Presiden SBY: Beban Rakyat Terlalu Berat, Kasihan Kalau Harga BBM Dinaikkan Lagi
Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) akhirnya memberikan tanggapan langsung atas desakan sejumlah pihak, terutama dari partai politik tertentu dan media konvensional tertentu, untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Melalui program Isu Terkini di kanal youtube http://t.co/Tuq1VHfVfU, yang diunggah Jumat (29/8), Presiden SBY mengemukakan, tahun 2013 lalu, pemerintah sudah menaikkan harga BBM bersubsidi rata-rata 33%. Tahun ini pun, pemerintah menaikkan tarif dasar listrik, dan Pertamina berencana menaikkan harga bahan bakar gas elpiji 12 kg. Selain itu, pemerintah tahun ini melakukan pemotongan anggaran dalam jumlah yang signifikan.
Karena itu, menurut Presiden SBY, pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM bersubsidi karena beban rakyat sudah terlalu berat. Kasihan mereka, kata SBY dalam perbincangan yang dipandu Caosa Indriyana itu.
Presiden SBY mengaku merasakan tekanan atau desakan kepada pemerintahannya untuk menaikkan harga BBM. Desakan yang paling tidak dilakukan kalangan partai politik tertentu, media konvensional tertentu, dan juga sejumlah pihak itu dinilai Presiden SBY luar biasa.
Padahal, lanjut SBY, saat akan menjabat sebagai Presiden RI periode pertama tahun 2004 lalu, ia tidak mendesak pemerintahan yang ada untuk segera menaikkan harga BBM, meskipun dulu gapnya jauh sekali, antara harga yang disubsidi dengan harga keekonomannya.
Namun demikian, Presiden SBY mengaku, ia ingin memahami mengapa dipaksa betul untuk menaikkan harga BBM. Alasannya agar bisa menurunkan defisit. Kalau itu kan kami sudah melakukan langkah-langkah untuk itu, tahun lalu harga BBM sudah kita naikkan, tahun ini kita naikkan tarif dasar listrik, bahan bakar gas, pemotongan anggaran, itu juga dalam rangka pemotongan defisit, terangnya.
SBY juga mengingatkan, dulu setiap pemerintah mengusulkan kenaikan harga BBM selalu ditolak oleh kalangan DPR. Sejumlah fraksi bahkan sejak awal tidak pernah setuju kalau pemerintah menaikkan harga BBM. Alasannya,karena kalau BBM dinaikkan inflasi naik, kemiskinan membengkak.
Justru sekarang mengapa tiba-tiba kami dipaksa menaikkan harga BBM, tidakkah meningkatkan kemiskinan, tidakkah membebani masyarakat kita. Oleh karena itu saya memiliki pandangan yang berbeda, kalau harus saya naikkan lagi harga BBM tahun ini, beban rakyat terlalu berat, kasihan mereka, kata Presiden SBY.
Presiden SBY menegaskan, ia terus memantau perkembangan, dan sudah memiliki contingency plan. Apabila dalam waktu 7 minggu ke depan ini tiba-tiba ada perubahan yang dramatis harga minyak mentah dunia meroket misalnya, dan kalau harga BBM tidak dinaikkan, APBN kita jebol. Pasti dengan terpaksa harga BBM saya naikkan, terang SBY.
Namun situasinya saat ini, menurut Presiden SBY, justru sebaliknya harga minyak mentah cenderung turun, sehingga logika alasan menaikkan harga BBM, apalagi listrik dan gas juga sudah dinaikkan itu tidak kuat.
Itulah padangan pemerintah sekarang. Saya menghormati pandangan yang lain tetapi juga harus mendengarkan mengapa kami memilih untuk tahun ini tidak dulu menaikkan harga BBM, tutur SBY.
Bukan Pemerintahan Neolib
Dalam kesempatan itu, Presiden SBY juga mengemukakan alasan pemerintah tetap memberikan subsidi BBM. Ia mengingatkan, sebenarnya persoalan subsidi ini selalu dihadapi dari satu pemerintahan ke pemerintahan yang lain. Bukan hanya pemerintahan sekarang ini.
Diakui Presiden SBY, bagi negara yang menganut sistem ekonomi yang sangat kapitalistik atau rakyat sering menyebutnya misalnya neolib, subsidi ini tidak disukai. Tapi saya berpendapat lain, untuk Indonesia mengingat masih banyak saudara-saudara kita yang miskin, daya belinya rendah, kalau subsidi itu betul-betul untuk menolong rakyat, jumlahnya tidak berlebihan, dan juga tepat sasaran, saya kira tidak keliru. Inilah yang mesti kita jaga betul subsidi yang pas, tuturnya.
Presiden berpendapat sama dengan yang disampaikan oleh banyak pihak agar makin ke depan subsidi ini bisa dikurangi jumlahnya. Ia menyampaikan, pemerintah pun secara berkelanjutan juga berupaya untuk mengurangi subsidi itu dengan beberapa kali menaikkan harga BBM.
Yang penting pengurangan subsidi harus secara bertahap, sehingga di satu sisi APBN kita bagus atau makin ideal, tetapi di sisi lain tidak memberikan beban yang berlebihan kepada rakyat kita ataupun goncangan sosial ekonomi, papar SBY.
Tapi yang jelas, Presiden SBY menyadari subsidi ini harus dikurangi secara terus menerus, dan pemerintahan sekarang pun melakukan itu. SBY pun yakin pemerintahan yang akan datang juga akan melakukan hal yang sama. (ES)