Pembukaan Kongres XXIII PGRI Tahun 2024, di Hotel Grand Sahid Jaya, Provinsi DKI Jakarta, 2 Maret 2024
Sambutan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Kongres XXIII PGRI Tahun 2024, 2 Maret 2024
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, hadir bersama saya Bapak Menteri Agama, Bapak Menteri Perdagangan, Kapolri, Kasum TNI, Pj. Gubernur DKI Jakarta;
Yang saya hormati Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Profesor Doktor Unifah Rosyidi;
Yang saya hormati para pengurus PGRI di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten dan kota di seluruh tanah air, para anggota PGRI, para guru dari seluruh Indonesia yang saya hormati, yang saya cintai;
Hadirin dan undangan yang berbahagia.
Pagi hari ini harusnya saya masih di Palembang. Setelah hari Rabu saya ke Samarinda, kemudian Kamis ada di Bontang, Jumatnya masih di IKN, dan Sabtunya undangannya ada dua; PGRI dan IMM. Saya sampaikan kepada Pak Mensesneg, “Pak, kalau dua waktunya bareng kan enggak bisa, tolong sampaikan ke IMM maju ke Jumat malam.” Alhamdulillah bisa. Sehingga dari IKN naik heli ke Balikpapan, dari Balikpapan tadi malam terbang ke Palembang untuk membuka kongresnya IMM. Pulang, sampai di istana jam 12.00 lebih sedikit.
Pagi tadi dari Bogor meluncur ke sini. Supaya apa? Supaya bisa bertemu dengan Bapak-Ibu Guru. Hanya dalam tiga bulan, hanya dalam tiga bulan, saya sudah dua kali datang ke acaranya PGRI. Pertama di November 2023 di Hari Guru, kemudian pagi hari ini di Kongres PGRI. Ini jarang sekali begini, tiga bulan. Tapi sekali lagi karena para guru yang mengundang, saya tidak bisa menolak. Karena jasa guru sungguh sangat besar untuk negara ini, untuk negeri ini.
Bapak-Ibu guru yang saya hormati yang saya banggakan,
Saya tidak pernah bosan mengingatkan bahwa Indonesia memiliki kesempatan emas, memiliki kesempatan besar untuk melompat menjadi negara maju dalam tiga periode kepemimpinan nasional ke depan. Itu bukan hitung-hitungan saya, [itu] hitung-hitungan Bappenas, hitung-hitungan OECD, hitung-hitungan IMF, hitung-hitungannya World Bank, semuanya menghitung ada peluang besar untuk melompat menjadi negara maju. Hati-hati jangan kita terjebak pada middle income trap.
Dulu, negara-negara di Amerika Latin tahun ‘50, tahun ’60, tahun ‘70 sudah menjadi negara berkembang. Mereka diberi kesempatan. Karena dalam sebuah peradaban negara itu biasanya sekali diberi kesempatan. Tapi tidak bisa menggunakan kesempatan itu. Akhirnya negara-negara di sana sampai sekarang tetap menjadi negara berkembang, bahkan ada yang turun levelnya menjadi negara miskin. Jangan sampai itu terjadi di negara kita Indonesia. Kita harus gunakan kesempatan ini untuk maju melompat menjadi negara maju, yaitu ketika kita mendapatkan yang namanya bonus demografi. Di mana salah satu kuncinya adalah kualitas dan produktivitas generasi muda kita. Sekali lagi, kualitas dan produktivitas generasi muda kita. Oleh sebab itu, pendidikan SDM, pembangunan SDM, menjadi sangat-sangat penting, baik dari sisi fisik, baik dari sisi skill, maupun dari sisi karakter.
Dan, terima kasih kepada Bapak-Ibu guru yang terus membekali para siswa dengan beragam ilmu pengetahuan dan juga budi pekerti. Karena lingkungan sekolah yang aman, lingkungan sekolah yang nyaman amat sangat penting untuk mencetak siswa-siswa unggul. Sekali lagi, amat sangat penting. Karena saya betul-betul sangat khawatir akhir-akhir ini terjadinya kasus bullying, terjadinya kasus perundungan, kasus kekerasan, kasus pelecehan yang bahkan ada yang memakan korban jiwa. Ini tidak boleh terjadi lagi [dan] dibiarkan berlarut. Dan, sekolah harus menjadi safe house, harus menjadi rumah yang aman bagi siswa-siswa kita untuk belajar, untuk bertanya, untuk berkreasi, untuk bermain, untuk bersosialisasi. Jangan sampai ada siswa yang takut, ketakutan di sekolah. Jangan sampai ada siswa yang tertekan di sekolah dan tidak betah di sekolah.
Dan, saya menaruh harapan besar kepada bapak-ibu guru untuk menjadi ujung tombak menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, menciptakan lingkungan sekolah yang aman bagi anak-anak kita. Utamakan pencegahan, utamakan hak-hak anak-anak kita, utamanya para korban. Jangan sampai kasus bullying ditutup-tutupi, tapi diselesaikan. Biasanya kasus bullying ini ditutup-tutupi untuk melindungi nama baik sekolah. Saya kira yang baik adalah menyelesaikan dan memperbaiki.
Terakhir, saya berterima kasih atas peran aktif PGRI dalam meningkatkan profesional guru, dalam meningkatkan kualitas guru, sehingga ini akan berdampak juga kepada pembangunan sumber daya manusia seperti yang tadi saya sampaikan. Dengan kolaborasi pemerintah dan PGRI, saya yakin kualitas dan profesionalisme guru akan semakin meningkat sehingga dalam menghasilkan generasi muda yang unggul dengan karakter kebangsaan yang kuat ini akan tercapai.
Itu saja yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Dan untuk memberikan semangat lagi, saya ingin mengikuti Prof. Unifah.
Hidup guru!
Hidup PGRI!
Solidaritas!
Siapa kita?
Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini Kongres ke XXIII PGRI secara resmi saya buka.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.