktur, ya karena kita menuju ke sana. Ini rampung, kita akan masuk ke pembangunan sumber daya manusia juga besar-besaran akan kita kerjakan. Tanpa fondasi-fondasi seperti yang tadi saya sampaikan, akan sulit kita masuk kepada proses menuju Indonesia Emas di 2040-2045. Karena apa? Kompetisi dan persaingan antarnegara itu begitu sangat ketatnya. Bahwa negara besar tentu saja tantangan-tantangan juga besar, hambatan-hambatannya juga besar.
Sekali lagi, saya ingin menumbuhkan rasa optimisme kita semuanya untuk menatap Indonesia ke depan yang lebih baik.
Sudah. Silakan kembali. Terima kasih.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, Saudara-saudara semuanya adalah masa depan bangsa ini. Jangan takut menghadapi tantangan, jangan takut menghadapi hambatan. Kita semuanya semuanya harus bekerja keras untuk negara kita agar apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini betul-betul bisa kita wujudkan bersama-sama. Tidak mungkin pemerintah bekerja sendiri, kita semuanya harus bekerja keras supaya kita tidak terjebak kepada yang namanya negara yang dalam situasi pendapatan menengah atau middle income trap. Jangan sampai kita masuk ke jebakan itu. Betul-betul kita harus meloncat menuju ke sebuah negara yang maju.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.