Pencanangan Pelaksanaan Sensus Penduduk 2020, 24 Januari 2020, di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Ketua dan Pimpinan Lembaga Negara, hadir di sini Bapak Ketua MK, Pimpinan MPR RI, DPR RI, dan DPD RI.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Kepala Badan Pusat Statistik beserta seluruh jajaran,
Bapak-Ibu sekalian hadirin yang berbahagia.
Ada yang hafal nyanyian ‘Mencatat Indonesia’ tadi? Silakan maju, saya beri sepeda. Silakan kalau berani, asal jangan di sana.
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,
Data sekarang ini adalah jenis kekayaan baru. Saat ini data adalah new oil, bahkan lebih… bahkan lebih berharga dari minyak. Data yang valid merupakan kunci utama kesuksesan pembangunan sebuah negara. Karena data yang akurat sangat penting. Data yang akurat sangat penting untuk menyusun perencanaan yang benar, data yang akurat sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat, data yang akurat sangat penting untuk mengeksekusi program yang tepat sasaran. Jangan sampai memutuskan, membuat perencanaan, mengeksekusi program enggak pegang data.
Saya kalau ragu, sering sekali telepon ke Pak Kepala BPS. Pagi, kadang tengah malam, “datanya seperti apa?” “‘Sebentar Pak, tunggu.” Enggak ada 1 jam sudah dikirim. Dari situlah sebetulnya perencanaan dimulai, keputusan yang tepat itu bisa dieksekusi, program itu bisa dieksekusi. Jangan pakai feeling, bahaya, bahaya sekali.
Dan sensus penduduk yang dilaksanakan 10 tahun sekali, tadi sudah disampaikan oleh Pak Kepala BPS, bertujuan untuk menghasilkan satu data kependudukan. Data penduduk merupakan data dasar untuk membuat perencanaan di berbagai bidang. Dan data hasil Sensus Penduduk 2020 nantinya tidak hanya bermanfaat untuk membuat perencanaan masa kini tetapi juga membuat proyeksi sampai tahun 2050.
Tadi juga sudah dihitung, penduduk sekarang 200…, saya baca tadi 267 (juta penduduk). Diperkirakan di 2045, 319 juta (penduduk). Ya, bagus, normal. Artinya pertumbuhan tidak cepat tetapi juga jangan sampai tidak ada pertumbuhan penduduk karena kita butuh produktivitas. Sekarang di Eropa, suami-istri banyak yang enggak senang punya anak, nah produktivitasnya… Tapi kita memiliki bonus demografi, kalau kita bisa memanfaatkan dengan meng-upgrade, upscalling SDM kita inilah kekuatan besar yang nanti akan kita miliki.
Dua inovasi dalam Sensus Penduduk 2020. Yang pertama, pemanfaatan data adminduk (administrasi kependudukan) sebagai data dasar pelaksanaan sensus. Artinya, data-data ini nantinya akan dipakai oleh Pak Mendagri. Dan yang kedua, Sensus penduduk online, agar masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam sensus penduduk dengan mudah. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk pendidikan, bentuk edukasi kepada masyarakat untuk mulai sadar betapa pentingnya data administrasi yang sejalan dengan Program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi.
Data hasil sensus penduduk di 2020 ini selanjutnya akan dimanfaatkan untuk penyempurnaan data administrasi kependudukan yang dikelola oleh Kementerian Dalam Negeri sebagai wujud dari percepatan pengembangan statistik hayati, sebagaimana tertuang dalam Perpres 62 Tahun 2019.
Kunci utama kesuksesan sensus penduduk tahun ini, 2020, adalah partisipasi dari seluruh elemen bangsa. Hajatan besar ini harus didukung oleh semua pihak. Oleh sebab itu, saya mengajak untuk berpartisipasi di dalam Sensus Penduduk 2020 ini, baik pada sensus penduduk online dari tanggal 15 Februari sampai 31 Maret 2020, maupun sensus penduduk wawancara, yaitu tanggal 1 sampai 31 Juli 2020.
Saya ingin memerintahkan pada seluruh kementerian dan lembaga, termasuk di dalamnya pemda beserta seluruh pihak untuk memberikan dukungan penuh dalam menyukseskan kegiatan Sensus Penduduk 2020 ini.
Sebagai tambahan, saya kira Bapak-Ibu tahu semuanya bahwa urusan penduduk di negara kita ini perlu adanya pemerataan. Karena dari 267 juta (penduduk), itu 56 persen itu ada di Jawa. 56 persen data yang saya miliki. Artinya, kurang lebih 149 juta (penduduk) ada di Jawa, sehingga daya dukung Jawa ini sebetulnya sudah enggak mampu.
Oleh karena itu, karena magnetnya itu ada di sini, di Jakarta, nah magnetnya digeser ke ibu kota yang baru, agar ada magnet lagi untuk pemerataan penduduk, pemerataan ekonomi. Karena PDB ekonomi juga sama, PDB ekonomi itu di Jawa 58 persen ada di Jawa, 58 persen ada di Jawa. Pulau Jawa ini kan salah satu dari 17.000 pulau yang kita miliki, masa semuanya pengin di sini semua. Tapi saya juga enggak tahu apakah nanti pindah pada mau. Kalau saya sih saya paksa.
Ini ada, ya supaya mendapatkan gambaran, tadi urusan penduduk rampung, supaya dapat gambaran pemerataan penduduk nanti seperti apa, nah ini saya bawakan gambarnya ibu kota baru.
(Penayangan Video Nagara Rimba Nusa)
Tidak ada ibu kota seluruh dunia seperti ini nanti, tidak ada. Itu diferensiasinya ada di situ. Semuanya energi baru terbarukan. Transportasi massal semuanya elektrik, electric vehicle, autonomous vehicle. Kendaraan pribadi juga autonomous, juga elektrik. Banyak orang jalan kaki, banyak orang bersepeda. Enggak ada banjir, enggak ada macet.
Dan yang paling penting yang ingin kita bangun adalah sebuah peradaban baru. Di mana tadi sudah saya sampaikan, penggunaan transportasi massal sebanyak-banyaknya, tapi memakai elektrik dan autonomous. Kendaraan pribadi juga electric vehicle dan autonomous. Tetapi kita pindah ke sana itu bukan ingin pindah gedung, ingin pindah lokasi, bukan itu. Yang paling penting adalah bagaimana kita membangun sebuah sistem, pindah pola kerja, pindah sistem kerja, pindah kultur kerja karena ke depan persaingan akan semakin berat. Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.