Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Pemusnahan Barang Bukti Narkoba 214,84 Ton Senilai Rp29,37 Triliun Periode Satu Tahun Pemerintahan oleh Presiden RI di Lapangan Bhayangkara Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Provinsi DKI Jakarta Rabu, 29 Oktober 2025
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita sekalian.
Syalom,
Salve,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati dan saya banggakan, Kapolri sebagai penyelenggara, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, beserta seluruh jajaran, pejabat utama Mabes Polri, dan seluruh anggota Polri di mana pun sedang bertugas;
Yang saya hormati dan saya banggakan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Saudara Ahmad Muzani yang saya hormati;
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Saudari Puan Maharani yang saya hormati;
Para Menteri Kepala Badan, Wakil Menteri serta anggota Kabinet Merah Putih yang hadir, Hakim Agung, Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia yang hadir;
Para tokoh agama: Ketua Majelis Ulama Indonesia, Kiai Haji Muhammad Anwar Iskandar, Ketua Umum PBNU Kiai Haji Yahya Cholil Staquf yang saya hormati, Ketua Umum PP Muhammadiyah Profesor Haedar Nashir yang saya hormati, Ketua Umum Pengurus Besar Al Jamiyatul Washliyah Kiai Haji Masyhuril Khamis, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Mayor Jenderal TNI (Purn.) Wisnu Bawa Tenaya, Wakil Ketua Umum Matakin, Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia Saudara Chandra Setiawan, Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Pol. Suyudi Ario Seto;
Yang saya hormati para tokoh masyarakat, tokoh organisasi buruh, hadir Syed Iqbal, Saudara Andi Gani;
Saudara-saudara sekalian semuanya yang hadir, organisasi pemuda yang hadir, perwakilan mahasiswa;
Seluruh hadirin undangan yang hadir;
Rekan-rekan media yang berkenan hadir.
Pertama-tama, tentunya sebagai insan yang bertakwa, Marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Mahabesar, Mahakuasa bagi umat Islam Allah Swt. yang memiliki sekalian alam, hanya kepada-Nya lah kita berdoa dan hanya kepada-Nya lah kita meminta pertolongan.
Kita bersyukur atas segala karunia, nikmat, kesehatan, dan kebaikan yang diberikan kepada kita semuanya, sehingga kita dapat berkumpul di siang hari ini, dalam acara yang sangat penting, yaitu pemusnahan barang bukti narkoba hasil bekerjanya Polri selama satu tahun, Oktober ‘24 sampai Oktober ‘25, yang berhasil mereka sita/rebut adalah 214,84 ton, yang nilai uangnya adalah Rp29,37 triliun. Dan, bila tidak berhasil mereka cegah atau mereka sita, mereka tangkap, itu bisa digunakan oleh 629 juta manusia. Berarti lebih dari dua kali bangsa Indonesia, hampir dua kali.
Saya dalam hal ini menyampaikan penghargaan saya sebesar-besarnya kepada seluruh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di mana pun sedang bertugas. Memang sewaktu saya menerima mandat sebagai Presiden Republik Indonesia, bahkan sebelumnya waktu saya menyusun program saya untuk maju ke rakyat, memang saya sudah mengerti, saya sadar dan saya menempatkan masalah pemberantasan korupsi ini sangat tinggi. Dan, memang saya sadari bahwa segala ancaman terhadap bangsa dan negara: Ada yang di depan mata, ada yang secara fisik, ada ancaman secara militer, ancaman secara psikologis, ancaman secara politis, ancaman yang besar dan tidak kalah bahaya adalah ancaman narkoba.
Narkoba ini merusak masa depan bangsa, tapi memang dalam pemerintahan ada hal-hal yang harus kita selesaikan dahulu. Masalah utama waktu saya menerima tugas sebagai Presiden, masalah utama yang saya lihat adalah kebocoran kekayaan negara. Apapun yang kita inginkan mustahil kita capai, kalau kekayaan kita tidak kita kuasai, tidak kita kelola. Kekayaan itu ibarat darah di satu badan. Kalau darah kita bocor mengalir sekian cc, sekian cc, sekian cc, di ujungnya manusia badan itu mati. Sama. Suatu bangsa, suatu negara itu sama ibaratnya sebagai badan dan darahnya itu adalah kekayaan, darahnya itu wealth, sumber daya. Sumber daya ujungnya menjadi uang, tapi uang sumbernya itu dari sumber daya. Kalau sumber daya kita bocor, darah kita hilang, Kalau hilangnya terus-menerus, tahun-tahun-tahun, bertahun-tahun, berdekade-dekade, sudah pasti, Saudara-saudara, tidak usah orang pintar, tidak usah S3, untuk di ujungnya kita akan gagal sebagai suatu bangsa. Karena itu, di awal pemerintahan saya, saya berusaha untuk, pertama, mengerti, mencari, memahami, di mana kekayaan kita semuanya dan saya berusaha mengkonsolidasikan ini.
Sehingga, waktu itu saya sampaikan kepada Kapolri, “Kapolri, tugas utama polisi sekarang saya, letakkan di pundak Anda.” Saya sampaikan ke Kapolri, “Saya minta, Kapolri, tiga hal Anda yang memimpin untuk saya: satu, pemberantasan narkoba, dua, penyelundupan, tiga, judi online.” Di awal pemerintahan saya hormati Anda, saya tidak cawe-cawe.
Saya tidak titip satu pun pejabat, saya tidak titip, benar, Kapolri? Ya, kalau mantan pengawal saya, ada polisi yang dulu ngawal saya, tolonglah masuk Secaba. Masa, ya kan? Itu sah, boleh dong, saya titip. Ini bintara yang baik, ya jadikanlah perwira, capa kan. Dari ratusan ribu, aku titip, berapa? Dua, tiga orang, ya kan? Mantan pengawal saya, ada motoris saya polisi sekian tahun. Ya, dia pertaruhkan nyawa loh, motoris-motoris itu mempertaruhkan nyawa di hujan. Aku tuh di mobil, aku lihat waduh hujan deras, dia pertaruhkan nyawa dia. Jadi, ya saya ngakulah, tapi itu sah, benar enggak? Ayo, Jenderal-jenderal, Menteri-menteri, kalian juga nitip-nitip, kan? Satu, dua orang, boleh, Tapi, enggak ada saya titip ponakan saya apa, iya kan? Tolong jadiin ini, enggak ada. Anda tanggung jawab.
Hanya saya minta tiga, karena saya fokus tadi, saya mau cari di mana ini kekayaan negara ini, iya kan? Alhamdulillah, polisi kerja benar, iya kan? Dan, begini ya, kita buka-bukaan, saya ini orang yang selalu iya kan, enggak mau basa-basi. Polisi selalu dijelek-jelekin, selalu dimaki-maki, iya kan? Di mana, seluruh dunia. Karena memang polisi tugasnya menertibkan, iya kan? Kita, saya juga waktu muda dulu, enggak sekarang, Kalau lampu merah, ada polisi enggak? Salah, saya ngaku, saya nggak benar, polisi tugasnya tertibkan. Kita salah, kita dongkol. Macam-macam, polisi kok ngumpet di gelap-gelap, menunggu saya salah. Kenapa kau salah? Iya kan? Berarti kau hanya mau tertib kalau dilihat, nah ini enggak benar.
Kemudian pastilah, dalam korps yang ratusan ribu, ada yang enggak benar, itu ada. Kita tidak, kita tidak tutup. Saya mantan panglima, saya tahu anak buah saya juga ada yang nakal, ada yang brengsek, ya sudah itu tugas kita. Saya ambil contoh begini, kalau ada sekolah, muridnya ada yang tawuran, apa sekolahnya salah? Apa guru-gurunya semua salah? Ini anak mungkin memang iya bandel, ya harus ditindak. Dan, saya kira institusi-institusi kita, apa polisi, apa tentara, apa kejaksaan, semua tidak ragu-ragu menindak anggotanya yang tidak tertib. Saya percaya itu, saya percaya itu, Tetapi memang polisi pekerjaannya enggak, enggak sering dilihat, tidak sering dilihat, Bagaimana kita mencegah penyelundupan narkotika, lewat sampan-sampan, lewat kapal nelayan di ribuan pelabuhan tikus, Saudara-saudara. Karena itu, itu, kita hadapi, kita atasi dengan tradisi kita, dengan budaya kita, yaitu bersatunya suatu bangsa.
Jadi, saya ingatkan dimana-mana, tentara harus jadi tentara rakyat, polisi harus jadi polisi rakyat, sehingga rakyat nanti yang jadi mata dan telinga. Rakyat yang lapor, lapor ke kepala desa, kepala dukuh, “Pak, tadi malam jam 1 ada perahu yang merapat, ada kapal yang merapat.” Enggak ada kapal mau mendarat jam 1 malam, di pantai yang sunyi, niatnya pasti brengsek. Kalau dia niatnya baik, dia akan mendarat ke pantai ya waktu terang. Jadi, ini masalah di seluruh dunia. Bahkan sekarang ada modus si kartel-kartel narkoba punya kapal selam, dia punya kapal selam.
Jadi, Saudara-saudara, saya menyampaikan penghargaan saya. Terima kasih kepada Polri. Memang satu tahun ini saya fokus kepada hal-hal yang lain, tapi saya mengerti dan saya terima kasih Anda menangkap tugas yang saya berikan di awal pemerintahan saya, tiga hal Anda sudah jalankan. Sekarang sudah Anda buktikan ke rakyat, Anda sudah mencegah tersebarnya narkoba yang sedemikian besar. Walaupun kita bisa bayangkan bahwa kartel-kartel itu tidak akan mau kalah, nah ini di mana, di mana pun seperti itu.
Jadi, Polisi harus lebih sigap, harus kompak, kerja sama dengan TNI, dengan Bea Cukai, dengan TNI, dengan Kejaksaan, semua, semua lembaga, kita harus jadi satu tim, Saya selalu mengatakan, kita harus bekerja dengan teamwork. Jangan ego sektoral, jangan loyalitas korps berlebihan. Kita satu korps, korps Merah Putih, korps NKRI.
Jadi, Saudara-saudara, masalah narkoba ini sangat-sangat strategis. Kalau kita kalah, tidak mungkin kita jadi negara maju. Tidak mungkin. Adap presiden-presiden negara-negara lain, negara tertentu, yang ambil tindakan drastis sekali. Dia menembak di tempat siapapun yang pegang narkoba. Akibatnya juga, ada anak-anak yang mungkin korban malah ditembak mati. Tapi, saking mereka ingin habiskan masalah, ancaman ini, mereka bersedia melakukan tindakan yang sangat drastis.
Kita masih ada upaya rehabilitasi dan sebagainya, dan sebagainya. Tapi, ini menjadi PR bagi kita. Sekarang, rehabilitasi kita harus lebih teliti, lebih efektif. Tapi, saya terima kasih semua lembaga yang sudah menjalankan upaya rehabilitasi ini, tapi ini tidak mungkin kalau tidak bersama-sama kita lakukan melalui semua lembaga pendidikan, termasuk pendidikan keagamaan, pendidikan, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, harus terus kita lancarkan bersama. Karena itu, masalah Pramuka sangat penting, masalah olahraga sangat penting. Segala upaya organisasi agar pemuda-pemudi kita dibesarkan menjadi tanggap, tanggon trengginas.
Karena itu, Makan Bergizi sangat strategis. Kita tidak boleh ada rakyat kita yang kelaparan, itu tekad saya, itu upaya saya, itu perjuangan saya bersama tim saya, bersama kabinet saya. Saya percaya kita bisa lakukan itu. Dengan kita perang lawan korupsi, setiap Rupiah kita hitung, setiap proyek kita cegat kebocorannya, kita bisa menghemat banyak, dan berani memperbaiki sistem, Kalau sistemnya salah, kita harus berani memperbaiki. Dan, tidak boleh ada pemerintah dalam pemerintah, tidak boleh ada mafia dalam pemerintahan, tidak boleh ada orang pintar yang berada di dalam pemerintahan merasa dia bisa mengakali, mengakali pemimpin politik, mengakali rakyat, karena saya memperhatikan ada. Ada, mereka-mereka yang bercokol menggunakan sistem untuk mencuri uang rakyat, uang negara. Ini harus kita bongkar sampai akar-akarnya.
Saya terima kasih sekali lagi kepada kepolisian Negara Republik Indonesia, Saya yakin dan percaya, Saudara akan berhasil untuk menertibkan institusi Anda. Sama dengan yang lain, TNI juga harus tertib. Masalah penyeludupan itu masalah semuanya, Angkatan Laut, Bea Cukai, Polisi Air. Ada kan polisi air? Bakamla, KPLP, itu semuanya harus bekerja sama. Penegakan hukum semua, Jaksa, Polisi harus bersama-sama KPK, BPK, BPKP, kita sama-sama satu tim. Saudara-saudara bayangkan kalau kita bekerja dengan benar, apa yang bisa kita lakukan untuk rakyat kita?
Saudara-saudara sekalian,
Bangsa Indonesia, bangsa yang sekarang sangat besar. Semua orang tahu kekayaan kita, sekarang masalahnya kita harus berani mengelola kekayaan tersebut. Kita tidak boleh takut menegakkan hukum, takut menegakkan kebenaran.
Saya kira itu yang ingin saya sampaikan. Terima kasih sekali lagi atas kerja keras Saudara-saudara perjalanan masih jauh. tantangannya adalah sangat besar.
Selamat! Saudara telah mengubah 228 kampung narkoba menjadi 118 kampung bebas narkoba. Teruskan upaya ini. Saya lihat polisi sekarang semakin peka terhadap tuntutan bangsa dan negara. Polisi sekarang berada di depan bersama yang lain, bersama TNI. Di bidang produksi pangan, kalau kau berangkat ke, Inggris, Perancis, ke barat, mungkin mereka merasa aneh lok polisi urusan jagung. Masa polisi kok ngurus, polisi kok buka dapur? Ya, ini Indonesia, Bung! Kita tidak usah ragu-ragu. Kita tidak usah, apa yang dari barat itu pasti benar. Benar untuk mereka, kita hormati. Tapi kita ini lain, kita ini gotong royong. Kita ini semua ini, kita ini semua ya satu keluarga. Polisi punya kekuatan, tentara punya kekuatan, ya kita kerja semua untuk rakyat. Kalau rakyat sejahtera, saya yakin kriminalitas berkurang, Kalau rakyat hilang dari kelaparan dan kemiskinan, saya percaya, kriminalitas akan sangat sedikit.
Saudara-saudara,
Kalau orang tidak ada harapan, dia akan menjadi kriminal. Saya kira itu dari saya, ya. Gotong royong, kita bersatu.
Sekarang, Saudara-saudara, Indonesia harus berani punya cara kita sendiri. Kita demokrasi, iya. Berbeda partai, boleh. Bersaing Pilkada, Pilpres bersaing, tidak ada masalah. Sesudah bersaing jadi satu, kerja sama bahu-membahu. Untuk apa nanti pemilihan demokrasi, kita kalah, sakit hati, ngerjain. Tidak maju-maju. Saya selalu katakan keberhasilan kita, karena presiden-presiden sebelumnya, karena menteri-menteri sebelumnya, karena gubernur-gubernur sebelumnya. Dari Bung Karno sampai sekarang jangan kita teruskan kebencian, kecurigaan, tidak ada gunanya. Rakyat butuh pekerjaan, rakyat butuh penghasilan yang lebih baik. Meneruskan kebencian, meneruskan dengki, meneruskan kecurigaan, itu tidak akan membuat rakyat punya pekerjaan. Tidak.
Rakyat kita butuh pekerjaan yang memadai, yang terhormat. Untuk itu, kita harus terus mendorong semua sektor. Pariwisata, Pariwisata menghasilkan pekerjaan yang paling banyak. Tapi, kalau ribut terus, kalau ribut terus, mana ada wisatawan yang mau ke Indonesia, hotel-hotel kita akan kosong.
Saudara-saudara,
Persaingan antara negara sangat keras. Kalau kita rusuh, banyak negara lain yang senang. Kunci kemakmuran adalah persatuan bangsa, itu yang diajarkan Bung Karno dan itu terus saya yakini. Rumus kebangkitan Indonesia adalah persatuan, makanya dalam Pancasila disebut persatuan Indonesia, bersaing, bagus. Kritik, harus. Koreksi, harus. Pemimpin yang tidak mau dikoreksi, dia akan terjebak dalam kesalahan-kesalahan.
Saya suka malam-malam, buka podcast-podcast itu. Kadang-kadang dongkol juga ya, apa ini. Tapi saya catat, oh oke. Kalau kita diserang, ini saya kasih ilmu ya. Yang muda-muda yang pengin jadi presiden, ini saya kasih ilmu, jangan takut difitnah. Saya dulu punya guru, waktu saya masih muda, saya kena fitnah 2-3 kali. Saya down. Tahu-tahu saya mengeluh ke guru saya,. Jangan, jangan kecil hati, engkau difitnah berarti engkau diperhitungkan, Engkau difitnah, karena engkau ditakuti. Loh, kok takut sama saya. Engkau difitnah, Berarti kau disuruh hati-hati. Jadi, Ini angkat tangan yang pengin jadi presiden. Enggak apa-apa, bagus. Tapi, jadi presiden yang benar. Jangan takut dikoreksi. Jadi, malam-malam saya buka. Wah apa iya, ya? Apa saya memang otoriter? Rasanya enggak sih. Jadi, ini bagus, koreksi itu baik. Tapi di ujungnya, ayo. Dan, saya punya filosofi, dalam pengambilan kepada bangsa dan negara tidak boleh diikuti oleh rasa, rasa sakit hati, ya. Jangan, sudah biasa itu.
Jadi, masalah ini kita harus lihat bagaimana mengatasi narkoba. Jadi, ini harus kerja sama, teamwork. Semua adalah kerja sama, teamwork.
Jadi, saya ucapkan selamat kepada Kepolisian, kepada BNN, tapi ini saya minta kerja sama lebih dekat lagi sama semuanya, Bea Cukai, Kejaksaan, BIN, Intelijen, Pemda. Penyelundupan berat, judi online berat, karena pakai teknologi mereka. Kita tutup di sini, muncul lagi. Kita tutup di sini, muncul lagi. Kita harus tidak boleh, kalah nafas. Komdigi harus aktif, belajar dari negara lain. Enggak usah ikut-ikut negara-negara yang terlalu liberal. Kita belajar kepentingan Indonesia diutamakan, kepentingan rakyat kita utamakan.
Saya kira itu, alhamdulillah. Pointernya hanya lima paragraf. Jadi, pendidikan kunci dari kebangkitan bangsa. Karena itu, kita juga akan kerahkan segala daya kita untuk memperbaiki pendidikan kita. Kita akan kerahkan segala, semua hasil penghematan kita, semua hasil penyitaan kita terhadap kekayaan koruptor dan sebagainya, kita investasikan kepada pendidikan anak-anak kita. Sekolah-sekolah kita renovasi dan kita akan bangun sekolah-sekolah baru. Sekarang sekolah rakyat untuk yang paling bawah, nanti kita juga bikin sekolah untuk yang di tengah-tengah. Dan, nanti kita bikin universitas-universitas kita juga yang terbaik.
Terima kasih atas perhatian, Saudara-saudara.
Selamat, Kapolri. Sampaikan terima kasih saya kepada semua anggota Polri di mana pun sedang bertugas. Jangan ragu-ragu. Jangan berkecil hati. Seorang abdi bangsa, seorang bhayangkara sering berbuat baik tidak ada terima kasih, berbuat salah sedikit tidak akan dilupakan. Ini sifat manusia. Kita harus kuat, berjiwa besar. Kita memilih berbakti kepada negara dan bangsa sebagai abdi negara, sebagai abdi bangsa, sebagai bhayangkara negara risikonya seorang pendekar, seorang kesatria, siap dimaki-maki, siap dihujat, siap dicerca, siap difitnah, tapi terus berbuat yang baik untuk bangsa dan negara.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om santi santi santi om,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Selesai, terima kasih.
Merdeka!
 
         




 
                
             
                
             
                
            