Penyerahan Bantuan kepada Petani Gagal Panen di Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, 23 Januari 2024
Sambutan Presiden Joko Widodo pada Penyerahan Bantuan kepada Petani Gagal Panen, 23 Januari 2024
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati Pak Menko PMK Prof. Muhadjir,
Yang saya hormati Pak Menteri Kesehatan,
Yang saya hormati Pak Menteri PUPR, Pak Menteri PU siapa namanya? Pak Basuki? Oh, berarti sudah pada kenal.
Yang saya hormati Bapak Kepala BNPB Jenderal Suharyanto, sudah kenal? Sudah diberi ratusan juta gitu, belum kenal gimana. Yang memberi dari Pak Haryanto BNPB.
Yang saya hormati (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Bupati Kabupaten Grobogan yang saya hormati, para bupati dan wali kota yang hadir dari Kudus, Jepara, Demak, dan Pati,
Bapak-Ibu sekalian para petani penerima bantuan gagal panen atau puso.
Ini uangnya sudah diterima belum sih? Belum? Berarti akan menerima? Oke. Ini tadi kan ada yang dapat satu kelompok ada yang 200 juta, ada yang 180 juta, ada yang 122 juta. Semoga nanti segera diterima uang cash-nya langsung dipakai tanam, tanam, tanam, tanam.
Karena, Bapak-Ibu sekalian, bukan hanya negara kita saja, negara-negara lain juga kena masalah yang sama, terkena hal yang sama. Ada yang kekeringan yang panjang, ada juga yang kebanjiran. Itulah perubahan iklim yang semakin nyata kita lihat. Dulu orang membicarakan perubahan iklim, perubahan iklim, perubahan iklim, hanya dibicarakan. Tetapi sekarang ini sudah di depan mata kita, sudah kejadian bencana di mana-mana. Negara lain itu produktivitas padinya juga menurun karena bencana-bencana ini. Kekeringan panjang, hujan yang juga terus-menerus, sehingga menyebabkan banyak gagal panen. Dulu 22 negara kalau berasnya dibeli oleh negara lain itu sudah nih, nih, nih, karena mereka punya stok. Tetapi sekarang karena peristiwa tadi, kekeringan, peristiwa banjir ke sawah, mereka semuanya ngerem semuanya. Kita mau beli saja, “Ndak, kita enggak punya kita punya stok. Kita punya stok tapi kita pakai untuk rakyat kita sendiri.” Dua puluh dua negara sekarang ini menghentikan ekspor, menghentikan menjual berasnya kepada negara lain. Coba. Kalau penduduk sebuah negara hanya 10 juta, 25 juta, gampang. Kita ini 280 juta harus makan semuanya. Nggih mboten?
Oleh sebab itu, peran Bapak-Ibu para petani itu sangat penting sekali bagi negara ini. Tahun kemarin saya tanya Pak Suhar, “Jenderal, gimana ini yang sawah-sawah yang kebanjiran bisa dibantu ndak agar petani memiliki kekuatan lagi untuk menanam kembali?” Pak Jenderal menyampaikan kepada saya, “Pak, sama, sebetulnya bencana kena gempa sama kena banjir itu ya sama, bisa dibantu.” Oh nggih bantu saja, saya perintah langsung: bantu! Lha wong kalau gempa rumahnya roboh atau retak saja dibantu sama BNPB. Lha ini sawah kena banjir sama kan penderitaannya, kok enggak dibantu. Bantu.
Dan hari ini Bapak-Ibu sekalian, moga-moga dalam waktu yang sangat dekat realisasi uangnya bisa segera diterima para petani dan langsung bisa dipakai untuk tandur, tanam, tandur, tanam, tandur, tanam, dan segera panen. Kalau sudah panen kita tidak usah banyak impor-impor lagi dari negara lain, karena juga mereka sekarang ini juga ngerem semuanya juga enggak jual berasnya.
Tapi sekarang ini petaninya, petani, para petani senang harga gabahnya naik. Dipikir saya enggak tahu? Tapi kalau harga gabah naik, itu kok pada diam saja lho. Dulu saya ingat, tiga tahun yang lalu harga gabah masih empat tiga empat dua benar? 4.300-4.200, sekarang pinten nggih? 7.800-7.600. Saya lihat di Sumatra, enggak di NTB, enggak di Sulawesi, harganya… Tapi kalau harga gabah sudah 7.800 berasnya pinten cobi? Nggih mboten? Minggah, panjenengan remen, panjenengan seneng, tapi masyarakatnya saya yang disemprot. Nggih mboten? Itulah yang kadang-kadang ingin kita jaga, petani yo seneng, masyarakat yang membeli beras juga senang. Itu pemerintah mboten gampil wonten niku dan tidak mudah menjaga keseimbangan dua-duanya bisa senang. Kalau sekarang yang petani senang, yang beli yang… ngoten lho. Jadi pemerintah itu maju diseneni, mundur diseneni, ngetan diseneni, ngulon diseneni, mpun. Tapi nggih, ya memang itu tugas pemerintah, menyelesaikan persoalan, mencarikan solusi.
Saya kalau ke pasar, saya kan hampir tiap minggu datang ke pasar, masuk pasar, ngecek harga, ngecek harga, ngecek harga, bawang merah berapa, bawang putih berapa, harga daging berapa, harga telur berapa, ayam berapa. Cek harga beras itu ibu-ibu pas beli, “Pak, berasnya pripun?” Tapi, kalau saya pergi ke petani pada diam. Munggih bersyukur matur nuwun kepada Allah Swt. bukan kepada saya, karena harganya sudah naik. Itu berarti kan hampir dua kali lipat lho nggih? Nggih mboten? Karena tak tonton NTP petani kok naiknya tinggi sekali. Saya cek ke bawah, ooo harga gabahnya naik drastis sekali.
Nggih tadi untuk yang terdampak El Nino, banjir, dan sekarang ini ada kekeringan agak panjang, di Jawa Tengah itu ada 16 ribu hektare, dan penerima pada hari ini adalah Kabupaten Grobogan, Kudus, Jepara, Demak, dan Pati. Bantuan yang diberikan ini juga sudah dihitung, 8 juta per hektare. Sudah dihitung, jadi Jenderal Suharyanto enggak mungkin keliru lah ngitungnya pasti benar. Itu biaya produksi nggih. Nanti moga-moga Bapak-Ibu dalam 3-4 bulan yang akan datang segera panen, kemudian dari situlah produktivitas bisa kita naikkan.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini.
Terima kasih, saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.