Tantangan Era Globalisasi, Deputi DKK Setkab: Penerjemah Harus Mampu Terjemahkan Karya Sastra

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 8 November 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 1.247 Kali

Deputi DKK, Thanon Aria Dewangga saat berfoto bersama dalam acara Bimbingan Teknis Pengembangan Karier Pejabat Fungsional Penerjemah, di Hotel Royal Padjadjaran, Bogor, Jumat (8/11). (Foto: Humas/Nila)

Deputi Bidang Dukungan Kerja Kabinet (DKK) Sekretariat Kabinet (Setkab), Thanon Aria Dewangga menyampaikan bahwa salah satu tantangan dalam era globalisasi adalah bagaimana mempertahankan identitas bangsa, salah satunya dengan cara mempertahankan karya-karya kebudayaan. Menerjemahkan karya sastra, menurut Thanon, sebagai salah satu bentuk kebudayaan, juga menjadi salah satu tantangan bagi para penerjemah.

“Sekretariat Kabinet sebagai instasi pemerintah fungsional penerjemah, dalam bimbingan teknis kali ini berupaya untuk meningkatkan kemampuan penerjemah selain punya skills di bidang bahasa, bahasa asing tapi kita juga harus mempunyai kapasitas untuk mampu menerjemahkan karya-karya sastra yang merupakan salah satu dari kebudayaan kita,” ujar Deputi DKK saat memberikan sambutan dalam acara Bimbingan Teknis Pengembangan Karier Pejabat Fungsional Penerjemah, di Hotel Royal Padjadjaran, Bogor, Jumat (8/11).
Saat ini, sambung Thanon, Sekretariat Kabinet mempunyai 193 pejabat fungsional penerjemah yang dibina dan terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan penerjemahan di bidang sastra agar karya – karya sastra tersebut bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Dalam kesempatan tersebut, Thanon menyampaikan bahwa pembinaan para penerjemah diperlukan karena beberapa faktor. “Yang pertama, dalam setiap pidato yang dilakukan oleh kepala negara atau kepala pemerintahan atau pimpinan-pimpinan instansi kita, saya pikir pelan-pelan kita harus mulai memasukkan unsur-unsur budaya atau unsur unsur sastra di dalamnya. Karena dengan memunculkan unsur yang tadi saya sampaikan, pidato itu tidak akan berkesan boring, tidak akan berkesan landai, tapi akan ada yang tidak boleh naik dan juga tidak ada yang turun, supaya bisa meningkatkan antara yang memberikan pidato dengan audiensnya. Kita tidak hanya berisi semata-mata hard content tapi juga ada soft content,” ujarnya seraya mencontohkan pidato Presiden Joko Widodo saat pelantikan sebagai Presiden periode 2019-2024 menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Jusuf Kalla dengan bahasa Bugis..

Yang kedua, menurut Thanon, karena sekarang era digitalisasi maka salah satu yang harus dilakukan sama-sama berpartisipasi untuk meningkatkan emotional branding. “Emotional branding dalam Rapat Terbatas, Presiden pada saat itu, beliau menekankan ada 4 tools of diplomacy. Yang pertama adalah olahraga, yang kedua adalah makanan, yang ketiga adalah film, yang keempat kebudayaan,” tambahnya.

Hal ketiga, menurut Thanon, kelestarian budaya bangsa karena ada kekhawatiran punahnya bahasa daerah. “Yang keempat tentu untuk memperkuat identitas bangsa. Karena kita terkenal sebagai bangsa yang berisi keberagaman. Kita selalu mengedepankan Bhinneka Tunggal Ika tapi secara tidak sadar kita sudah terpengaruh dengan budaya asing,” tutur Thanon yang kemudian mencontohkan upaya pemerintah Republik Korea untuk mempertahankan budaya salah satunya menerjemahkan semua buku dari negara lain diterjemahkan ke dalam bahasa Korea Selatan.

Menurut Thanon, banyak sekali karya-karya sastra yang dapat diterjemahkan antara lain ada pantun, hikayat, prosa dan lain lain, yang sebetulnya berisi filosofi dan makna kehidupan bermasyarakat, sosial bernegara serta terkandung nilai-nilai positif. “Nah untuk itu tugas dari teman semua tugas dari kita dari masyarakat, bagaimana caranya agar peninggalan leluhur kita itu tidak ditinggalkan, sampai kepada anak cucu kita. Karya sastra menunjukkan bahwa negara kita adalah bangsa yang besar dan bangsa yang berbudaya. UntukĀ  itu Sekretariat Kabinet sebagai instansi pemerintah akan melakukan berbagai berupaya untuk mendorong pelestarian bahasa daerah,” sambung Deputi DKK.

Di akhir sambutan, Thanon mengingatkan kembali bahwa dalam kondisi era globalisasi tidak boleh meninggalkan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Untuk itu saya berharap salah satu kegiatan kita pagi hari ini adalah berupaya untuk melestarikan budaya kita dengan menerjemahkan karya-karya sastra kita sehingga bisa jadi lebih dikenal lagi di dunia internasional,” pungkas Deputi DKK.

Turut hadir dalam acara tersebut Asdep Bidang Penyelenggaraan Sjahriati Rohmah dan Asdep Bidang Pelaporan Persidangan Heru Priyantono. (HDK/EN)

Berita Terbaru