Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi 2022, di The Ritz-Carlton Jakarta, Provinsi DKI Jakarta, 30 November 2022

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 November 2022
Kategori: Sambutan
Dibaca: 1.417 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Bapak-Ibu yang saya hormati,
Kita harus memiliki perasaan yang sama dan memiliki sense yang sama, dan sepakat bahwa situasi saat ini betul-betul situasi yang tidak mudah. Situasi yang sangat sulit untuk semua negara, untuk semua negara. Negara besar, negara maju semaju apa pun sekarang ini, semuanya pada posisi yang sangat, sangat, sangat, sangat, sangat sulit.

Urusan inflasi, urusan pertumbuhan ekonomi yang anjlok, urusan krisis energi, urusan krisis pangan yang diikuti dengan sulitnya mencari pupuk, krisis finansial, semuanya menghantui semua negara. Oleh sebab itu, dalam menahkodai situasi yang sangat sulit ini semuanya harus hati-hati.

Policy, kebijakan, semuanya harus hati-hati. Jangan sampai keliru, jangan sampai salah. Begitu salah, risikonya gede sekali karena situasinya betul-betul situasi yang tidak normal, baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter. Hati-hati, ini selalu terus saya sampaikan karena memang keadaannya tidak pada keadaan yang normal.

Kuncinya, kita harus kerja lebih keras lagi. Tidak bisa kita kerja normal-normal dalam keadaan yang tidak normal, tidak bisa. Dan tahun depan, tahun 2023 ini akan jauh lebih sulit lagi untuk semua negara. Dan, diperkirakan awal tahun depan sudah masuk pada resesi global. Ini yang kita semuanya, sekali lagi, harus memiliki perasaan yang sama.

Oleh sebab itu, yang namanya investasi, yang namanya investor, itu jadi rebutan semua negara. Karena semua negara ingin ada capital inflow, ada arus modal masuk, semuanya. Karena kalau enggak ada tambahan arus modal masuk, perputaran uang akan tidak terjadi pertumbuhan. Semua rebutan yang namanya investasi, sekali lagi, yang namanya investor itu jadi rebutan semua negara.

Oleh sebab itu, jangan sampai kita ada yang mempersulit. Saya enggak mau dengar lagi ada yang mempersulit, baik di pusat maupun di daerah, baik di pusat, di provinsi, di kabupaten maupun di kota. Semuanya jangan sampai ada yang mengganggu ini, karena kepercayaan itu sudah kita peroleh, trust-nya sudah kita peroleh. Sekarang, bagaimana implementasi dari policy-policy yang telah kita ambil. Jangan sampai ada yang terganggu. Kepercayaan yang sudah kita dapatkan, jangan sampai hilang gara-gara kita salah men-treatment, salah memperlakukan investasi yang masuk ke negara kita, karena ketatnya persaingan dalam merebut investasi.

Kita itu selalu melihat negara mana yang kira-kira ramai investasinya, kenapa dia ramai? Kita pelajari lewat intelijen ekonomi kita. Kenapa lebih berbondong-bondong ke sana dan tidak berbondong-bondong ke sini? Ada kebijakan tambahan, ada insentif tambahan, kita pelajari. Tax holiday, diberikan perlakuan-perlakuan yang lebih baik, kita pelajari semuanya. Tapi kalau nanti di dalam pelaksanaan masih ada yang ganggu-ganggu, ya sudah buyar semuanya yang namanya policy kebijakan yang kita telah desain.

Yang kedua, mengenai hilirisasi. Ini sudah bolak-balik saya sampaikan, ini urusan nilai tambah yang ingin kita peroleh, yang ingin kita kejar dari hilirisasi, dari downstreaming itu. Enggak bisa lagi kita mengekspor dalam bentuk bahan mentah, mengekspor dalam bentuk raw material, sudah. Begitu kita dapatkan investasinya, ada yang bangun, bekerja sama dengan luar dengan dalam atau pusat dengan daerah, Jakarta dengan daerah, nilai tambah itu akan kita peroleh.

Saya berikan contoh, ini bolak-balik saya sudah berikan contoh, ini akan saya ulang-ulang terus. Nikel lihat tujuh tahun yang lalu, lima tahun yang lalu, empat tahun yang lalu, ekspor kita bahan mentah, nilainya setahun hanya 1,1 miliar dolar AS, 1,1. Artinya berapa itu 1,1? Rp19-20-an triliun setahun, karena yang kita ekspor raw material, yang kita ekspor bahan mentah.

Begitu kita memiliki smelter, memiliki industri dan turunannya, 2021 ekspor kita sudah 20,8 miliar dolar AS, sudah Rp300 triliun lebih, dari Rp20 triliun meloncat ke Rp300 triliun lebih, 18 kali lipat kita hitung nilai tambahnya. Terus yang lain seperti apa? Apa mau kita terus-teruskan ekspor bahan mentah, ekspor bahan mentah? Ndak.

Sekali lagi, meskipun kita kalah di WTO, kalah kita urusan nikel ini kita dibawa, digugat oleh Uni Eropa, dibawa ke WTO kita kalah. Enggak apa-apa, kalah. Saya sampaikan ke menteri, banding.

Nanti babak yang kedua, hilirisasi lagi, bauksit. Artinya, bahan mentah bauksit harus diolah di dalam negeri agar kita mendapatkan nilai tambah. Setelah itu, bahan-bahan yang lainnya, termasuk hal yang kecil-kecil, urusan kopi, urusan… jangan, usahakan jangan sampai diekspor dalam bentuk bahan mentah (raw material). Sudah beratus tahun kita mengekspor itu. Setop, cari investor. Investasi agar masuk ke sana, sehingga nilai tambahnya ada.

Seperti kasus nikel ini nanti, dari Rp20 triliun melompat ke lebih dari Rp300 triliun. Sehingga neraca perdagangan kita sudah 29 bulan selalu surplus, yang sebelumnya selalu negatif, selalu defisit neraca berpuluh-puluh tahun kita. Baru 29 bulan yang lalu, kita selalu surplus. Ini, ini yang kita arah.

Kalau ada negara lain yang menggugat, ya itu haknya negara lain menggugat karena memang terganggu. Setelah saya cek kenapa sih Uni Eropa ini menggugat, ya benar karena industrinya ternyata banyak di sana. Kalau dikerjain di sini artinya di sana akan ada pengangguran, di sana akan ada pabrik yang tutup, di sana akan ada industri yang tutup. Tapi kan kita juga mau maju, kita ingin maju, negara kita ingin menjadi negara maju. Kita ingin membuka lapangan kerja. Kalau kita digugat saja kita takut, mundur, enggak jadi, ya enggak akan kita menjadi negara maju. Terus, saya sampaikan kepada Menteri, “Terus.” “Pak ini apakah…”  Terus, tidak boleh berhenti. Tidak hanya berhenti di nikel, tapi terus yang lain.

Kemudian yang ketiga, saya titip ini untuk OSS (Online Single Submission) di semua, baik di kabupaten, di kota, di provinsi, di pusat semuanya, platformnya tolong betul-betul dilihat lagi, dibenahi betul agar yang namanya kita sampaikan cepat, kalau kita ngomong lima menit, lima menit betul, kalau kita ngomong satu jam, satu  jam betul. Jangan sampai saya disuruh ngomong satu jam, satu jam, faktanya bisa enam bulan. Waduh, enggak dipercaya kita nanti. Tolong diperbaiki, masih ada banyak yang perlu diperbaiki di platform ini.

Yang keempat, yang berkaitan dengan target: di 2021 target Rp900 triliun tercapai, tahun 2022 Rp1.200 triliun. Tadi Pak Menteri Investasi menyampaikan, pasti tercapai. Tapi kita lihat nanti di akhir tahun. Jangan tercapai-tercapai, nanti kalau enggak tercapai, “Mohon maaf, Pak.” Enggak bisa mohon maaf-mohon maaf, ini target-target.

Karena ini akan mempengaruhi growth, akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Begitu target Rp1.200 [triliun] itu enggak tercapai, pertumbuhan ekonomi kita ikut tergeret untuk turun. Hati-hati, investasi menjadi kunci, kunci. Dan di kuartal III kemarin, pertumbuhan ekonomi kita naik menjadi 5,72 [persen]. Hati-hati, jangan sampai gara-gara investasi turun kemudian ketarik pertumbuhan ekonomi kita.

Dan yang saya senang, informasi terakhir di luar Jawa sekarang sudah lebih banyak investasinya, 53 persen. Betul Pak Menteri ya, 53 persen? 53 persen. Dulu 70-30 [persen], kemudian menjadi lebih kecil-kecil, sekarang sudah lebih besar di luar Jawa. Saya kira ini sebuah informasi yang baik. Artinya, infrastruktur yang kita bangun di luar Jawa itu betul-betul memberikan efek kepada investasi, kepada pertumbuhan ekonomi di luar Jawa.

Saya berikan contoh hilirisasi dan infrastruktur, Maluku Utara. Ada yang dari Maluku Utara? Maluku Utara, hati-hati Maluku Utara. Hati-hati saya peringatkan, karena pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara itu 27 persen, tertinggi di dunia itu. Enggak ada di dunia mana pun pertumbuhan ekonomi sampai 27 persen. Dan yang bagus lagi, saya cek waktu  ke pasar di Ternate, saya cek ke pasar, kemudian saya cek ke BI [Bank Indonesia] inflasinya hanya 3,3 persen. Kenapa saya peringatkan? Supaya yang benar ini terus dipertahankan, ditingkatkan lebih baik lagi. Kalau saya puji-puji bisa kesenangan nanti lupa, tahu-tahu melorot menjadi 5 persen. Hati-hati, 27 persen itu enggak ada di seluruh dunia yang memiliki pertumbuhan ekonomi setinggi itu. Karena apa? Di situ ada industri baru, di situ ada hilirisasi. Ini sebagai contoh.

Dan survei yang saya terima, di seluruh provinsi disurvei. Masyarakat mana yang paling bahagia? Juga di Maluku Utara, 27 persen kalau enggak bahagia ya kebangetan. Tapi hati-hati, saya peringatkan hati-hati. Mempertahankan itu lebih sulit, meningkatkan itu jauh lebih sulit. Tapi kalau nanti ada derivatif, turunan, turunan, turunan yang lain, yang bisa masuk ke industri di Maluku Utara, ini akan lebih meningkat lagi nilai tambahnya. Jadi sekali lagi hati-hati, saya peringatkan hati-hati.

Yang terakhir, ini mengenai APBD, karena mumpung ada gubernur, bupati, wali kota. Ini saya ingatkan, kita ini mencari uang dari luar agar masuk, terjadi perputaran uang yang lebih meningkat. Tetapi uang kita sendiri, yang ditransfer dari Menteri Keuangan ke daerah-daerah, justru enggak dipakai. Pagi tadi saya tanya ke Bu Menteri, ada berapa uang kabupaten, kota, dan provinsi yang ada di bank, yang belum dipakai. Biasanya tahun lalu, biasanya di bulan-bulan seperti ini paling Rp210-220 [triliun]. Pagi tadi, kita cek uang yang ada di bank masih Rp278 triliun.

Kita ini cari investasi agar dapat arus modal masuk, yang sudah ada di kantong enggak dipakai ya percuma, Rp278 triliun gede banget loh. Gede banget, besar sekali. Ini kalau cepat direalisasikan, cepat dibelanjakan, ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah, hati-hati.

Tadi saya sudah perintahkan ke Pak Mendagri, tolong ini cek satu persatu, ini ada persoalan apa. Situasi sangat sulit, sangat sulit, tetapi malah uangnya didiemin di bank, tidak dibelanjakan, gede banget Rp278 triliun.

Ini saya minta, saya minta segera dibelanjakan. Memang realisasi biasanya di akhir tahun, di Desember, tapi ini ndak. Kita bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ini sudah melompat tinggi sekali. Ini cost of money kayak gini, biaya uang itu gede banget. Kalau caranya kita enggak ngerti bahwa ini ada biayanya. Tahun lalu di akhir Oktober itu masih di angka Rp226 triliun, ini Rp278 triliun.

Dan, realisasi belanja saya sampaikan sekalian, nasional itu sudah masuk ke angka 76 persen. Realisasi belanja daerah baru 62 persen. Ini sudah Desember loh, besok sudah Desember, hati-hati. Artinya, kita pontang-panting cari arus modal masuk, cari capital inflow lewat investasi, tetapi uang yang ada di kantong sendiri tidak diinvestasikan. Ini hati-hati, ini keliru besar ini, keliru besar.

Saya rasa, itu saja yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pada pagi hari ini secara resmi saya buka Rapat Koordinasi Nasional Investasi Tahun 2022.

Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru