Presiden Jokowi Dorong Kolaborasi Jadikan Rivalitas Menjadi Kerja Sama di Kawasan Indo-Pasifik

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 3 November 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 651 Kali

Para pemimpin negara ASEAN dan RRT bergandengan tangan saat berfoto bersama dalam KTT ASEAN – RRT, di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11). (Foto: Rahmat/Humas)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, bahwa kerja sama yang selama ini dilakukan ASEAN dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) merupakan lokomotif bagi terciptanya perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan kawasan.

“Dalam kaitan ini, Presiden mengatakan bahwa melalui outlook ASEAN mengenai Indo-Pasifik maka Indonesia ingin mendorong kolaborasi menjadikan rivalitas, menjadi kerja sama. Kita juga ingin menyebarkan perdamaian dan stabilitas di dalam konteks yang lebih besar, di dalam kawasan yang lebih besar yaitu kawasan Indo-Pasifik,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengutip pidato Presiden Jokowi dalam KTT ASEAN-RRT, di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11).

Presiden, lanjut Menlu, sekali lagi menyampaikan mengenai rencana Indonesia untuk menjadi tuan rumah Indo-Pacific Infrastructure Connectivity Forum, tahun depan, yang tentunya ini terbuka bagi kerja sama dengan Tiongkok.

“Presiden juga mengatakan bahwa sinergi antara Master Plan of ASEAN on Connectivity tahun 2025, dan Belt and Road Initiative adalah merupakan suatu keniscayaan,” jelas Menlu dalam Media Briefing Menlu usai kegiatan hari kedua KTT ASEAN di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11) sore.

Dalam KTT ASEAN – RRT itu, menurut Menlu, Presiden juga menyoroti mengenai masalah pentingnya strategic trust. “Presiden mengatakan bahwa strategic trust ini sangat penting untuk menjaga stabilitas dan perdamaian, termasuk di dalamnya adalah di Laut Cina Selatan,” kata Menlu.

Menurut Menlu Retno Marsudi, Presiden menekankan mengenai pentingnya dihormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dan juga me-recognize adanya kemajuan yang ada di dalam negosiasi code of conduct.

“Yang diinginkan oleh Presiden adalah agar sentimen positif yang tercipta di dalam meja perundingan melalui first reading negosiasi untuk Code of Conduct (CoC) ini juga tercermin di situasi lapangan berarti situasi di Laut Cina Selatan,” terang Menlu.

Mitra Besar

Mengenai suara negara-negara ASEAN lainnya, Menlu menjelaskan, beberapa isu yang disampaikan antara lain tentunya Laut Cina Selatan dengan tekanan bahwa ada CoC yang sedang dinegosiasikan dan hampir semua negara menyampaikan mengenai pentingnya untuk menghormati hukum internasional termasuk untuk UNCLOS.

Kemudian, negara anggota juga menyadari dan menyampaikan bahwa Tiongkok merupakan mitra besar perdagangan ASEAN, dan dari pihak Tiongkok juga menyatakan komitmennya untuk terus memperkuat perdagangan yang terbuka dengan ASEAN. Selain itu, negara-negara anggota ASEAN juga menyampaikan mengenai keamanan maritim dan juga ancaman kejahatan lintas batas.

“Jadi, dari Tiongkok menyoroti tiga hal. Di pilar politik, sorotannya adalah mengenai proses negosiasi di dalam konteks CoC yang sedang dilakukan. Di pilar ekonomi menyoroti mengenai masalah kemitraan perdagangan, kemitraan ekonomi dan mengenai pasar yang terbuka. Sementara di pilar ketiga mengenai people to people contact, menyebutkan  mengenai bagaimana upaya kedua belah pihak untuk mendekatkan hubungan antara manusia, termasuk di antaranya adalah mengenai masalah exchange of students melalui scholarship,” ucap Menlu seraya menambahkan, tercatat pada tahun lalu, misalnya terdapat 57 juta manusia yang saling berkunjung antara ASEAN dengan Tiongkok

Dalam KTT ASEAN RRT itu, Presden Jokowi didampingi oleh Menko Polhukam Mahfud MD, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menlu Retno Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. (SLN/RAH/ES)

Berita Terbaru