Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional XVI Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), 16 September 2019, di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 16 September 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 624 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga-lembaga Negara yang hadir pada pagi hari ini, Ketua DPD RI, Ketua DPR RI,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja,
Yang saya hormati Ketua Umum PP HIPMI beserta seluruh jajaran pengurus HIPMI dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote
yang hadir,
Yang saya hormati para mantan Ketua Umum HIPMI, senior-senior HIPMI yang hadir,
Hadirin dan undangan yang berbahagia.

Tadi Adinda Bahlil menyorong-menyorongkan dan merekomendasikan beberapa yang hadir di sini. Tadi beliau menunjuk-nunjuk Abang Lutfi, menunjuk-nunjuk Ketua Kadin, Abang Roeslan tapi saya tahu, ini Adinda Bahlil ini pintar, sebetulnya beliau itu menyorongkan diri sendiri. Tapi ditutup oleh beliau berdua tadi biar enggak kelihatan. Tapi kelihatan sekali. Saya nangkep, saya nangkep, saya nangkep. Beliau berdua ini pesaingmu lho.

Bapak-Ibu sekalian, Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Sudah sering saya katakan bahwa situasi ekonomi dunia sekarang ini penuh dengan ketidakpastian, penuh dengan ketidakpastian. Perang dagang masih terus berjalan, masih menghantui kita. Tekanan-tekanan eksternal, baik berupa kemungkinan potensi resesi pada satu atau satu setengah tahun yang akan datang sudah mulai dikalkulasi, mulai dihitung-hitung oleh para pakar. Dan kita tahu juga bahwa sekarang ini beberapa negara bahkan sudah menghadapi, masuk dalam proses resesi ekonomi.

Oleh sebab itu, kita harus mempersiapkan diri agar tidak terkena dampak dan  bahkan dengan situasi seperti itu kalau bisa kita mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada sehingga bisa menguntungkan negara kita.

Saya sering berbicara mengenai disrupsi dan revolusi teknologi. Tapi pada pagi hari ini saya ingin berbicara mengenai revolusi konsumen, revolusi konsumen di Indonesia. Tahun 2020, di Indonesia ini akan ada 141 juta penduduk yang naik kelas. Hati-hati ini. Ada 141 juta penduduk yang naik kelas, naik kelas menjadi  middle class and affluent consumers, hati-hati. Dibandingkan lima tahun yang lalu yang jumlahnya hanya 70 jutaan, telah terjadi peningkatan lebih dari seratus persen. Ini besar sekali. Inilah bukti adanya revolusi konsumen di Indonesia.

Selain mengalami kenaikan jumlah, sebaran geografis konsumen pun juga semakin merata. Jika lima tahun yang lalu hanya 25 kabupaten dan kota yang memiliki konsumen kelas menengah lebih dari 500 ribu, jadi konsumen yang lebih dari 500 ribu itu ada 25 kabupaten, lima tahun yang lalu. Tahun depan akan meningkat menjadi 54 kabupaten dan kota. Artinya meningkatnya juga dua kali lebih. Hati-hati dengan peningkatan seperti ini.

Implikasinya, revolusi konsumen akan membuat kita semakin menarik. Hati-hati. Jangan sampai yang mengambil manfaat ini justru dari negara lain, dari  asing. Hati-hati ini. Karena artinya apa? Indonesia akan semakin atraktif bagi investasi bisnis global. Hati-hati. Kita akan atraktif bagi investasi bisnis global. Apalagi dalam situasi perang dagang dan ancaman resesi, magnet konsumen kita akan semakin kuat. Sekali lagi, hati-hati, ini akan menarik investasi bisnis dunia untuk datang ke Indonesia untuk memanfaatkan peluang yang ada. Saya titip jangan sampai peluang-peluang (opportunity) yang ada ini dipakai oleh merek-merek asing, dipakai oleh negara-negara luar sehingga mereka berbondong-bondong memanfaatkan kesempatan ini.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara hadirin yang berbahagia,
Pemerintah akan terus bekerja keras untuk menyingkirkan semua hambatan-hambatan investasi, agar bersamaan dengan revolusi konsumen tahun depan, kita benar-benar bisa menjadi magnet investasi. Dan kita harapkan kita bisa mengalahkan negara-negara lain, karena tidak semua negara memiliki raksasa konsumen seperti yang kita miliki sekarang ini.

Saya ingin titip, kelemahan kita menurut saya, terutama yang muda-muda ini, sulit dan enggan untuk ber-partner. Ini penting sekali. Bermitra. Sekarang ini adalah kesempatan besar agar Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara ini mendapatkan mitra. Karena saya yakin akan banyak sekali investasi yang akan masuk. Jadikan mereka mitra, jadikan mereka partner. Karena langkah ini baru separuh jalan, separuh perjalanan, baru setengah proses.

Kita memerlukan modal yang kedua. Dan modal kedua yang penting adalah revolusi mindset, sehingga kita mampu memanfaatkan revolusi konsumen yang ada, dengan cara memperkuat industrialisasi, memperkuat hirilisasi, dan memperkuat daya saing ekonomi kita. Terus harus kita perbaiki.

Setelah pelantikan DPR yang baru nanti, kita akan mengajukan banyak sekali revisi-revisi undang-undang. Kemarin sudah kita hitung ada kurang lebih 74 undang-undang yang langsung akan kita mintakan revisi agar kecepatan kita dalam bergerak, kecepatan kita dalam bersaing dengan negara-negara lain bisa kita miliki. Nanti akan kita mintakan yang namanya Omnibus Law sehingga kecepatan itu betul-betul ada di daya saing ekonomi kita.

Revolusi konsumen juga tidak boleh hanya membuat kita menjadi bangsa konsumen, menjadi bangsa yang konsumtif, menjadi bangsa yang pasif, hanya menikmati, tidak. Revolusi konsumen harus kita manfaatkan sebagai pemacu kita untuk menjadi bangsa yang produsen. Enggak apa-apa di sebelah sana ada konsumsi tapi di sebelah sini juga kita siapkan diri kita untuk menjadi produsen, menjadi bangsa produsen, menjadi bangsa yang produktif, dan menjadi bangsa yang terus aktif berinovasi. Sehingga kita menjadi pemenang dalam perebutan pasar.

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Bagaimana caranya? Menurut saya investasi global yang masuk tidak boleh hanya datang dengan pabrik dan tenaga kerja saja. Investasi harus menciptakan lebih banyak spillover. Sekali lagi, kata kuncinya adalah spillover. Investasi harus membuat lebih banyak pengusaha-pengusaha muda bisa menguasai berbagai bisnis. Supply chain yang baru, yang memiliki teknologi yang lebih tinggi, yang bergerak di berbagai bidang seperti periklanan, perhotelan, konstruksi, distribusi, e-commerce, dan masih banyak lagi.

Saya kira daerah sekarang ini memiliki peluang yang besar dalam pengembangan investasi, besar sekali, baik investasi kecil, sedang, maupun besar. Semua itu adalah spillover dari investasi global. Pengusaha muda tidak boleh hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Pemerintah akan berbuat dengan segala cara agar spillover tadi terwujud. Pemerintah akan menghapus semua regulasi-regulasi, seperti yang tadi saya sampaikan, yang membuat kita menjadi bangsa konsumen.

Jadi kalau tadi Adinda Bahlil menyampaikan, perlu konglomerat baru. Perlu saya ingatkan, bahwa tiga tahun yang lalu saya sudah meminta kepada HIPMI, kepada Kadin dua puluh nama, dua puluh nama, tapi sampai sekarang saya belum dapat dua puluh nama itu. Saya enggak tahu apakah masih dalam proses seleksi atau dalam proses yang lainnya. Tetapi benar bahwa perlu muncul konglomerat-konglomerat baru di negara kita. Dan peluang itu sangat besar sekali ada. Memang pemerintah perlu turun tangan, memberikan jalan, memberikan peluang-peluang yang ada kepada mereka.

Dan pemerintah akan terus memperkokoh kelembagaan kabinet yang mengurus investasi, yang mampu membujuk investor untuk menciptakan berbagai macam spillover. Kita tidak menginginkan investasi global yang hanya mengeksploitasi bangsa kita, ndak. Tidak akan seperti itu. Pemerintah akan memperkokoh kelembagaan kabinet untuk memperkuat riset dan teknologi yang mampu menyediakan teknologi agar pengusaha-pengusaha muda bisa menjadi mitra strategis bagi investor-investor global dalam industri teknologi tinggi di dunia sekarang ini.

Pemerintah akan terus memperkokoh kelembagaan dan kebijakan di bidang perindustrian yang memfasilitasi dengan cepat tumbuhnya industri supply chains dari investasi global. Kita akan mempercepat industrialisasi nasional dengan cara-cara ini. Hilirasi sangat-sangat penting sekali saat ini. Dan pemerintah akan memperkokoh kelembagaan dan kebijakan perdagangan yang bukan saja piawai membuka pasar global tetapi juga melindungi pengusaha nasional dari kompetisi dunia yang tidak fair. Pengusaha kita tidak boleh mati sia-sia akibat persaingan yang tidak adil.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Agar semua ini berhasil, bukan hanya pemerintah yang harus bekerja keras, mindset pengusaha muda juga harus berubah total. Pengusaha muda kita jangan hanya menjadi pengusaha yang tergantung pada APBN, proyek APBN, maupun proyek-proyek APBD. Itu memang perlu, iya. Tetapi bidang-bidang yang di luar itu juga perlu dimasuki agar tidak dimasuki oleh pengusaha-pengusaha dari luar yang masuk ke Indonesia.

Pengusaha muda Indonesia harus menjadi pengusaha pembelajar yang selalu berinovasi, menjadi pengusaha yang haus teknologi, menjadi pengusaha yang berdaya saing global. Kita harus menjadi tempat lahirnya new emerging multinational business. HIPMI memiliki peluang besar untuk masuk ke sini. Saya berharap HIPMI akan menjadi himpunan para inovator, himpunan para pengusaha muda kelas dunia, dan himpunan para pemenang dalam kompetisi global.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Adinda Bahlil Lahadalia yang sebentar lagi menuntaskan masa jabatannya. Sebentar lagi Adinda Bahlil akan sama dengan saya, yaitu akan sama-sama menjadi alumni HIPMI. Mudah-mudahan nyalinya tetap besar walaupun nanti sudah tidak menjadi ketua umum lagi.

Terima kasih kepada seluruh keluarga besar HIPMI yang selama ini telah membangun kemitraan strategis dengan pemerintah dan ke depan hal tersebut harus terus kita lanjutkan. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pagi hari ini secara resmi saya membuka Munas XVI HIPMI.

Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya.

Sambutan Terbaru