Untuk Pulihkan Ekonomi, Presiden Minta Bantuan Langsung ke Masyarakat Dipercepat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 Agustus 2020
Kategori: Berita
Dibaca: 1.133 Kali

Seskab bersama Mensesneg dan Menteri BUMN berbincang sebelum Rapat Terbatas (Ratas) di Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta, Senin (24/8). (Foto: Humas/Rahmat)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta untuk memulihkan ekonomi agar skema cash transfer atau bantuan langsung ke masyarakat dipercepat dan menjaga jangan sampai investasi tumbuhnya minus di atas 5 persen.

Kepala Negara meminta kepada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) agar terus memantau Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa, Bantuan Sosial Tunai, BNPT yang sudah ditambah, dan hari ini akan ada bantuan Presiden (Banpres) Produktif, dan bantuan untuk subsidi gaji.

“Ini betul-betul diikuti karena ini yang paling banyak terkendala adalah urusan data, urusan nomor account di bank,” tutur Presiden pada bagian lain pengantarnya pada Rapat Terbatas (Ratas) di Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta, Senin (24/8).

Diharapkan nantinya, lanjut Kepala Negara, dengan tersalurkannya bantuan tersebut di pertengahan Agustus sampai pertengahan September selesai sehingga bisa mengungkit growth ekonomi.

Jaga Investasi

Pada bagian lain pengantarnya, Presiden meminta kepada Menko Kemaritiman dan Investasi agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga yang kuncinya selain konsumsi domestik juga jangan sampai investasi tumbuhnya minus di atas 5 persen.

“Jadi, karena kemarin tumbuh kita berapa untuk investasi? Kalau enggak keliru 8, minus 8. Nah, itu usahakan betul-betul bisa, kalau tidak bisa plus ya jangan sampai di atas 5 minusnya. Kuncinya di situ,” kata Presiden.

Tadi malam, Minggu (23/8), menurut Kepala Negara, telah menyampaikan kepada Kepala BKPM terkait hal tersebut dan telah disanggupi.

Kepala Negara menirukan ucapan Kepala BKPM, “Sanggup Pak, Rp213 triliun,” sehingga hal ini diharapkan betul-betul bisa terealisasi agar dapat mendongkrak growth.

“Karena kalau kita ingin meningkatkan ekspor dalam jumlah yang itu sulit pasarnya, kemudian untuk konsumsi domestik kita juga daya beli, dan penerimaan pajak di bulan Juli ini mulai stuck lagi, tidak begini (naik) tapi sudah begini lagi (datar),” ujarnya.

Hal ini, menurut Presiden, menunjukkan bahwa memang daya beli di masyarakat itu sudah mentok lagi karena terkendala misalnya restoran hanya buka 50 persen, kemudian tempat wisata dan okupansi hotel juga belum bisa tinggi.

“Saya kira ya enggak apa-apa, tetapi harus ada jurus yang lain yang bisa kita lakukan yaitu dengan meningkatkan investasi agar di kuartal ketiga itu bisa mengungkit. Saya kira kuncinya ada diinvestasi,” pungkas Presiden. (FID/EN)

Berita Terbaru