Sedih Lihat Nelayan Miskin, Presiden: Amankan Laut Kita Dari Penjarah Asing
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku ngenes (sedih) melihat kampung nelayan di Tambak Lorok, yang merupakan kampung nelayan terluas di Semarang, saat mengunjungi kampung tersebut Selasa (2/12) sore.
Kenapa nelayan kita tidak menguasai permodalan? tidak menjadi ‘majikan’ atas lautan negaranya sendiri? , padahal lautan kita luas, ikan-ikan di lautan kita amat banyak,” kata Jokowi sebagaimana disampaikannya melalui fan page facebooknya beberapa saat lalu.
Menurut Presiden, pencurian ikan (illegal fishing) yang selama ini terjadi akibatnya sangat luas, salah satunya adalah nelayan-nelayan kita menjadi miskin.
Presiden Jokowi bisa mengerti jika Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berkata kepadanya beberapa waktu lalu, yang menyebutkan nelayan kita miskin karena di depan mata mereka melihat Pukat Harimau negara asing seenaknya ngambil ikan-ikan kita.
“Jelas Bu Susi marah, nasionalisme-nya terbakar, rasa cinta-nya pada rakyat membuat ia marah, kenapa nelayan kita miskin, sementara lautan kita dirampok habis-habisan,” papar Jokowi.
Presiden menegaskan, kita harus bertindak. Selaku Presiden yang juga Panglima tertinggi TNI, Jokowi mengaku sudah memerintahkan jajaran keamanan, “Amankan…amankan, sekali lagi…amankan lautan kita dari kapal-kapal penjarah ikan negara asing.” tegasnya.
Menurut Presiden, langkah mengamankan lautan kita dari kapal-kapal penjarah ikan negara asing merupakan langkah pertama kita membereskan mafia maling ikan di lautan kita.
Sesuai data Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), menurut Jokowi, kerugian akiban pencurian ikan di lautan kita itu mencapai Rp 300 triliun, dan ada sekitar 5.400 kapal yang melakukan tindakan Illegal Fishing.
Dengan angka sebesar itu, Presiden Jokowi mempertanyakan, berapa banyak aliran modal masuk ke negara, dan menyejahterakan nelayan bangsa sendiri. Berapa banyak koperasi-koperasi Nelayan bisa dihidupkan, digairahkan aliran kas-nya, berapa banyak industri-industri perikanan dan turunannya bisa terbangun? berapa banyak kemudian Puskemas-Puskesmas bisa dibangun? sekolah-sekolah dibangun, pusat-pusat kebudayaan di pesisir bisa dikembangkan? Rumah-rumah ibadah bisa dibangun? pungkasnya. (ES)