Peresmian Terminal Baru Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor, 18 Desember 2019, di Bandar Udara Syamsudin Noor, Kota Banjar Baru, Provinsi Kalimantan Selatan
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Bapak-Ibu sekalian, hadirin yang berbahagia,
Saya tadi masuk ke bandara yang baru ini, saya betul-betul sangat kaget sekali. Kaget, karena biasanya di sana. Iya kan, artinya bisa bayangin yang dulu kayak apa, yang sekarang kayak apa.
Terminal yang lama, ini meter perseginya, keluasannya itu sembilan ribu meter persegi, sembilan ribu. Yang sekarang itu 77.000 meter persegi. Sudah, jadi berapa kali ini. Delapan kali lipat dari yang lama, delapan kali lipat.
Kemudian kapasitasnya. Kapasitas untuk penumpang yang sebelumnya yang di sana itu 1,3 juta penumpang per tahun, di sini tujuh juta penumpang per tahun. Kelihatannya loncatannya sangat tinggi. Tetapi hati-hati, tadi saya cek di pergerakan penumpang itu sudah pertumbuhannya sepuluh persen lebih. Pertumbuhan pergerakan penerbangan, sepuluh persen lebih. Pertumbuhan untuk penumpang tujuh persen lebih.
Artinya, bandara/airport yang baru ini, bandara yang baru ini mungkin tidak ada sepuluh tahun lagi harus dibangun yang lebih gede lagi. Karena ada pertumbuhan yang sangat cepat sekali, tujuh persen, sepuluh persen itu pertumbuhan yang sangat-sangat tinggi sekali. Saya enggak tahu di Kalimantan Selatan ini ada apa? Kok pertumbuhannya tinggi sekali. Yang jelas yang saya tahu di sini ada intan. Sehingga desainnya ini juga desain Intan Martapura, desain bandara ini. Martapura, Kabupaten Banjar dan Kota Banjar baru, kalau intan ingat saya hanya tiga tempat itu.
Dan Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Banyak yang menyampaikan, sebetulnya infrastruktur itu untuk apa sih? Gunanya apa? Manfaatnya apa? Antarnegara sekarang ini, Bapak-Ibu sekalian, persaingannya betul-betul sangat-sangat sengit sekali antarnegara. Kalau kita kalah, daya saing kita kalah, ya jangan bermimpi kita akan menjadi negara maju. Bersaing infrastruktur kita kalah, ya sudah lupakan. Nanti bersaing SDM kita kalah, ya lupakan. Negara ini enggak akan mungkin berkompetisi dengan negara-negara lain.
Sehingga kita kejar, baik itu yang namanya jalan tol, baik itu yang namanya airport, baik itu yang namanya pembangkit listrik, baik itu yang namanya pelabuhan, baik itu yang namanya kawasan-kawasan industri, semuanya yang berkaitan dengan itu terus kita kejar. Karena kita memang kalah.
Saya masuk di 2014, stok infrastruktur kita itu hanya 37 persen sehingga daya saing kita rendah. Kenapa pagi, siang, malam kita kejar yang namanya infrastruktur? Karena ke sana.
Setelah jadi itu apa sih sebetulnya? Misalnya jalan tol, setelah jadi, yang ada di Jawa sudah jadi, terus seterusnya mau diapakan? Ya itu harusnya disambungkan dengan kawasan-kawasan, dengan kawasan pertanian, dengan kawasan perkebunan, dengan kawasan perikanan, dengan kawasan sentra industri usaha-usaha kecil, dengan kawasan industri besar. Sambung-sambungkan semua, dengan kawasan wisata, sehingga memunculkan pertumbuhan.
Di sini pun juga sama. Airport ini harus disambungkan dengan kawasan-kawasan yang tadi saya sebut. Kalau ada di sini kawasan wisata sambungkan ke sana, ada kawasan industri sambungkan ke sana. Dan itu adalah tugas provinsi, kabupaten, dan kota, setelah ini rampung.
Saya ingat, tiga tahun yang lalu waktu Pak Gubernur menyampaikan kepada saya. “Pak, bandara kami perlu dibenahi, perlu diperbaiki. Ya kalau perlu bukan ekspansi dari terminal yang ada, tapi pindah.” Saya sampaikan, “Sekarang urusan pembebasan tanah, siapa yang tanggung jawab? Bagi-bagi dong, masa semua pusat semuanya. Gimana Pak Gub?” “Ya, kita pembebasan tanah.” “Ya, saya beri waktu setahun rampungin coba.” Selesai betul, Oh, ini Pak Gubernur serius.
Sehingga saya perintah ke Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN ke Angkasa Pura I. Sudah, siapkan anggarannya agar segera bisa kita pindahkan dari yang lama ke yang baru. Habisnya Rp2.200 miliar, biar kelihatan gede Rp2.200 miliar. Itu kalau di triliun Rp2,2 triliun. Jangan dipikir angka sedikit lho, Rp2,2 triliun, Rp2.200 miliar. Itu dipakai untuk terminalnya, apron maupun di fasilitas pendukung parkir.
Oleh sebab itu, sekali lagi, saya minta ini selesai, Pak Gubernur, Bupati, Wali Kota segera sambungkan ke kawasan-kawasan yang tadi saya sampaikan. Agar betul-betul efek dari pembangunan ini benar ada dan dirasakan oleh masyarakat.
Ya bangga perlu lah. “Wah bangga sekarang airport di Kalimantan Selatan lebih gede dari airport-airport yang lain.” Boleh. Tapi yang paling penting tindak lanjut dari ini, sehingga menimbulkan trigger ekonomi, menimbulkan trigger pertumbuhan yang ada di daerah sehingga masyarakat betul-betul merasakan. “Oh, saya lebih baik.” “Oh, saya lebih sejahtera.” Itu yang kita inginkan. Ini memang benar-benar bagus betul. Saya lihat-lihat, dari tadi saya turun tadi, memang gede banget dan bagus betul.
Terakhir,
Pergi ke danau mendayung sampan,
Sampan melaju terpercik air,
Bandara baru Kalimantan Selatan,
Semoga rakyatnya rezeki deras mengalir.
Pokoknya –ir ditutup dengan –ir lagi kan. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, siang hari ini saya resmikan operasional pengembangan Bandara Syamsudin Noor di Provinsi Kalimantan Selatan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.