Penyerahan Sertifikat Hak Atas Tanah, 21 Januari 2020, di Kantor Bupati Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 Januari 2020
Kategori: Sambutan
Dibaca: 769 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera buat kita semuanya,
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Pak Wamen (Wakil Menteri ATR/Wakil Kepala BPN), Bapak Gubernur Nusa Tenggara Timur, Bapak Bupati dan Ibu Wakil Bupati Manggarai Barat,
Yang saya hormati Kepala Basarnas yang juga hadir pada pagi hari ini,
Seluruh jajaran provinsi dan kabupaten,
Bapak-Ibu sekalian seluruh penerima sertifikat.

Selamat pagi!

Senang semuanya? Coba sertifikatnya yang sudah diterima diangkat! Jangan diturunkan dulu, mau saya hitung. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, …, 2500, betul. Nanti jangan-jangan yang diterima yang di depan saja tadi. Sekarang semua sudah pegang ya? Hati-hati kalau sudah sertifikat, ini adalah tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki.

Dulu 2015 setiap saya ke desa, setiap saya ke kampung, setiap saya ke daerah apa yang saya dengar? Sengketa tanah, sengketa tanah, konflik tanah, konflik lahan, sengketa lahan di mana-mana di seluruh Indonesia, di seluruh Indonesia. Apa penyebabnya? Masyarakat kita memiliki lahan, memiliki tanah tapi belum pegang sertifikat. Ini adalah tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki.

2015 saya ingat, dari 126 juta bidang tanah yang harusnya semuanya pegang sertifikat, baru 46 juta yang rampung. Dari 126 juta, ini di seluruh Indonesia 126 juta, baru 46 juta. Yang belum 80 juta sertifikat yang harusnya dipegang. Artinya punya tanah tapi enggak pegang sertifikat, kemudian tumpang tindih, akhirnya sengketa di mana-mana.

Kalau yang namanya sengketa tanah ini bahaya, bahaya sengketa tanah. Kalau hanya berantem saja tidak apa-apa. Urusan tanah sangat berbahaya sekali. Oleh sebab itu, saat itu saya tanya kepada Menteri (ATR/Kepala) BPN, “setahun berapa sih produksi di seluruh Indonesia sertifikat?” 500 ribu sampai 600 ribu, 500 ribu. Artinya Bapak-Ibu harus nunggu 160 tahun untuk dapat sertifikat. Karena 80 juta kurangnya, setahun hanya 500 ribu, 160 tahun nunggu pegang sertifikat.

Bapak mau? Ibu mau? Siapa yang mau maju ke sini saya beri sepeda! Nunggu 160 tahun tapi. Siapa yang mau maju ke sini, (menunggu) 160 tahun.

Saya mikir, “aduh, ini kalau diterus-teruskan pusing semua kita.” Sengketa lahan, sengketa tahan di mana-mana, enggak di Sumatra, enggak di Jawa, di Kalimantan, enggak di NTT, enggak di Papua, di Maluku semuanya saya dengar langsung ke telinga saya. Sehingga saat itu saya perintah kepada Menteri, “Pak Menteri, siapkan 2017 saya minta 5 juta (sertifikat) harus keluar dari Kantor BPN, bukan 500 ribu lagi (tapi) 5 juta. Caranya seperti apa? Pak Menteri yang cari jalan agar 5 juta itu keluar. 2018, 7 juta minta keluar sertifikat, 2019 9 juta harus keluar, dari 500 ribu. Mungkin ini Kantor BPN enggak tidur semua. Enggak apa-apa, yang jelas rakyat harus dilayani, sertifikat harus dipegang oleh rakyat. Setuju?

Kalau ndak terus-terus sengketa lahan, sengketa lahan seperti tadi yang disampaikan Pak Wamen tadi, Pak Wakil Menteri tadi. Tapi nyatanya, setelah saya perintah 5 juta, 2017 rampung 5,4 (juta), 2018 7 juta saya perintah, rampung juga, malah melebihi 9 juta. 2019, 9 juta rampung. Lo, lo, lo, kenapa enggak dari dulu-dulu? Sehingga sekarang sudah selesai semuanya gitu lo. Ini yang kita kerjakan.

Terus saya titip, kalau sudah pegang sertifikat, semuanya sudah ada di plastik ya? Masukkan plastik kemudian sampai di rumah tolong difotokopi, jangan lupa. Yang asli taruh di lemari 1, yang fotokopi taruh lemari yang 2. Kalau yang asli hilang masih ada fotokopinya, gitu lo. Ngurusnya mudah ke BPN karena ada fotokopinya. Itu penting.

Yang kedua, kedua, ini biasanya kalau sudah pegang sertifikat, ini banyak, di semua provinsi sama, akan disekolahkan. Tahu? Penginnya disekolahkan, dipakai jaminan, dipakai agunan ke bank. Benar? Ada yang mau ini disekolahkan? Coba tunjuk jari! Enggak usah malu, enggak apa-apa. Ini dijaminkan ke bank sebagai agunan enggak apa-apa, sebagai jaminan enggak apa-apa, emang ini barang yang sangat berharga. Tapi hati-hati, saya titip kalau mau pinjam uang ke bank hati-hati, dihitung, dikalkulasi dulu, jangan sampai sertifikat jadi, pinjam ke bank ya kan, enggak bisa mengembalikan sertifikatnya hilang. Nah hati-hati. Jadi kalau pinjam ke bank, hati-hati.

Tanahnya luas, pinjam, dapat Rp300 juta. Wah dapat duit gede banget, Rp300 juta karena tanahnya gede. Bawa pulang, pinjam ke bank, duitnya Rp300 juta bawa pulang. Malamnya mimpi pengin mobil. Besok(nya) pergi ke dealer, kasih uang muka. Ini mulai malapetaka di sini. Hati-hati, uang pinjaman tidak boleh dipakai untuk itu. Beli sepeda motor, beli mobil, tidak. Itu barang kenikmatan.

Kalau Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya dapat Rp300 juta, gunakan semuanya untuk modal usaha, untuk modal kerja. Kalau pinjam, dapat Rp50 juta, gunakan semuanya untuk modal kerja, untuk modal usaha, jangan pakai lain-lain. Pakai mobil ya kan, dapat Rp300 juta. Separuh untuk beli mobil masih nyicil, dapat Rp50 juta, Rp20 juta untuk beli sepeda motor, hati-hati. Atau mengambil Rp5 juta masih nyicil, hati-hati. Menyetir mobilnya hanya 6 bulan. Gagah, ganteng, muter-muter kampung, wah pakai mobil muter, 6 bulan. Setelah itu, enggak bisa nyicil ke bank, ya kan, enggak bisa nyicil ke dealer, mobilnya diambil, sertifikatnya hilang. Gagahnya hanya 6 bulan, hati-hati, saya titip ini. Banyak kejadian, enggak ngehitung saking senangnya, 6 bulan, 6 bulan.

Siapa yang mau 6 bulan? Maju ke depan, saya beri sepeda. Tunjuk jari coba, yang ingin memakai ini untuk agunan ke bank, tunjuk jari. Enggak usah malu. Oh, banyak, banyak, banyak, banyak, oke. Tunjuk jari lagi sebentar, saya mau… Ya, coba maju ke depan, Bapak. Ini yang belakang, yang belakang, tadi semangat. Ya, ya Bapak yang menengok ini. Enggak, enggak, ini, ini, ini. Nah, ini tadi sudah tunjuknya semangat, kok.

Yang sertifikatnya disimpan, tidak dipakai untuk jaminan, tunjuk jari. Enggak ada? Berarti dipakai pinjam semua ini. Ada? Yang sertifikatnya hanya disimpan, tidak dipakai untuk pinjaman ke bank, ada? Tunjuk jari. Ada? Mana? Mana? Ya, coba maju. Yang pegang sertifikat, maju sini.

Yang belum tahu, “sertifikatnya ini saya pakai apa,” belum tahu. Coba, tunjuk jari. Oh, belum tahu, belum tahu, ya ayo maju, sini maju. Sudah. Mau saya tanya satu-satu ini. Sini maju, Pak sini. Sudah, sini. Satu lagi, ya, maju.

Silakan dikenalkan Pak, namanya, dari mana.

Alexander Suhandi
Terima kasih, Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sini, agak dekat saya enggak apa-apa kok.

Alexander Suhandi
Nama saya Alexander Suhandi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Panggilannya Pak Alex?

Alexander Suhandi
Panggilannya Pak Alex.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Alex, ya.

Alexander Suhandi
Saya berasal dari Desa Nggorang, Kecamatan Komodo.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Desa Nggorang?

Alexander Suhandi
Desa Nggorang, Kecamatan Komodo.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Dari sini berapa menit, berapa jam?

Alexander Suhandi
Lima belas menit saja.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, 15 menit, dekat, ya, oke. Sertifikatnya berapa meter persegi?

Alexander Suhandi
Sertifikatnya…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Tanahnya berapa meter persegi?

Alexander Suhandi
Delapan ribu, eh 800 sekian lebih.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Saya ingatkan ya, kalau memiliki lahan, kalau memiliki sertifikat, harus hafal (kalau) ditanya. Oh, ini barang mahal, ini barang mahal banget ini. Ya, coba saya lihat. Ini di sini. Nama pemilik itu ada di sini, Pak Alexander Suhandi, betul? Ya. Desanya di Desa Nggorang, nah ini pada menengok itu enggak tahu semua berarti itu. Ya, meter perseginya di sini 813 meter persegi. Harus ingat semuanya. Tanahku berapa, milikku berapa, harus hafal. 813, Pak Alex, ya.

Ya, ini mau dipakai untuk apa? Tadi katanya mau dipakai jaminan ke bank? Iya mau dipakai jaminan ke bank?

Alexander Suhandi
Iya…

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mau pinjam berapa?

Alexander Suhandi
Mau pinjam sesuai dengan kebutuhan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kok sesuai dengan kebutuhan gimana? Kalau ditanya mau pinjam berapa, “mau pinjam Rp50 juta, Pak. Mau saya pakai untuk beli ini, ini, ini,” sudah direncanakan, jangan disesuaikan itu, aduh, jadi mobil nanti ini. Harus tahu, ya. Kalau sudah pegang sertifikat, “Oh, saya mau pakai jaminan ke bank, mau saya pakai untuk apa? Oh, untuk buka toko.” Buka toko itu butuhnya apa, dirinci, direncanakan. “Oh, toko itu harus beli ini, ini, ini, ini, untuk modal ini, ini, ini, ini. Oh, ternyata butuhnya tidak Rp50 juta tapi Rp30 juta cukup.” Jangan Rp50 juta cukup, pinjamnya Rp100 juta, jadi mobil nanti itu. Hati-hati.

Jadi Pak Alex mau pinjam berapa? Sudah ngehitung?

Alexander Suhandi
Kira-kira Rp25 juta, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Kira-kira Rp25 juta. Kalau bisa enggak usah pakai ‘kira-kira’, “Rp25 juta, Pak.” Rp25 juta dipakai untuk usaha apa?

Alexander Suhandi
Usaha warung.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Warung.

Alexander Suhandi
Kebetulan di rumah saya, di depan rumah saya ramai orang.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ramai orang. Berarti mau buka warung? Warung apa?

Alexander Suhandi
Bubur kacang dengan pisang goreng.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bubur kacang sama pisang goreng? Rp25 juta bubur kacang sama pisang goreng?

Alexander Suhandi
Sekaligus untuk tempat usahanya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Sekaligus…bikin tempat usaha? Oh, bisa. Kalau berjualan pisang goreng, Rp25 juta berapa truk? Oke, harus dihitung Pak Alex, ya dihitung. “Oh, saya bikin bangunan butuh sekian. Oh, untuk modal usaha, pisangnya butuh Rp2 juta. Oh, untuk berjualan…,” Apa itu tadi, satu lagi? Bubur?

Alexander Suhandi
Bubur kacang.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Bubur kacang…,”Oh, Rp3 juta.” “Oh, berarti tidak usah Rp25 juta, Rp15 juta cukup.” Nah, dihitung betul, direncanakan betul. Kita ini sering tidak merencanakan sehingga waktu mengambil Rp25 juta, “Lo, kok ternyata Rp15 juta cukup. Kok sisa Rp10 juta?” Lha, ini mulai. Hati-hati, kalau kita ingin mengerjakan sesuatu, tidak direncanakan, hati-hati. Ya, tapi Pak Alex sudah betul, Rp25 juta… Untuk bikin bangunan, berapa juta itu bangunannya kira-kira?

Alexander Suhandi
Kira-kira Rp10 juta.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp10 juta, masih Rp15 juta untuk pisang goreng dan bubur.

Alexander Suhandi
Kebetulan lahan juga saya ada sedikit ini… nanti tambah dengan benih porang, benih porang yang sekarang lagi….

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, menanam porang?

Alexander Suhandi
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oke, ya, betul. Boleh. Semuanya harus direncanakan. Jangan nanti mau jualan pisang sama bubur plus porang. Karena duitnya nanti banyak. Ya, silakan Pak Alex ke sini. Ya, sudah.

Ini, ini, silakan. Ya, sudah, kenalkan nama. Dekat, dekat sini, dekat, dekat. Kok jauh, jauh semuanya dari saya.

Yoseph
Selamat siang Bapak Presiden. Terima kasih atas kunjungannya. Ibu Negara, Bapak-Ibu Menteri.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya.

Yoseph
Nama saya Yoseph, biasanya dipanggil Yos.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Yos… Pak Yos? Ya.

Yoseph
Tadi sebetulnya saya… Kan sertifikatnya sebenarnya saya gunakan untuk ditaruh ke bank tetapi biar Presiden bisa panggil saya, saya pura-pura bilang tidak (mau mengajukan pinjaman ke bank).

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini berarti Pak Yos mau pinjam ke bank juga?

Yoseph
Iya, Pak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mau pinjam ke bank?

Yoseph
Iya, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Mengaku saja, enggak apa-apa.

Yoseph
Karena kalau saya mengatakan, “oh saya mau pinjam ke bank,” karena banyak orang angkat tangan berarti saya punya peluang sedikit.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak apa-apa, oke. Mau pinjam ke bank, tanahnya berapa meter persegi?

Yoseph
Tanahnya 935 meter persegi.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
935 meter persegi. Oh, luas-luas. Tadi 813 meter persegi, 935 (meter persegi). Oke, mau pinjam ke bank, mau pinjam berapa?

Yoseph
Mau pinjam Rp30 juta, Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp30 juta, dipakai untuk apa?

Yoseph
Untuk usaha beras.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Usaha beras? Rp30 juta. Beras per kilogram itu Rp10 ribu, berarti  kalau…

Yoseph
Sekarang Rp10.500.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Rp10.500, berarti Rp30 juta dapat berapa ton? Banyak banget lo, hati-hati lo. Dapat berapa truk? Hati-hati. Apakah perlu Rp30 juta?

Yoseph
Tiga ton pas.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya kan, nanti kalau ke bank juga ditanya itu. “Bapak mau pinjam berapa?” “Rp30 juta.” “Untuk beli apa?” Ini saya tes dulu, begitu lo. Harus bisa menyampaikan. “Oh, saya mau beli ini, ini, Pak,” ke bank sana. Mesti, “oh ya, oke”, diberi. Kalau enggak logis juga bank enggak juga akan memberikan, biasanya seperti itu. Rp30 juta, untuk jualan beras semuanya Rp30 juta?

Yoseph
Tidak juga, kios.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk kios?

Yoseph
Iya.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Untuk kios. Tapi kan perlu juga mungkin sepeda motor atau mobil begitu?

Yoseph
Sepeda motornya kebetulan ada, Pak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, sepeda motornya ada. Tapi kan, untuk Pak Yos saja, mungkin istri kan belum. Ndak?

Yoseph
Untuk sementara istrinya ikut di kita saja.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Saya tes ini. Oke lulus, kelihatannya lulus.

Yoseph
Berikutnya Bapak Presiden, saya mau sampaikan bahwa….

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya.

Yoseph
Beberapa bulan lalu, kami melihat di televisi….

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ya.

Yoseph
Juga tayang di YouTube, lainnya, ada orang NTT yang membentak-bentak Presiden. Saat ini, kami orang NTT tidak akan lagi membentak Presiden. Dan mudah-mudahan nanti kami diberi kuis, kami akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan Bapak Presiden tanpa membentak-bentak Presiden,

Baik. Terima kasih banyak.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak membentak, siapa yang membentak? Waktu Natalan (Perayaan Natal Nasional 2019) itu, kan?

Yoseph
Iya, Natalan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Enggak, enggak membentak. Ya memang setiap, setiap wilayah, setiap provinsi, itu mempunyai logat sendiri-sendiri.

Yoseph
Iya, betul. Itu yang mau saya sampaikan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ada yang halus, ada yang setengah membentak, ada yang membentak tapi tetap orangnya baik, gitu lo. Enggak, saya enggak punya perasaan apa-apa. Kita ini memiliki budaya yang sangat beragam di Indonesia ini. 714 suku, 714 suku yang bahasanya berbeda-beda, budayanya berbeda-beda, logatnya berbeda-beda. Kita kalau ke Batak, “Horas!” Kalau enggak biasa kaget, tapi memang, tapi ya memang itu budaya Batak. Saya enggak merasa kemarin dibentak, enggak.

Ya, terima kasih Pak Yos.

Silakan ke sini. Ya. Sini, kenalkan.

Ambrosius Darson
Baik. Nama saya Ambrosius Darson. Biasa dipanggil Soni.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Soni?

Ambrosius Darson
Siap.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Siapa namanya? Pak?

Ambrosius Darson
Ambrosius Darson.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Pak Ambrosius?

Ambrosius Darson
Darson.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Darson. Kok panggilannya Soni?

Ambrosius Darson
Siap.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ambrosius Darson, oh kena belakangnya, ‘…Son’, ‘Darson’, oke. Soni, Pak Soni, oke.

Ambrosius Darson
Kecamatan Ndoso.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Di mana itu?

Ambrosius Darson
Dari Desa Momol, Kecamatan Ndoso.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Berapa jam dari sini?

Ambrosius Darson
Dari sini ke ke Kecamatan Ndoso itu 8 jam, Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Delapan jam?

Ambrosius Darson
Delapan jam.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Wah, jauh banget. Berarti berangkatnya kemarin?

Ambrosius Darson
Iya, kemarin, Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, terus di sini menginap?

Ambrosius Darson
Iya, menginap, Bapak Presiden.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Menginap?

Ambrosius Darson
Siap, menginap.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Ini sertifikat mau dipakai apa?

Ambrosius Darson
Tadi Pak Presiden tanya, sertifikat yang tidak mau gadai di bank, makanya saya angkat tangan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Terus?

Ambrosius Darson
Saya punya prinsip begini, ini saya punya tanah ini warisan dari leluhur.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, warisan dari leluhur.

Ambrosius Darson
Kami ini petani, Pak Presiden, bisa diolah, bukan hanya (diagunkan) ke bank.  Kalau semua ke bank, siapa yang mau beli lagi? Beli barang-barang yang dijual. Kami ini petani, ya kami berdayakan tanah itu untuk tanam cengkih atau apa yang lain.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, mau tanam cengkih?

Ambrosius Darson
Siap.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Apa tanahnya, tempat Pak Soni dingin ya?

Ambrosius Darson
Ya, dingin.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, untuk tanam cengkih, oke. Ya bagus. Berarti ini sertifikat disimpan?

Ambrosius Darson
Ya, disimpan.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Menyimpannya di mana?

Ambrosius Darson
Ya, simpannya di rumah. Di lemari.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Di lemari. Ya menyimpan kan bisa di mana-mana. Di lemari, oke.  Ya, oke. Ya ada (yang) dipakai untuk jaminan, ada yang disimpan di lemari, enggak apa-apa. Kenapa enggak dipakai untuk jaminan ke bank? Ini pinjam ke bank, itu nanti untuk beli bibit cengkih, begitu?

Ambrosius Darson
Ya, ini kalau pribadi saya Pak Presiden, kalau kita usaha dari hati, itu petani itu, sama sih kayak kita usaha kayak buka kios, semua hasilnya sama.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Oh, semuanya hasilnya sama. Oke, oke. Oke, ya ini keyakinan, enggak apa-apa. “Saya yakin, nanti pinjam ke bank bisa ini, ini.” Tapi ada yang punya keyakinan berbeda, “Oh, saya pengin tani, menanam cengkih, hasilnya nanti juga sama kok.” Enggak apa-apa.

Ambrosius Darson
Ya, intinya sertifikat ini Bapak Presiden, kami sangat berterima kasih. Intinya, (sertifikat ini) bukti kepemilikan yang sah.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, betul.

Ambrosius Darson
Bukti hukumnya jelas.

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Iya, ini tanda bukti hak hukum atas tanah yang kita miliki. Ya, terima kasih Pak Soni, terima kasih. Ya sudah, terima kasih semuanya.

Nah, ini ya, saya ingin menunjukkan yang namanya kerja cepat. Sertifikat juga sama, dulu 500 ribu sekarang bisa 9 juta per tahun seluruh Tanah Air. Ini juga kerja cepat. Ini Bapak, ini tadi kan baru saja berdiri di sini, belum ada 5 menit, nih fotonya jadi. Ini foto ini mahal karena di belakangnya ada tulisan ‘Istana Presiden Republik Indonesia’. Oke, ini Pak Soni, sudah. Ini, Pak Yos, ya. Oke, sama-sama. Sudah, silakan.

Hah? Sepeda? Sudah diberi foto mau diberi sepeda? Pak, Pak, ini ada sepeda lagi tambahan. Enggak mau, itu enggak mau, biarkan enggak mau. Mau sepeda? Ini, ini, sepeda diambil, sepeda diambil. Ini Pak, ini sepedanya diambil. Sepeda ini, diambil. Dapat foto, dapat sepeda, dapat sertifikat.

Dibawa ke mana itu? Dibawa ke tempat duduk saja. Kok malah mau pulang? Dibawa saja ke tempat duduk. Nah.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Jadi saya dengan para Menteri ke NTT ini untuk apa? Memang kita ingin membangun Labuan Bajo. Airport-nya mulai tahun ini, nanti sebentar lagi airport-nya, landasannya akan diperpanjang. Terminal tunggunya juga akan diperbesar dan diperbaiki. Untuk apa? Agar turis-turis dari mancanegara itu datang ke sini bisa menikmati suasana budaya di Labuan Bajo. Bukan hanya airport-nya saja, sebentar lagi jalan-jalan di sini, trotoarnya juga akan diperbaiki, kemudian untuk air baku juga akan ada bendungan yang kita harapkan segera selesai, pengolahan sampah juga akan kita bangun di sini. Dan ya nanti dilihat akhir tahun ini perubahan di Labuan Bajo ada tidak, dilihat, kita lihat.

Karena untuk airport-nya saja itu habis kurang lebih, berapa Pak Menhub? Satu? Airport itu habis berapa itu kira-kira? Satu koma? Rp1,2 triliun untuk airport-nya saja. Kemudian untuk pembenahan Labuhan Bajo habis berapa Pak Menteri PU? Rp970 miliar. Kita benahi semuanya. Nanti kita lihat akhir tahun ini ada yang berubah ndak. Coba dilihat.

Kita lihat sekarang seperti apa, nanti setahun lagi kita lihat lagi seperti apa. Saya enggak akan banyak omong, nanti kita lihat bersama-sama akan ada perubahan total di sini.

Dan kita harapkan nanti memiliki dampak ekonomi pada masyarakat. Kalau turis semakin banyak ke sini, belanja banyak di sini seperti tadi disampaikan oleh Pak Bupati, pendapatan asli daerah saja meningkat sampai 1.000 persen, 10 kali lipat berarti. Dan nanti setelah selesai itu enggak tahu meloncatnya akan berapa kali lipat lagi, saya enggak ngerti.

Tetapi saya minta, terutama yang berada di sekitar Labuan Bajo, semuanya kita harus siap, ramah terhadap wisatawan, tidak buang sampah sembarangan, ini penting sekali, baik di laut maupun di darat. Harus kita mulai ini. Murah senyum, tapi kalau di sini murah senyum semuanya. Sudah. Jadi kesiapan ini yang harus mulai kita hadirkan di Labuan Bajo ini.

Nanti kalau hotel-hotel besar juga sudah berdiri di sini, nanti akan… semakin banyak hotel nanti dia akan butuh untuk makan pagi turis. Berarti butuh sayur, ya kan? Butuh buah. Ngambilnya ya dari sekitar sini. Nanti petani akan gampang menjual barang-barangnya, semuanya. Ini dampak ekonomi yang nanti akan kelihatan setelah Labuan Bajo ini betul-betul jadi dan menjadi tempat para wisatawan menikmati keindahan alam yang ada di sini.

Jadi hati-hati, marilah kita jaga bersama-sama. Dan juga akan saya siapkan mungkin setiap tahun 5 juta bibit pohon yang nanti kita tanam bersama-sama agar ini semuanya menjadi hijau. Tanamannya apa nanti sebentar lagi akan segera akan kita bangun di sini tempat persemaian/nursery yang nanti untuk pembibitan dalam jumlah yang sangat banyak.

Saya rasa itu yang bisa sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru