Padamkan Karhutla, Semua Pesawat Terbang Untuk Hujan Buatan di Pool di Pekanbaru

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 17 September 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 636 Kali

Menko Polhukam Wiranto didampingi sejumlah pejabat menyampaikan keterangan pers usai mengikuti Ratas tentang Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan, di Hotel Novotel, Pekanbaru, Riau, Senin (16/9) malam. (Foto: Rahmat/Humas)

Meskipun tidak mudah, pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di Provinsi Riau. Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, sekarang semua pesawat terbang yang digunakan untuk menciptakan hujan buatan itu di-pool di Pekanbaru.

“Ada dua CASSA dari pesawat TNI AU, CN-235, satu Hercules itu di-pool di sini yang disiagakan, dimuati garam. Setiap saat ada laporan awan, terbang, bikin hujan buatan, berarti ada,” kata Wiranto dalam keterangan pers usai mengikuti Rapat Terbatas tentang Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan, di Hotel Novotel, Pekanbaru, Riau, Senin (16/9) malam.

Kalau hujan buatan enggak bisa dipakai karena tidak ada awan, maka menurut Menko Polhukam, dilakukan water bombing oleh pasukan darat dulu. Kalau dekat-dekat dengan desa, tambah Wiranto, dengan pemukiman, perkotaan itu pasukan darat kan bisa menjangkau, ada jalur-jalur transportasinya, ada. Tapi kalau itu enggak ada, tambah Wiranto, satu-satunya dijangkau helikopter, ya water bombing.

Menurut Menko Polhukam, untuk memadamkan karhutla di Provinsi Riau hingga saat ini sudah dilakukan 71.000 sorti penerbangan. Artinya, sambung Menko Polhukam, air yang ditumpahkan sudah sekitar dua ratus sekian juta liter, berarti dua ratus sekian ton air sudah ditumpahkan.

Kalau sudah dilakukan masih terbakar juga, menurut Wiranto, akan kembali dilakukan operasi-operasi dengan cara menambah pasukan. “Yang sekarang sudah dilakukan pasukan-pasukan dari TNI, dari kepolisian, ditambah untuk kemudian menambah pasukan darat, menambah Manggala Agni,” tegasnya.

Menko Polhukam menjelaskan, bahwa kebakaran itu bisa padam kalau ada hujan. Kalau enggak ada hujan, lanjut Menko Polhukam, bikin hujan buatan. Ia menambahkan bahwa hujan buatan ini perlu pesawat terbang, perlu garam, perlu kondisi awan, nah awan kalau enggak ada ya enggak bisa.

“Maka awan persyaratannya harus awan yang kira-kira tujuh puluh persen kandungan airnya, baru ada pesawat naik kasih garam itu turun. Nah kebetulan di wilayah Kalbar, Kalteng itu awannya masih belum ada. Di Riau mulai ada,” terang Menko Polhukam seraya menambahkan, oleh karena itu sekarang semua pesawat terbang yang digunakan untuk menciptakan hujan buatan itu di-pool di Pekanbaru.

Musim Kemarau Panjang

Menjawab wartawan yang membandingkan penanganan karhutla sekarang dengan tahun-tahun sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto mengatakan, sebenarnya kalau upaya-upaya yang terencana sesuai dengan standar yang sudah dilaksanakan secara maksimal.

Namun tanpa bermaksud mencari pembenaran, Wiranto mengatakan, saat ini ada satu kondisi alam, El Nino dalam keadaan lemah sehingga memperpanjang musim kemarau. Dulu, tambah Wiranto,  pada saat yang sama tahun yang berbeda itu bulan seperti sekarang ini, ini sudah jatuh musim hujan, sehingga ada perpanjangan musim kemarau.

“Sekarang keringnya luar biasa. Tentu itu merupakan suatu kondisi yang mudah sekali terbakar. Tetapi dari hasil penelitian kita, kebakaran akibat alami itu kecil tetapi akibat ulah manusia itu presentasenya lebih besar ketimbang yang alami,” ungkap Wiranto.

Ia menyebutkan, langkah-langkah penegakan hukum sudah dilakukan juga pada tahun 2015 yang diobservasi di lebih dari 370-an perusahaan pada saat itu, kemudian diproses. Lalu di 2019 ini, untuk Riau sudah ada 103 rasanya yang diikuti dan diobservasi oleh Polda dan oleh Kehutanan, LHK. Sudah disegel 49 unit entitas perusahaan.

“Hari ini tadi kami mendapatkan lagi pembakar lahan di Tesso Nilo, tiga orang. Atas dukungan TNI bersama-sama kita operasi tadi, itu berhasil. Sekarang sedang diproses di Kantor Gakkum di Pekanbaru ini. Jadi 49 yang sudah disegel sampai sekarang,” ungkap Wiranto. (UN/RSF/RAH/ES)

 

Berita Terbaru