Global Health Summit 2021, 21 Mei 2021, dari Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat
Yang Mulia,
Sejak pertemuan kita terakhir enam bulan yang lalu, belum ada tanda-tanda pandemi COVID-19 akan segera berakhir. Dr. Tedros Dirjen WHO (World Health Organization) menyampaikan bahwa pada tahun kedua pandemi, dampaknya bisa jauh lebih mematikan dibanding tahun pertama.
Perkembangan varian-varian baru virus COVID-19 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia. Selain itu, disparitas atau kesenjangan global atas akses vaksin masih lebar. Di saat beberapa negara telah mulai memvaksinasi kelompok berisiko rendah, yaitu anak-anak dan usia belia, hanya 0,3 persen suplai vaksin untuk negara berpenghasilan rendah. Kesenjangan itu sangat nyata ketika 83 persen dosis vaksin global sudah diterima negara kaya, sementara negara berkembang hanya terima 17 persen untuk 47 persen populasi dunia.
Saya harus kembali mengingatkan kita semua bahwa kita hanya akan betul-betul pulih dan aman dari COVID-19, jika semua negara juga telah pulih. No one is safe until everyone is. Saat ini tantangan akses vaksin yang adil dan merata bagi semua masih sangat besar, seperti masalah suplai, pendanaan, dan keengganan terhadap vaksin.
Untuk itu, kita harus melakukan langkah-langkah nyata, yaitu dalam jangka pendek kita harus mendorong lebih kuat lagi doses-sharing melalui skema COVAX Facility. Ini merupakan bentuk solidaritas yang harus didorong dan dilipatgandakan, khususnya dalam mengatasi masalah rintangan suplai.
Dalam jangka menengah dan panjang, kita harus melipatgandakan produksi vaksin untuk memenuhi kebutuhan global dan membangun ketahanan kesehatan. Untuk itu, diperlukan peningkatan kapasitas produksi secara kolektif melalui alih teknologi dan investasi.
Jika isu kapasitas produksi dan distribusi vaksin tidak segera ditangani, saya khawatir akan semakin lama kita dapat menyelesaikan pandemi ini. Tercapainya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang positif, sebagaimana yang disampaikan oleh berbagai institusi keuangan dunia, akan sangat bergantung bagaimana kita secara bersama-sama dapat menangani pandemi ini.
Oleh karena itu, negara anggota G20 harus memberikan dukungan bagi peningkatan produksi dan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara. Dalam kaitan inilah, Indonesia mendukung adanya usulan TRIPS Waiver bagi pencegahan dan pengobatan COVID-19, termasuk untuk vaksin.
Indonesia telah memutuskan untuk menjadi salah satu negara co-sponsor proposal TRIPS Waiver tersebut. Indonesia berharap agar negara anggota G20 lainnya dapat memberikan dukungan yang sama. Dan sebagai produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara, Indonesia siap untuk menjadi hub bagi peningkatan produksi vaksin di kawasan.
Para pemimpin negara G20 yang mulia,
Untuk menghadapi pandemi di masa depan, G20 harus menjadi bagian utama upaya membangun arsitektur ketahanan kesehatan global yang kokoh. Kerja sama global menjadi sebuah keniscayaan. Melalui komitmen politik yang solid, G20 perlu mendukung traktat kesiapan pandemi global dan penguatan peran sentral WHO.
Tak kalah penting, negara-negara G20 harus menjadi katalisator ketahanan kesehatan kawasan melalui peningkatan sistem deteksi, peringatan dini, dan mekanisme berbagi informasi, serta dukungan pendekatan one health.
Yang Mulia,
Prinsip-prinsip dalam Deklarasi Roma sangat penting untuk ketahanan kesehatan global kita. Namun, prinsip tersebut tidak akan berarti jika tidak diterapkan secara konkret. Implementasi adalah kunci, dan dunia hanya bisa pulih serta menjadi lebih kuat jika kita melakukannya bersama-sama. Recover together, recover stronger.
Terima kasih.