Mengenal Koleksi Benda Seni Kenegaraan (Bag-2)
Oleh: Dr. Kukuh Pamuji
Pada tulisan terdahulu telah diuraikan mengenai dua buah koleksi benda seni kenegaraan karya pelukis Rusia, Konstantin Egorovick Makowsky yang tersimpan di Istana Bogor. Pada bagian kedua ini, saya hadirkan koleksi lukisan karya Raden Saleh. Ada 6 buah lukisan Raden Saleh yang saat ini menjadi koleksi negara, antara lain: Penangkapan Pemimpin Jawa, Diponegoro (die Gefangennahmen des Javanischen Hauptling Diepo Negoro, Menghadap Bola Dunia, Berburu Banteng I, Berburu Banteng II, Harimau Minum, dan Antara Hidup dan Mati (Between Life and Death).
Raden saleh merupakan pelukis Jawa pertama yang bersentuhan dengan nilai-nilai Barat. Pelukis yang lahir di Terboyo, Semarang tahun 1814 (Harsja W. Bachtiar) ini, dianggap sebagai pelopor seni lukis modern Indonesia. Kepeloporannya dalam bidang seni lukis dapat dilihat dari aspek ide dan pemikiran yang dinilai modern, ditambah dengan media lukis yang digunakannya yaitu cat minyak di atas kanvas. Pembelajaran seninya ia dapatkan dari para gurunya yang berpendidikan Eropa. Ia belajar dari pelukis Belgia (Antonio Payen) dan pelukis Belanda (Andrea. Schelfhouf dan Cornelius Kruseman).
Raden Saleh juga terpengaruh oleh pelukis berkebangsaan Perancis, Eugene Delacroix yang senang melukiskan kehidupan hewan. Sebagai bukti ketertarikannya pada lukisan Delacroix, Raden Saleh menyempatkan diri untuk mengunjungi Aljazair, sebuah negara dimana Delacroix banyak melukis dunia hewan.
Di Perancis Raden Saleh bertemu dengan seorang pelukis bernama Horace Vernet yang kemudian ia jadikan guru melukisnya. Beberapa tahun tinggal di Eropa (Perancis, Jerman, dan Belanda) antara 1829-1851 dan 1875-1879 menjadikannya semakin matang dan menunjukkan kemasterannya. Gaya lukisannya yang bercorak Romantisme (Romantisisme), dipengaruhi oleh tren yang melanda Eropa pada akhir abad ke-18. Di samping itu, ia merasa cocok dengan romantisme karena dapat menggambarkan pencampuran ciri khas budaya yang ada dalam pikirannya.
Aliran ini mendorong orang untuk menghayati perasaan melalui penghayatan indera serta lebih mempercayai intuisi dari pada pikiran. Romantisisme berasal dari kata Perancis, roman (cerita), dan memang dalam gaya Romantisisme juga mencerminkan adanya pengaruh sastra roman Perancis. Terutama dalam melukiskan cerita-cerita tragedi yang dasyat, kejadian dramatis yang mencekam.
Dengan bekal kemampuan melukis yang dimilikinya, ia mampu mengungkapkan suasana ketegangan dengan sangat baik, seperti terlihat pada sebuah karyanya yang berjudul Antara Hidup dan Mati (Between Life and Death) yang dibuat pada tahun 1870. Inspirasi pembuatan lukisan ini diperoleh Raden Saleh pada saat dia berada di Aljazair. Lukisan ini merupakan hadiah dari Ratu Juliana kepada pemerintah Indonesia pada tahun 1971. Lukisan yang berbahan cat minyak di atas kanvas dan berukuran 263 X 193 cm ini, ditaksir bernilai Rp 60.000.000.000,00 .
Pada lukisan ini kita dapat menyaksikan mata-mata yang melotot dan ekspresi ketakutan serta gerakan hewan (kuda dan singa) yang tergambar dengan begitu menarik. Aspek dramatisasi situasi kritis dengan menghadirkan subjek yang disusun secara diagonal ini dapat dinilai sebagai metafora dan peneguhan terhadap sikap dan upaya penaklukan. Lukisan Antara Hidup dan Mati, menggambarkan seorang penunggang kuda dari Arab (merepresentasikan negara Asia) yang diterkam oleh seekor singa (representasi dari negara Eropa), dan seorang berkulit hitam yang tertimpa singa (Afrika). Apabila ditafsirkan lebih jauh, maka lukisan ini mengandung pesan sebuah perlawanan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika terhadap penindasan yang dilakukan oleh bangsa Eropa (pertarungan antara pribumi dan barat, antara timur dan barat).
Lukisan ini pernah dipasang di Istana Merdeka di sebuah ruangan khusus yang diberi nama Ruang Raden Saleh. Pemberian nama Ruang Raden Saleh dilandasi pertimbangan bahwa di dalam ruang ini tersimpan lukisan karya Raden Saleh yang berjudul Antara Hidup dan Mati, yang saat ini dipindahkan dan disimpan di Museum Istana Kepresidenan Bogor. Ruangan yang pernah ditata ulang pada masa Presiden Megawati, pada masa kepemimpinan presiden SBY ruang ini berganti nama menjadi Ruang Tamu Ibu Negara. Ruang yang memiliki luas 65,38 meter persegi ini dirancang khusus bagi Ibu Negara untuk menerima tamu-tamunya.
Lukisan Raden Saleh yang dulu dipasang di ruangan ini, sekarang digantikan oleh beberapa koleksi lukisan antara lain: Bunga mawar karya T. Massimo, Tari Betawi, Bunga Kaca Piring, dan Bunga Sepatu ketiganya merupakan karya Sri Gumantyo, Upacara Melasti karya Hatta Hambali, Pantai karya Bambang Suwarto, dan Pemandangan Gunung karya Yap Thian Tjay.
Sebuah lukisan karya Raden Saleh yang lain yang tersimpan di museum Istana Kepresidenan Bogor adalah Harimau minum. Lukisan ini manghadirkan gabungan tema panorama dengan tema binatang berbahan cat minyak di atas kanvas. Lukisan yang berukuran 160 X 116 cm ini dibuat pada tahun 1863. Tema Panorama yang dihadirkan dalam lukisan ini tidak hanya sekedar merekam suasana pemandangan alam, melainkan menghadirkan sebuah filosofi kesadaran sebagai makhluk yang kecil di hadapan semesta. Di sinilah unsur romantisme lukisan ini bisa tergambarkan, yaitu sebuah getaran jiwa. Nilai lukisan ini bernilai Rp 2.900.000.000,00 (penilaian aset tahun 2011).
Karya Masterpiece Raden Saleh yang lain akan disajikan pada bagian selanjutnya (Bag-3).