Soal Impor Jagung, Presiden Jokowi: Itu Untuk Menjaga ‘Supply’ dan ‘Demand’

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 1 Maret 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 16.817 Kali
Presiden Jokowi menjawab wartawan usai melaksanakan panen jagung, di ke Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Jumat (1/3) siang. (Foto: JAY/Humas)

Presiden Jokowi menjawab wartawan usai melaksanakan panen jagung, di ke Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara dan Desa Motilango, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Jumat (1/3) siang. (Foto: Humas/Jay)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui di samping telah mengekspor 380 ribu ton jagung sepanjang 2018 lalu, Indonesia juga mengimpor 180 ribu ton jagung pada tahun yang sama. Hal ini, menurut Presiden, dilakukan untuk menjaga keseimbangan supply dan demand.

“Kalau nanti suplainya melimpah, harganya jatuh, semua petani tidak akan mau menanam jagung lagi, yang selalu kita jaga itu. Sehingga, tahun kemarin ada ekspor juga 380.000 ton, impornya 180.000. Itu menjaga supply dan demand, bukan apa-apa,” kata Presiden Jokowi menjawab wartawan usai melaksanakan panen raya jagung, di Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara dan Desa Motilango, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Jumat (1/3) siang.

Menurut Presiden, permintaan ekspor jagung dari luar negeri masih banyak, namun yang paling penting harganya kompetitif. “Harga ekspor itu mesti harus kompetitif, kualitas mesti harus baik. Itu yang harus dipegang itu saja,” ujar Presiden seraya menambahkan, bahwa pasar terutama untuk pakan ternak hampir semua negara itu membutuhkan jagung sekarang ini.

Namun diakui Presiden, pupuk di Indonesia masih kurang, kadang terlalu banyak di sebuah provinsi namun kurang di provinsi yang lain.

“Kita harus ngomong apa adanya seperti itu. Sehingga memang diperlukan tambahan kapasitas untuk memproduksi pupuk kita,” ucap Presiden Jokowi. (UN/ES)

Berita Terbaru