Ekonomi Indonesia Tumbuh 7,07 Persen, Airlangga: Pertumbuhan Triwulanan Tertinggi Sejak Krisis

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 5 Agustus 2021
Kategori: Berita
Dibaca: 457 Kali

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Dokumentasi Humas Setkab)

Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 7,07 persen pada Kuartal II-2021. Pertumbuhan tersebut merupakan angka pertumbuhan triwulanan tertinggi sejak krisis sub-prime mortgage.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers Rilis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2021, Kamis (05/08/2021) sore, secara virtual.

“Pada Kuartal II atau pada bulan April, Mei, dan Juni perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 7,07 persen secara year-on-year (y-on-y) dan pertumbuhan tersebut merupakan angka pertumbuhan triwulanan tertinggi sejak beberapa waktu yang lalu ataupun sejak sub-prime mortgage yang lalu,” ujar Airlangga.

Pertumbuhan tersebut, imbuhnya, lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara tetangga ataupun beberapa negara maju. Seperti perekonomian India yang tumbuh sebesar 1,6 persen, Vietnam 6,6 persen, Korea Selatan 5,69 persen, dan Jepang minus 1,6 persen.

Airlangga menerangkan, dari sisi pengeluaran semua komponen tumbuh positif termasuk konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.

“Konsumsi pemerintah tumbuh tinggi, yaitu 8,06 persen secara y-on-y. Ini seiring dengan komitmen pemerintah dalam penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional,” terangnya.

Adapun pertumbuhan tertinggi tercatat pada ekspor dan impor yang masing-masing tumbuh sebesar 31,78 persen dan 31,22 persen, seiring dengan meningkatnya permintaan domestik dan global.

Begitu juga di sisi suplai, semua sektor usaha tumbuh positif dan menunjukkan perbaikan kinerja akibat membaiknya permintaan domestik. Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh sektor transportasi dan pergudangan serta sektor akomodasi dan makanan minuman.

“Di sektor transportasi serta akomodasi dan makanan minuman tumbuh tinggi masing-masing 25,10 persen dan 21,58 persen secara y-on-y dikarenakan mulai tingginya mobilitas masyarakat,” papar Airlangga.

Ditambahkannya, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan sebagai kontributor utama perekonomian juga tumbuh tinggi, yang juga didorong oleh membaiknya perekonomian domestik dan global.

Adapun secara spasial semua wilayah di Indonesia telah mengalami perbaikan pertumbuhan. Pulau Jawa sebagai kontributor perekonomian nasional mampu tumbuh tinggi (7,88 persen), diikuti oleh Maluku-Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan Bali-Nusa Tenggara.

“Pertumbuhan ini sejalan dengan tingginya ekspor, terutama permintaan produk komoditas unggulan di luar negeri,” ungkap Airlangga.

Lebih lanjut Menko Perekonomian memaparkan, berbagai leading indicator perekonomian domestik juga menunjukkan prospek perbaikan.

Kinerja ekspor menunjukkan peningkatan sehingga neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 14 bulan secara berturut-turut dan cadangan devisa relatif tinggi, mencapai lebih dari 137 miliar Dolar Amerika Serikat.

“Kalau kita lihat dari sektor UMKM [Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah], kita melihat bahwa KUR (Kredit Usaha Rakyat) juga sudah menunjukkan perbaikan dan KUR sudah pulih. KUR angkanya sudah membaik sampai dengan bulan Juli,” tuturnya.

Leading indicator lainnya juga turut menunjukkan masih berlangsungnya pemulihan ekonomi, seperti Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK), Indeks Penjualan Retail, dan juga terkait dengan investasi baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Pada kesempatan itu, Airlangga juga menyampaikan bahwa merebaknya varian Delta telah mengakibatkan terjadinya lonjakan kasus COVID-19 hingga tingkat kasus aktif mencapai level 500 ribu lebih. Upaya pengendalian kasus yang dilakukan pemerintah, termasuk melalui Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 dan 4, dapat menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi.

Namun, Menko Perekonomian berharap strategi pengendalian pandemi yang dilakukan pemerintah dapat menekan laju penularan sehingga percepatan pemulihan ekonomi juga dapat dilakukan. Sejalan dengan penerarapan PPKM, pemerintah terus mempercepat vaksinasi, serta mengintensifkan 3T dan penerapan 3M.

“Tentu dengan positivity rate turun, kasus aktif turun, kita masih berharap bahwa perekonomian bisa digenjot ke arah positif kembali. Di kuartal III kita masih melihat kapan kita bisa mendorong kegiatan mobilitas masyarakat, karena di bulan Agustus ini kita masih terus menerapkan PPKM yang menekan mobilitas,” ujarnya.

Seiring dengan pembatasan yang dilakukan, Airlangga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III-2021 tidak akan setinggi pada Triwulan II, namun diharapkan kembali ekspansif di Triwulan IV.

“Selain itu, pemulihan ekonomi mitra dagang utama Indonesia akan memberikan dorongan terhadap peningkatan permintaan ekspor yang lebih tinggi. Potensi normalisasi konsumsi masyarakat paska pelonggaran PPKM juga akan memacu pemulihan ekonomi yang lebih baik pada Triwulan IV-2021,” pungkas Airlangga. (TGH/UN)

Berita Terbaru