Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan Tahun 2020, 4 Maret 2020, di Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Pak Menko Perekonomian, para Menteri yang hadir, Pak Menteri Perdagangan, Menteri Koperasi dan UKM, Seskab,
Yang saya hormati Pimpinan Komisi VI DPR RI yang hadir,
Yang saya hormati para Pejabat Eselon I, II, serta Kepala Dinas yang pada pagi hari hadir,
Juga Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KADIN), Atase Perdagangan, serta Kepala ITPC (Indonesia Trade Promotion Center), Duta Besar Republik Indonesia untuk WTO,
Bapak-Ibu hadirin yang berbahagia.
Tantangan yang kita hadapi saat ini betul-betul sangat tidak mudah. Dulu kita berpikir menyelesaikan satu saja sudah pusing urusan perang dagang. Perang dagang belum bisa diselesaikan sekarang muncul Virus Korona (COVID-19) yang itu menambah sulitnya ekonomi dunia, sulitnya politik global yang menjadikan tidak menentu.
Dampaknya akan kita rasakan betul, baik itu dari sisi penurunan aktivitas ekonomi, melambatnya kinerja di berbagai sektor, baik pariwisata, perdagangan, dan investasi. Dan kita harapkan ini bisa, meskipun ada tekanan yang sangat berat seperti ini, kita harus bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada, tetap fokus bekerja, menjaga optimisme, memanfaatkan peluang, dan mencari jalan keluar dari setiap titik-titik yang menjadikan kesulitan-kesulitan kita.
Yang pertama, jangan bekerja rutinitas, ini keadaannya tidak normal. Saya kira Pak Ketua KADIN yang di lapangan, pelaku pasti ngerti kesulitannya. Sekali lagi, jangan bekerja normal dan rutinitas. Carikan terobosan-terobosan yang sederhana, simpel, tetapi bisa menjadikan kelancaran aktivitas, baik aktivitas ekonomi secara makro, ekspor, maupun impor. Karena kita tahu kerusakan disrupsi ini sudah mengenai titik-titik semuanya. Titik suplai kena, demand kena, produksinya kena, kena semuanya. Jadi hati-hati, jangan menganggap ini hal yang biasa.
Sekarang pertama urusan impor, tolong ini betul-betul dilihat yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan (policy-policy) impor. Jangan lagi ada yang menghambat di situ, karena nanti menyangkut bahan baku industri, hati-hati ini. Dan kita tahu industri yang ada di Tiongkok sudah berhenti, padahal suplai bahan baku kita yang banyak dari sana. Sudah di sana sulit, masuk ke sini dipersulit. Hati-hati policy (kebijakan) berkaitan dengan ini.
Saya berikan contoh bahan baku industri garam. Ini bahan baku industri ini, garam, gula untuk makanan dan minuman. Jangan sampai ada industri yang mengeluh urusan ini, ini contoh saja, banyak produk yang lain yang tidak bisa saya sebut satu per satu.
Ini persoalan mudah tetapi menjadi sulit karena kita rutinitas, tidak merespons, tidak memiliki feeling bahwa sekarang ini keadaan sulit. Sudah suplainya sulit, masuk di sini malah dipersulit. Yang saya lihat pertumbuhan yang namanya makanan dan minuman (mamin) itu naik, mestinya kapasitas ini naik dong, kapasitas suplai bahan bakunya. Hitung-hitungannya setiap tahun kita punya tho. Berapa sih kebutuhan garam industri, berapa sih kebutuhan gula industri, ada semuanya. Hati-hati mengenai ini. Jangan sampai dalam situasi demand yang terdisrupsi, situasi suplai yang terdisrupsi, produksi yang terdisrupsi, kita malah enggak merespons itu, masih menganggap biasa-biasa saja.
Yang saya sering marah pada Menteri maupun Dirjen gara-gara hal-hal seperti ini. Tidak hanya di Kementerian Perdagangan, karena ini urusannya juga hanya bukan urusan Menteri Perdagangan.
Urusan dokumen saja sulit. Misalnya industri hortikultura, urusan anggur, mengurus dokumen saja sangat sulit sekali. Juga komoditas-komoditas yang lain, perlu rekomendasi dari sini, rekomendasi dari sini. Ini sudah harus hilang sekarang ini sudah, dalam situasi kayak gini.
Jadi Rapat Kerja pada hari ini itu fokusnya di situ saja, bagaimana relaksasi, bagaimana melonggarkan, bagaimana mempercepat prosedur-prosedur yang sebelumnya sangat lama dan berbelit-belit. Itu saja yang dibicarakan sudah. Prosedur mana potong, prosedur mana sederhanakan, prosedur mana simpelkan.
Situasinya ini tidak normal. Jangan Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara menganggap ini situasi yang normal, sangat tidak normal. Situasi sangat berbeda, karena Korona ini sangat berbeda.
Sekali lagi, saya ingatkan karena Korona ini demand rusak, suplai rusak, produksi rusak. Demand termasuk di dalamnya tentu saja konsumsi dan investasi. Investasi yang mau masuk, sudah mau masuk, karena ada Korona ngerem, hati-hati. Konsumsi juga sama, permintaan konsumsi juga sama. Sehingga jangan sampai ada, sekali lagi, saya sampaikan ada prosedur-prosedur yang menyulitkan pada posisi yang sekarang ini semua negara sedang dalam posisi kesulitan. Suplai kita tahu, tadi saya sampaikan, suplai ini karena pabrik-pabrik berhenti, karena industri-industri berhenti. Artinya apa? Suplainya pasti terhambat.
Padahal bahan baku kita yang dari China ini sangat gede sekali. Saya berikan contoh, misalnya untuk komponen elektronik itu dari Wuhan, dari Tiongkok itu 10 miliar angka yang saya terima, USD10 miliar. Itu hanya barang itu saja. Itu sudah 50 persen impor Indonesia ada di situ. Di sananya terganggu suplainya, ya artinya di sini pun kalau kita enggak memberikan kelonggaran juga terganggu. Kalau terganggu, artinya nanti harganya pasti naik. Kalau harganya naik pasti nanti larinya inflasi akan naik. Ini yang sudah kita jaga lima tahun, berpuluh tahun inflasi kita di atas 8 (persen), di atas 9 (persen), kita sudah bisa menjaga pada posisi kurang lebih 3 persen selama lima tahun ini. Jangan sampai terganggu gara-gara hal-hal seperti ini.
Contoh, dalam dua bulan ini urusan bawang putih saja memberikan kontribusi inflasi yang tidak kecil. Gara-gara tadi, prosedur. Kecepatan kita sekarang ini sangat dibutuhkan sekali, sehingga aturan-aturan yang selama ini ada tolong dalam Raker ini dibicarakan. Harus ada relaksasi impor, baik tarif maupun non-tarif. Lihat, lihat betul, yang kita butuhkan sekarang ini itu. Prosedur-prosedur impor, surat-surat keterangan asal, izin-izin yang ada, relaksasi semuanya, berikan kelonggaran.
Saya kira kemarin Bank Indonesia sudah melakukan relaksasi/kelonggaran yang itu memberikan dampak kepada penguatan rupiah, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). OJK juga sudah merelaksasi, memberikan kelonggaran-kelonggaran, sehingga juga memberikan dampak positif baik pada penguatan rupiah maupun IHSG. Saya berharap juga kementerian-kementerian melakukan ini.
Dan pada hari ini saya minta Rakernya fokus di situ saja, enggak usah ke mana-mana bicaranya. Karena sekali lagi, suplai barang harus cukup dan kita ini dihadapkan, sebentar lagi dihadapkan pada yang namanya Puasa Ramadan. Hati-hati lo ini, suplai bukan hanya untuk industri, suplai untuk barang-barang konsumsi juga harus dihitung. Sudah dekat dengan puasa, sehingga suplai barang harus cukup.
Hati-hati, tolong dihitung, urusan bawang putih, urusan daging, urusan gula, ini jangan sampai membuat masyarakat khawatir. Sudah khawatir karena Korona, khawatir lagi karena suplai barang yang tidak ada, berbahaya. Tolong betul-betul ini rasa/feeling kita merespons keadaan ini harus betul-betul ada. Sekali lagi, jangan rutinitas.
Untuk ekspor juga sama. Saya titip untuk ekspor juga sama. Dokumen-dokumen yang tidak perlu, apa sih. Kita ini butuh menyuplai negara-negara. Dan saya kemarin senang sebetulnya sebelum ada Korona masuk ke kita, saya sudah dapat laporan bahwa PMI (Purchasing Manager’s Index) itu naik kita, bagus. Artinya apa? Ada pesanan dari negara lain yang dulu masuk ke Tiongkok itu belok kita. Bagus, sudah di atas 50 (persen). China anjlok jadi 35 persen, kita di atas 50 (persen), artinya ada pembelokan ini.
Pembelokan itu artinya apa? Artinya produksi kita akan naik, kapasitas idle kita akan bertambah. Kalau ini bertambah, artinya apa? Suplai bahan bakunya harus ada. Hubungannya itu kita harus mengerti. Kalau ada tambahan pesanan, kemudian suplai bahan bakunya enggak ada, ya percuma. Mau ngerjain apa dengan pesanan yang ada? Ini ada peluang, ini ada kesempatan.
Tapi sekali lagi, prosedur-prosedur itu harus mulai direlaksasi, dihilangkan, disederhanakan. Jadi, yang namanya impor bahan baku itu berilah betul-betul perhatian. Kemarin dalam Rapat Paripurna juga sudah saya tekankan mengenai ini. Dan saya berharap dalam Rapat Kerja kali ini betul-betul nanti apa yang saya sampaikan bisa dalam implementasinya betul-betul bisa dilaksanakan. Ini kesempatan, ada kesempatan, ada peluang, ada problem-problem yang memang harus kita selesaikan lewat Raker ini. Jangan menjadi Raker yang rutinitas, tetapi ini menjadi Raker di mana ada sebuah perubahan total dari pola pikir kita, pola kerja kita, budaya kerja kita dalam merespons setiap perubahan-perubahan ekonomi global yang ada.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2020 saya nyatakan dibuka.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.