Pembukaan Investor Daily Summit 2022, di JCC Senayan, Jakarta, 11 Oktober 2022

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 11 Oktober 2022
Kategori: Sambutan
Dibaca: 1.654 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Yang saya hormati para pimpinan lembaga-lembaga negara yang hadir;
Yang saya hormati Pak Menko Marinves beserta para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati Chairman dan CEO B-Universe beserta seluruh jajaran manajemen, para pimpinan perusahaan, BUMN, swasta maupun koperasi;
Bapak-Ibu, tamu undangan yang berbahagia.

Perubahan fundamental dalam ekonomi global saat ini sedang terjadi. Dari yang dulunya relatif mudah diprediksi, mudah dihitung, mudah dikalkulasi menjadi dunia yang sulit dihitung, sulit diprediksi, sulit dikalkulasi, penuh dengan ketidakpastian yang tinggi, dan penuh dengan volatilitas yang tinggi. Kalau dulu biasanya semua negara ini mengejarnya pasti di bagaimana bunga bisa serendah mungkin, bagaimana inflasi bisa serendah mungkin. Dan, sekarang semuanya berubah. Ditambah lagi dengan konfrontasi geopolitik plus perubahan iklim, sehingga sekarang bisa kita lihat bencana alam makin sering terjadi.

Dengan situasi yang ada sekarang ini, negara mana pun dapat terlempar dengan cepat keluar jalur dengan sangat mudahnya, apabila tidak hati-hati dan tidak waspada, baik dalam pengelolaan moneter maupun pengelolaan fiskal. Apalagi setelah perang Rusia dan Ukraina, kita tahu pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 yang sebelumnya diperkirakan 3 persen, terakhir sudah diperkirakan jatuh di angka 2,2 persen. Inilah yang sering disampaikan, membayar harga dari sebuah perang yang harganya sangat mahal sekali.

Tetapi dengan ketidakpastian yang tadi saya sampaikan, kita harus tetap optimis. Harus optimis itu. Tetapi, hati-hati dan waspada. Karena apa pun angka-angka yang kita miliki, Indonesia, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua kita termasuk yang terbaik di dunia, 5,44 persen. Inflasi juga masih terkendali. Setelah kenaikan BBM kita masih di angka di bawah 6 (persen), 5,9 (persen). Ini juga tetap harus kita syukuri karena kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain sekarang ini, di Argentina sudah 83,5 persen dengan kenaikan suku bunga sudah 3.700 basis poin. Kita inflasi 5,9 dengan perubahan suku bunga kita di 75 basis poin. Artinya, moneter kita masih pada posisi yang bisa kita kendalikan. Karena apa? Yang saya lihat, yang saya lihat, di dalam keseharian antara bank sentral kita BI dan Kementerian Keuangan ini berjalan beriringan, berjalannya rukun, tidak saling tumpang tindih. Ini yang saya lihat, komunikasinya baik, sehingga fiskal dan moneter itu bisa berjalan bersama-sama.

Kemudian untuk terus meningkatkan daya beli, meningkatkan konsumsi masyarakat, pemerintah juga memberikan bantuan sosial, baik berupa kompensasi dan subsidi. Ini besarnya luar biasa, Rp502,6 triliun, ini angka yang gede sekali. Tetapi, ya inilah, karena kita ingin konsumsi masyarakat tetap terjaga, daya beli masyarakat tetap terjaga ya bayarannya ini, Rp502 triliun.

Kemudian yang kedua, kita sekarang ini memang bekerja tidak hanya makro saja, enggak bisa. Makro iya, mikro iya. Tapi juga tidak cukup, harus lebih tajam lagi, detail, sehingga penyelesaiannya betul-betul bisa satu persatu.

Saya berikan contoh, misalnya inflasi. Enggak ada negara yang melakukan seperti kita ini. Inflasi biasanya dikendalikan dengan menaikkan suku bunga, bank sentralnya pasti menaikkan suku bunga untuk mengerem inflasi. Tapi kita tidak hanya urusan menaikkan suku bunga yang itu menjadi kewenangan dari Bank Indonesia, tetapi dalam praktik riil kita juga langsung masuk ke sumbernya. Yaitu apa? Kenaikan barang dan jasa. Dengan apa? Saya sudah mengumpulkan bupati, wali kota, dan gubernur dua kali untuk urusan inflasi ini dan akan terus kita lakukan, kita evaluasi setiap dua minggu. Kita berikan kewenangan daerah untuk menggunakan Dana Transfer Umum 2 persen dan juga Belanja Tidak Terduga bisa digunakan untuk mengatasi inflasi.

Caranya? Ini misalnya ada kenaikan bawang merah di sebuah provinsi, Lampung misalnya. Sumber bawang merah di mana? Brebes. Karena harga bawang merah naik di Lampung, sudah, pemda bisa beli langsung ke Brebes atau menutup ongkos transportasi dari Brebes ke Lampung, itu dibebankan di APBD. Setelah kita hitung-hitung juga biayanya biaya yang sangat murah. Ongkos berapa sih dari Brebes ke Lampung? Saya cek, satu truk Rp3.500.000, padahal APBD-nya bermiliar-miliar dan enggak mungkin kan setiap hari kita beli bawang merah. Hal kecil-kecil seperti ini memang harus kita urus. Telur naik, misalnya di Jabodetabek. Sumber telur ada di mana sih yang banyak? Di Blitar. Sudah, ongkos angkutan dari Blitar ke Jabodetabek ditutup oleh pemda sehingga harga itu adalah harga betul-betul harga peternak, harga petani.

Enggak ada. Cari negara yang kerja kayak kita sedetail itu. Pengendaliannya pasti makro oleh bank sentral. Ini kenapa perkiraan kenaikan inflasi karena penyesuaian BBM kemarin dihitung 6,8 jatuhnya di 5,9 (persen) karena pemda-pemda sudah mulai bergerak ke sana. Saya cek, cek, cek secara sampling sudah bergerak.

Kemudian yang ketiga juga yang berkaitan dengan penggunaan produk dalam negeri. Enggak pernah kita urus itu. APBN itu belinya barang impor atau barang kita sendiri, sih? Pemda itu belinya barang impor atau barang kita sendiri produk dalam negeri? BUMN apakah beli produk impor atau produk dalam negeri. Swasta-swasta kita belum masuk ke sana. Setelah kita urus, lho, lho, lho kok yang banyak beli barang impor. Ini uang, APBN-APBD yang kita kumpulkan dari pajak, dari royalti, dari pihak ekspor, dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bersusah payah kita kumpulkan, terkumpul, kemudian kita belanjakan belanjanya produk-produk impor. Benar? Ndak, sama sekali enggak benar.

Inilah yang sekarang kita arahkan juga dan sudah sekarang kita pakai komitmen. Kementerian komitmennya, Kementerian A komitmen berapa triliun? Pemda A, berapa triliun? Pemda B, berapa triliun. Komitmen, komitmen, terkumpul Rp950 triliun, komitmen untuk beli produk dalam negeri.

Memang realisasinya untuk BUMN baru 72 persen, kemudian untuk APBN dan APBD memang masih kecil, masih 44 persen dari angka yang tadi saya sampaikan Rp950 triliun. Tetapi kalau ini nanti terealisasi 100 persen akan kelihatan sekali. UKM kita kok harus menaikkan kapasitas produksinya, produk-produk yang kita buat kok menaikkan kapasitas produksinya karena ada permintaan dari pemerintah sebesar Rp950 triliun itu. Ini kalau enggak dilihat secara detail enggak kelihatan barang-barang seperti ini, padahal Rp950 triliun.

Yang ketiga, pentingnya kolaborasi UKM, pengusaha menengah, dan pengusaha besar. Ini penting sekali, selalu saya ulang-ulang. Harus bekerja sama, harus kompak, bangun “Indonesia Incorporated”. Semuanya bergerak, syukur bisa masuk ke pasar-pasar global. Kalau ini kuat betul, kita bisa bersatu, kita kompak seperti saat kita menangani pandemi dari atas sampai ke tingkat daerah dan RT semuanya bergerak, ini akan cepat menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi.

Kemudian yang keempat yang sudah juga sering saya sampaikan mengenai hilirisasi industri, hilirisasi industri yang sudah kita mulai. Saya selalu sampaikan, investasi terbuka, tetapi kalau masuk ke sebuah daerah harus bekerja sama dengan pengusaha lokal, baik yang dari Jakarta maupun yang asing, bekerja sama dengan pengusaha lokal, diajak mereka.

Lompatannya dalam hilirisasi ini saya berikan contoh bolak-balik urusan nikel. Saat kita masih ekspor dalam bentuk bahan mentah, setahun itu nilainya hanya kira-kira Rp15 triliun. Setelah masuk ke industrialisasi, ke hilirisasi menjadi 20,9 billion US Dollar. Ini sudah di angka Rp360 triliun, dari Rp15 triliun melompat menjadi Rp360 triliun. Itu baru satu komoditi, baru satu barang. Kita memiliki yang namanya nikel, memiliki bauksit, memiliki tembaga, memiliki timah, memiliki aspal.

Aspal apalagi. Ini kalau enggak kita ke lapangan, enggak ketemu. Saya ke Buton, dua minggu yang lalu. Depositnya ada 662 juta ton. Saya kalau sudah ke lapangan itu angka-angka hafal semua, 662 juta ton aspal. Dulunya pernah diolah di Buton, tetapi setop, saya enggak tahu, karena katanya aspal impor lebih murah. Sehingga yang terjadi 95 persen aspal kita ini aspal impor, pada punya deposit di Buton 662 juta ton. Ini benar. Saya di lapangan saya sampaikan, ndak, dua tahun lagi saya beri waktu setop yang namanya impor aspal, harus semuanya disuplai dari Pulau Buton.

Ini kesempatan Bapak-Ibu semuanya kalau ingin investasi, segera bangun industri aspal di Buton. Pasarnya jelas ada di dalam negeri dan sebagian bisa diekspor. Kebutuhan kita, terakhir informasi yang saya terima 5 juta ton. Kalau 5 juta ton per tahun, artinya kita masih memiliki 120 tahun untuk mengelola yang namanya aspal Buton.

Hilirisasi ini menjadi kunci kita maju atau melompat atau tidak, ada di situ. Sehingga, juga bolak-balik terus saya sampaikan, setelah nikel setop, setelah dua tahun lagi aspal setop, setop timah, setop bauksit, setop tembaga. Karena pajak, bea ekspor, royalti, dividen semuanya akan masuk ke dalam negeri, tidak yang menikmati orang luar kita.

Freeport misalnya setelah kita ambil 51 persen, saya ke lapangan, saya suruh menghitung berapa sih pendapatan negara yang dihasilkan dari Freeport yang dulunya kita hanya dapat dividen? Hanya 9 persen, karena memang saham kita hanya 9 persen.  Setelah kita ambil alih 51 persen, kita dapat pajak, dividen, royalti, bea ekspor, Penerimaan Negara Bukan Pajak, saya suruh menghitung berapa jumlahnya? 70 persen dari pendapatan yang ada di Freeport. Artinya, negara betul-betul dapat betul.

Kalau ini konsisten kita lakukan, apa yang sering kita dengar ketidakpastian yang tadi saya ceritakan, kemudian pagi tadi saya mendapatkan informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara, 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi pasien. Ini yang sekali kita tetap harus menjaga optimisme, tetapi yang lebih penting, hati-hati dan waspada. Eling lan waspodo.

Saya tutup.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dan, dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini secara resmi saya buka Investor Daily Summit 2022.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru