Lebaran Berpotensi Berbeda, Menag Ajak Masyarakat Bersikap Arif Dan Bijaksana

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 Juli 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 19.214 Kali

lukman-hakim-saifuddin-2Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengakui, Lebaran Idul Fitri 1436 Hijriyah (H) atau 1 Syawal 1436 H berpotensi terjadi perbedaan antara yang sudah ditetapkan oleh sejumlah organisasi kemasyarakat (Ormas) Islam, di antaranya Muhammadiyah, dengan keputusan hasil sidang itsbat yang akan digelar Kementerian Agama (Kemenag) pada 16 Juli mendatang.

Pemerintah, kata Menag, berharap sidang itsbat itu akan menghasilkan keputusan yang sama  sebagaimana telah diputuskan oleh sejumlah Ormas Islam. Namun, kalau pada akhirnya terjadi perbedaan, Menag meminta masyarakat menyikapinya dengan arif dan bijaksana.

“Kita berupaya mudah-mudahan ada kesamaan pandang untuk bagaimana kemudian kita bisa sama-sama memasuki bulan Syawal ini. Namun kalau pada akhirnya terjadi perbedaan, kita harus menyikapi dengan arif dan bijaksana karena tentu perbedaan masing-masing memiliki landasan penjelasannya masing-masing,” kata Lukman Hakim Saifuddin kepada wartawan yang mencegatnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (6/7) siang.

Menurut Menag, sampai saat ini pemerintah belum memutuskan waktu Idul Fitri 1436 H itu karena masih akan menunggu hasil itsbat, yang akan dilaksanakan pada Kamis (16/7) pekan depan.

Namun begitu, kata Lukman, potensi terjadinya beda lebarantetap ada. “Tentu, sebagai sebuah kemungkinan, ke arah sana masih terbuka,” ujarnya.

Terus Berkomunikasi

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, potensi terjadinya perbedaan awal Idul Fitri itu bukan karena hasil hisab, tetapi lebih pada kriteria. Ia menyebutkan, dalam hal hasil hisab, baik Muhammadiyah, pemerintah maupun Nahdlatul Ulama (NU) relatif sama .

Sedangkan untuk kriteria, Muhammadiyah berpegang pada prinsip wujudul hilal, yang artinya berapa derajatpun hilal, asal berada di atas ufuk saat terbenam matahari, maka keesokan harinya sudah masuk bulan baru.

Sementara pemerintah dan NU, lanjut Menag, menganut prinsip imkanur rukyat,  yang artinya posisi hilal yang mungkin dilihat. Untuk imkanur rukyat ini, bulan baru bisa dilihat jika saat terbenam mata hari posisi bulan berada di atas 4 derajat.

Untuk menyelesaikan hal ini, jelas Lukman, Kemenag terus berkomunikasi dengan semua ormas-ormas Islam yang ada. “Kami terus komunikasi untuk bisa menyamakan cara pandang,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah menentukan, bahwa Idul Fitri 1436 Hijriyah/2015 akan jatuh pada 17 Juli 2015. “Memang bagi yang menggunakan perhitungan hisab seperti Muhamadiyah sudah dapat memastikan Idul Fitri pada 17 Juli 2015, 16 Juli malam mulai takbiran,” kata Din Syamsudin usai menghadiri peresmian Pusat Halal Masjid Salman ITB di Bandung, Jabar, Jumat (3/7).

Sementara Sekretaris Lajnah Falakiyah PBNU H Nahari Muslih mengatakan, posisi hilal atau bulan sabit pada tanggal 29 Ramadhan saat diadakan rukyatul hilal (pengamatan terhadap bulan sabit muda) tahun ini sangat tipis sehingga kemungkinan tidak berhasil dilihat.

“Posisi hilal sangat tipis, hanya tiga derajat, sehingga ada potensi berbeda. Sangat susah melakukan rukyatul hilal pada posisi seperti itu,” kata Muslih, di Jakarta, Rabu (1/7) malam.

Menurut Muslih, tidak tertutup kemungkinan NU menggenapkan Ramadhan menjadi 30 hari jika tim rukyat yang disebar di sejumlah daerah tidak berhasil melihat hilal. Ini berarti bisa jadi NU baru akan merayakan Idul Fitri 1436 pada 18 Juli mendatang. (*/ES)

Berita Terbaru