KUR Meningkatkan Usaha Kecil di Palangka Raya

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 Desember 2013
Kategori: Pro Rakyat
Dibaca: 362.924 Kali

usaha_konveksiKota Palangka Raya merupakan ibukota Kalimantan Tengah, sehingga menjadi pusat pemerintahan sekaligus pusat kegiatan ekonomi dan bisnis. Berbagai jenis usaha banyak tumbuh di Palangka Raya, mulai perdagangan, perhotelan, jasa, industri dan lain sebagainya. Berbagai usaha yang berkembang di Palangka Raya, tidak lepas dari peran perbankan yang mengucurkan kredit untuk kegiatan usaha di berbagai bidang.

Khusus untuk usaha kecil, peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sangat dirasakan manfaatnya, karena memiliki beberapa kelebihan. Pertama, persyaratan mudah dan ringan, di mana bagi nasabah KUR Mikro atau dengan kredit di bawah Rp 20 juta cukup memiliki usaha yang sudah berjalan 6 bulan, fotokopi KTP, KK dan surat keterangan usaha. Sementara  bagi kredit di atas Rp 20 juta hingga Rp 20 juta juga lebih mudah, karena tidak dikenakan biaya administrasi dan biaya provisi. Kedua, bunga kredit yang ringan, yakni berkisar 0,57 – 0,95 persen per bulan. Ketiga, proses administrasi kredit juga relatif cepat yakni berkisar 2 – 5 hari untuk KUR Mikro dan 7 – 15 hari untuk KUR Makro. Kelebihan lainnya adalah terkait cicilan, khusus untuk KUR Makro, pada 6 bulan pertama, nasabah bisa membayar bunganya saja, sementara cicilan pokoknya bisa dibayar belakangan.

Dengan berbagai kemudahan tersebut, program KUR mendapat sambutan positif dari pelaku usaha kecil di Palangka Raya. Sejak diluncurkan KUR tahun 2007 hingga September 2013, dana KUR yang disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Palangka Raya  mencapai Rp 246,51 miliar dengan jumlah nasabah sebanyak 12.664 nasabah. Berbagai usaha yang dibiayai KUR cukup beragam seperti usaha perdagangan, industri rumah tangga (home industry), kerajinan, usaha konveksi dan lain sebagainya. 

Kehadiran KUR telah membantu usaha kecil dalam mengembangkan usahanya, hal ini ditandai antara lain dengan peningkatan omset, jumlah pelanggan, pembukaan usaha baru serta perluasan tempat usaha. Mereka merasakan manfaat KUR, karena memang lebih mudah, lebih murah dibanding kredit lainya. Khusus untuk KUR Mikro, sebagian memang tanpa agunan dan sebagian masih dikenakan agunan seperti Surar Keterangan Tanah (SKT). Menurut pihak bank, hal ini ditujukan untuk mengurangi kredit macet, karena nasabah menjadi lebih semangat untuk membayar cicilan.

Di bidang usaha perdagangan, manfaat KUR salah satunya dirasakan yaitu Sugianur, pedagang sembako, pakan ternak dan alat pertanian di jalan Rajawali Km 5,6 Kota Palangka Raya. Ia memulai usaha pada tahun 2001 dengan modal awal sekitar Rp 10 juta. Setelah berjalan bertahun-tahun, ia ingin mengembangkan usahanya, namun terkendala modal. Ia bersyukur bisa mendapatkan KUR dari BRI sebanyak 2 kali yakni  masing-masing Rp 300 juta dan Rp 350 juta.

“KUR sangat membantu karena persyaratan mudah hanya KTP, KK, surat ijin usaha dan agunan, bebas biaya administrasi dan biaya provisi. Kelebihan lainnya, cicilan bisa dibayar bunganya dulu, baru pokoknya belakangan,” tuturnya.

Proses pengurusan KUR juga relatif cepat berkisar 15 hari, mulai dari kelengkapan berkas, survei oleh petugas bank  hingga dana KUR cair. Dengan modal KUR, usahanya semakin berkembang mulai dari berjualan sembako, pakan ternak hingga alat pertanian.  Setiap hari, ia mampu meraup omset Rp 8 juta hingga Rp 10 juta. “Setelah adanya modal dari KUR, saya bisa menjual berbagai macam  kebutuhan pokok dalam jumlah besar maupun eceran, serta berkembang juga dengan menyediakan pakan ternak dan alat-alat pertanian,” imbuhnya. Berkat perkembangan usahanya, ia kini bisa menyewa tempat yang luas dengan ukuran 6 x 12 meter serta mempererjakan karyawan sebanyak 5 orang.

Manfaat KUR bidang perdagangan juga dirasakan Sohib Anwar, seorang pengusaha muda yang meneruskan usaha orang tuanya dengan berdagang bahan-bahan bangunan. Ia tertarik dengan KUR karena dinilai lebih mudah dan bunga juga lebih ringan. Selain itu, fleksibilitas dalam cicilan juga menjadi daya tarik tersendiri, karena pada 6 bulan pertama ia hanya membayar bunganya saja, sementara pokoknya bisa dibayar kemudian.

Ia tercatat mendapat KUR sebanyak dua kali, masing-masing sebesar Rp 300 juta dan Rp 500 juta. Berkat dana KUR, usahanya semakin berkembang yang ditandai dengan semakin lengkapnya berbagai jenis bahan bangunan yang dijual mulai dari semen, besi baja, cat, perpipaan, paku, alat tukang dan lain sebagainya. Ia juga bisa membangun gudang penyimpanan barang serta membeli mobil pick up untuk antar barang kepada pelanggan. Setiap hari, ia mampu meraup omset sekitar Rp 8 juta hingga Rp 10 juta dan menyerap 3 karyawan. “KUR sangat membantu dan menarik karena lebih mudah, lebih ringan dan fleksibel, cocok untuk mengembangkan usaha. Prosesnya pun tidak berbelit-belit, relatif cepat,” tuturnya.

Sementara itu, manfaat KUR bidang kerajinan salah satunya dirasakan Rubiah, perajin baju adat khas Kalimantan yang membuka usaha di Jl. Patimura no 51 Palangka Raya. Ia mendapat KUR Mikro sebesar Rp 10 juta pada Desember 2012, untuk jangka waktu 18 bulan dengan cicilan Rp 670 ribu per bulan. Proses pengajuan KUR berlangsung 3 hari dengan persyaratan KTP, KK, surat keterangan usaha dari desa dan Surat Keterangan Tanah (SKT).

Dana KUR ia pergunakan untuk membeli bahan pakaian dalam jumlah banyak sehingga bisa memenuhi pesanan para pelanggannnya.  “Setelah ada dana KUR, pesanan menjadi lebih banyak, karena saya bisa membeli bahan pakaian lebih banyak. Ini kan bahan pakaian dari kulit kayu, sehingga harus pesan ke Pontianak, di Palangkaraya belum ada yang jual, dengan adanya KUR jadi lebih enak untuk beli barang. Satu bulan saya membeli bahan baju sekitar 500 lembar dengan harga per lembar Rp 200 ribu,” tuturnya.

Saat ini usahanya mampu menyerap 30 tenaga kerja yang rata-rata tinggal di sekitar rumahnya. Berbagai jenis pakaian adat yang dibuat antara lain pakaian adat untuk upacara, baju pengantin, lawung atau topi khas Kalimantan dan berbagai aksesoris. Setiap bulan ia mampu meraup keuntungan bersih sekitar Rp 6 juta. “Saya juga bersyukur karena mendapat kesempatan pameran dari Pemda, bahkan baju adat yang saya buat sudah dipamerkan di Australia, Jerman dan Prancis. Dengan adanya modal dari KUR, sekarang saya bisa bangun tempat usaha sendiri, sebelumnya mengontrak Rp 500 ribu per bulan,” tuturnya.

Manfaat KUR bidang kerajinan juga dirasakan Ilmiah, perajin dodol durian dengan merek “Embun”, berlokasi di Jl. Diponegoro, Palangka Raya. Ia bersama keluarganya mengolah dodol di daerah Murung Raya, yang dikenal sebagai sentra durian di Kalimantan Tengah. Setiap hari mengolah sekitar 30 buah durian menjadi dodol dengan berbagai ukuran yang dijual antara Rp 35 ribu hingga Rp 70 ribu per buah.

Ia sudah 4 kali mendapat KUR mulai dari Rp 5 juta hingga pinjaman terbaru pada Juli 2013 sebesar Rp 20 juta. Pinjaman terakhir ia cicil untuk untuk jangka waktu 1 tahun sebesar  Rp 1.872.000 per bulan. Proses pencairan KUR hanya berlangsung 3 hari dan diberikan tanpa agunan, hanya menyertakan KTP, KK dan surat keterangan usaha dari desa. “KUR sangat membantu untuk membeli bahan baku durian, apalagi kalau musim panen, harus beli yang banyak untuk persediaan. Sekarang usaha saya cukup berkembang dengan omset rata-rata Rp 1 juta per hari. Saya berharap selain ada program KUR, pemerintah juga memberikan bimbingan usaha, supaya usaha saya semakin berkembang lagi,” tuturnya.

Manfaat KUR juga dirasakan usaha konveksi yang salah satunya dilakoni Ani Ruslita. Ia menggeluti usaha konveksi dan aksesoris baju TNI-Polri sejak tahun 2001. Sejak tahun 2008, ia tercatat menjadi nasabah KUR dan hingga kini telah tiga kali mendapat kucuran modal KUR. Jumlah dana KUR yang terima juga terus meningkat mulai dari Rp 40 juta, kemudian Rp 60 juta dan Rp 200 juta. Peningkatan pinjaman KUR menunjukkan usahanya semakin berkembang, hal ini juga ditandai dengan omset per harinya yang mencapai Rp 2 juta. “KUR sangat membantu pengembangan usaha, kelebihan KUR lebih mudah dan bunga lebih ringan,” tuturnya. Ia berharap, KUR terus dilanjutkan sehingga semakin banyak usaha yang berkembang dan terbantu dengan adanya KUR.

Secara nasional, penyaluran KUR terus ditingkatkan dari 6 bank pada tahun 2007 menjadi 33 bank pada tahun 2013. Ke-33 bank tersebut meliputi 7 bank nasional yakni BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, BTN, dan BNI Syariah, serta Bank Pembangunan Daerah (BPD) yakni Bank DKI, Bank Nagari, Bank BJB, Bank Jateng, BPD DIY, Bank Jatim, Bank NTB, Bank Kalbar, BPD Kalsel, Bank Kalteng, Bank Sulut, Bank Maluku, Bank Papua, Bank Kaltim, Bank Sulselbar, Bank NTT, Bank Lampung, Bank Bengkulu, Bank Sumselbabel, Bank Riau-Kepri, Bank Aceh, Bank Sumut, Bank Jambi, Bank Sultra, Bank Sulteng, dan Bank Bali. Secara nasional realisasi KUR periode 2007 – Semester 1-2013 mencapai Rp 125,36 triliun dengan jumlah debitur mencapai 9,26 juta debitur. (Firman dan Sahat)

Pro Rakyat Terbaru