Rapat Kerja Nasional I dan HUT Ke-47 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, 10 Januari 2020, di Hall B, Jakarta International Expo, Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat sore,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Presiden Ke-5 Republik Indonesia dan sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri.
Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Prof. K.H. Ma’ruf Amin, beserta seluruh Menteri yang hadir.
Yang saya hormati Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 Bapak Jusuf Kalla.
Yang saya hormati Wakil Presiden Ke-11 Republik Indonesia Bapak Prof. Boediono.
Yang saya hormati Wakil Presiden Ke-8 Ibu Megawati Soekarnoputri. Jangan lupa Bu Mega pernah jadi Wakil Presiden.
Yang saya hormati Wakil Presiden Ke-6 Bapak Try Sutrisno.
Yang saya hormati Ketua DPR RI, Ketua DPD RI, dan Ketua MPR Republik Indonesia.
Yang saya hormati para Ketua Umum partai-partai yang hadir. Hadir di sini Bapak Airlangga, Bapak Muhaimin Iskandar, Bapak Oesman Sapta Odang, Bapak Zulkifli, dan Bapak Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Republik Indonesia.
Yang saya hormati, yang saya banggakan para senior partai, sekjen, beserta seluruh pengurus DPP, seluruh pengurus DPD, seluruh pengurus DPC, dan para ketua fraksi dan seluruh jajaran, anggota fraksi yang hadir, seluruh kader PDI Perjuangan yang tidak bisa saya sebut satu per satu.
Hadirin dan tamu undangan yang berbahagia,
PDI Perjuangan telah memasuki fase transformasi sebagai partai, sebagai partai massa yang sangat solid berideologi Pancasila, dan juga sebagai partai pelopor. Dan pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin mengucapkan dirgahayu dan selamat ulang tahun yang ke-47.
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
Tadi banyak yang mengingatkan saya. Tahu, saya tahu, saya tahu.
Pertama, Ibu Mega perlu kami sampaikan, bahwa alhamdulillah ekonomi negara kita Indonesia tetap stabil di tengah perekonomian dunia yang terus menurun dan bergejolak. Pertumbuhan kita di tahun 2019 kemarin alhamdulillah masih tumbuh di atas 5 persen lebih sedikit dan dalam 5 tahun yang lalu juga tumbuh kurang lebih di atas 5 persen. Kemiskinan juga turun dari 11 persen menjadi sekarang ini 9,41 persen. Ketimpangan gini ratio yang sebelumnya 0,41 persen sekarang sudah muncul di angka 0,38 persen.
Tetapi masalah terbesar yang kita alami bertahun-tahun dan tidak pernah terselesaikan adalah masalah defisit transaksi berjalan. Kenapa ini terjadi? Problemnya adalah impor kita yang masih besar dan ekspor kita yang harus terus kita tingkatkan. Artinya, impornya masih lebih besar daripada ekspornya.
Oleh sebab itu, saya ingin menyampaikan mengenai transformasi ekonomi dari ekonomi kita yang sudah bertahun-tahun berbasis pada komoditas, pada bahan-bahan mentah, yang kita ekspor selalu bahan-bahan mentah, raw material. Sehingga ke depan kita ingin semuanya kita olah menjadi barang minimal setengah jadi atau barang jadi melalui yang namanya hilirisasi industri, melalui yang namanya industrialisasi seperti tadi yang disampaikan oleh Ibu Mega.
Saya berikan contoh CPO (crude palm oil), minyak kelapa sawit. Kita tahu negara kita sekarang ini memiliki 13 juta (hektare) kebun kelapa sawit yang setiap tahun berproduksi, produksi sekarang ini kurang lebih 46 juta ton per tahun. Bayangkan kalau itu diangkut oleh truk yang kecil itu berapa juta truk. Kalau satu truk 4 ton, berarti kita butuh kurang lebih 11 juta truk untuk ngangkut kelapa sawit kita. Itu untuk bayangan betapa produksi kelapa sawit Indonesia ini sangat besar. Padahal kalau kita bandingkan dengan negara sebelah kita, produksi per hektare kelapa sawit kita itu masih kurang lebih, lebih kurang lebih 4 ton. Harusnya per hektare bisa 7-8 ton, kalau lipat artinya produksi per tahunnya bisa mencapai hampir 100 juta ton.
Apa yang ingin saya sampaikan? Jangan lagi kita mengekspor CPO ini terus-terusan. Harus mulai kita ubah kepada barang setengah jadi atau barang jadi. Ini yang telah kita lakukan karena kalau tidak, kita selalu dimain-mainin oleh pasar.
Uni Eropa memunculkan isu tidak ramah lingkungan. Sebetulnya apa sih mereka ngomong seperti itu? Karena sawit ini bisa lebih murah dari minyak bunga matahari yang dihasilkan oleh mereka. Ini hanya perang bisnis antarnegara, perang ekonomi antarnegara tapi dipakai alasan terus.
Oke enggak apa-apa, kamu enggak beli CPO kita tidak apa-apa, karena sekarang kita telah menjadikan CPO kita, minyak kelapa sawit kita menjadi B20 dan tahun ini sudah B30. Ya kita pakai sendiri saja, seperti tadi yang disampaikan oleh Ibu Mega.
Dan coba bayangkan dengan menjadikan CPO kita ke B30, kita menghemat kurang lebih Rp110 triliun per tahun, Rp110 triliun per tahun. Dan nantinya kalau sampai kepada B50 saya enggak bisa menghitung, yang jelas pasti lebih dari Rp200 triliun.
Yang riset siapa? Riset dan inovasi ini dilakukan oleh siapa? Oleh profesor-profesor di ITB (Institut Teknologi Bandung), bukan dari negara lain. Memang lama, sudah lama ini diriset tetapi untuk masuk ke industri, masuk ke hitung-hitungan ekonomi, memang baru 2-3 tahun yang lalu ketemunya.
Lha kalau ini nanti bisa masuk ke B100, saya tidak bisa membayangkan bahwa kita sudah tidak impor minyak lagi. Semua yang kita pakai adalah green fuel, yang kita pakai adalah biodiesel, semuanya, artinya ramah lingkungan.
Dan komoditas-komoditas yang lainnya, seperti yang kedua, nikel. Kita ini sudah ekspor nikel ore itu sudah berapa juta ton, selalu bahan mentah, selalu bahan mentah. Sejak Januari kemarin setop karena strategi besar kita ke depan kita ingin jadikan nikel ini lithium battery, yang dipakai untuk mobil listrik (electric vehicle). Karena Indonesia adalah produsen terbesar nikel. Memang mungkin di depan, dalam kita memulai ini memang berat dan sangat-sangat sulit tetapi kalau negara tidak memiliki strategi ekonomi, strategi bisnis besar dalam rangka merancang sebuah pembangunan jangka panjang, ya kita akan menjadi eksportir bahan mentah terus. Enggak akan terjadi yang namanya nikel untuk lithium battery.
Inilah juga riset yang terus kita lakukan agar nanti yang namanya lithium battery kita harapkan dalam 2-3 tahun ini akan ketemu yang harganya memiliki tingkat keekonomian yang bisa diterima oleh pasar.
Yang lain-lain juga banyak, yang nanti satu per satu akan kita setop. Mungkin tahun depan bauksit setop, tahun depannya lagi mungkin timah setop, tahun depannya lagi mungkin batu bara setop, tahun depannya lagi mungkin kopra setop. Ingat kopra, minyak kelapa itu bisa dijadikan avtur. Ini sudah hampir ketemu, hampir ketemu. Kalau ini ketemu lagi artinya sudah, semua pesawat akan kita ganti dengan minyak dari kelapa yang dihasilkan oleh rakyat kita, Indonesia.
Saya tidak ingin berpanjang lebar, intinya, intinya seperti yang dikatakan Bung Karno dalam Trisakti-nya, ‘kita harus berdikari di bidang ekonomi’ sehingga kita tidak mudah ditekan-tekan lagi oleh siapa pun, oleh negara mana pun. Dan kita juga akan mandiri secara politik, berdaulat dalam politik karena kita memiliki semuanya di sini yang kita olah dan kita kerjakan sendiri. Itulah yang diajarkan oleh Bung Karno, Trisakti: ‘berdaulat dalam bidang politik’, ‘berdikari di bidang ekonomi’, dan ‘berkepribadian dalam berkebudayaan’.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Sekali lagi saya menyampaikan selamat menjalankan Rakernas yang pertama dan sekali lagi saya mengucapkan selamat hari ulang tahun ke-47 PDI Perjuangan.
Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.