Prof. Ari Kuncoro: Kita Tidak Bisa Berhenti Pada Paket Kebijakan Ekonomi 1-6

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 14 November 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 26.847 Kali
Dekan FE Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro

Dekan FE Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan diskusi dengan ahli ekonomi di Istana Merdeka,Jumat (13/11) di Istana Merdeka. Presiden yang di ddampingi oleh Kepala Staf Presiden, Teten Marzuki mendapat masukan mengenai permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Arif Kuncoro, menjawab pertanyaan pers, memberikan pandangannya mengenai kebijakan paket ekonomi 1-6 yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.

“Jika untuk jangka pendek kalau kita amati dari variabel ekonomi seperti nilai tukar itu paling tidak membangkitkan sedikit kepercayaan. Tetapi kita tidak bisa berhenti di situ katena pergerakan rupiah itu juga bergantung pada kebijakan moneter di Amerika Serikat. Jadi paket-paket lanjutan itu ada yang jangka pendek ada yang jangka menengah,” terang Ari.

Ia menilai, pada jangka pendek itu perlu dilihat efeknya, dan jangka menengah itu perlu diperdalam karena yang dibicarakan itu sebetulnya berkaitan bahwa pertumbuhan itu bukan hanya jangka pendek, stabilitas nilai tukar, tetapi juga perlu menciptakan pertumbuhan untuk jangka menengah, jangka panjang.  “Bagaiamana pun krisis itukan suatu saat akan berakhir jadi kita bicara industrilisasi, penciptaan lapangan kerja, logistik, konektifitas, sumber daya manusia, pemberian kredit untuk UKM itu makaudnya adalah untuk memperkuat sisi penawaran dari perekonomian,” jelas Ari.

Apakah masih perlu ada paket ekomi lanjutan agar bisa bersinergi?

“Dalam arti pendalaman iya. Paket-paket yang ada itu membuat jangkarnya,  tetapi pendalaman itu perlu dilakukan. Implementasinya bagaimana, action play-nya bagaimana, itu juga perlu didefiniskan,” kata Ari.

Apakah anda memandang paket ekonomi ini baru sebatas makronya saja untuk mikro belum ada dampaknya?

Diakui Ari Kuncoro, bahwa paket itu harus makro karena kalau terlalu njelimet nanti pasar bingung. Jadi harus besarnya dulu sebagai payung baru kemudian implementasinya menyusul.  “Paket ekonomi ke kedepan lebih ke mikro. Lebih ke action plan. Contoh konkritnya tadi bagaimana jumlah tenagakerja yang dj Jawa itu bisa diserap dengan industriliaslisasi yang padat karya. Salah satunya dengan menarik industri-industri pada karya dari China dari tempat-tempat lain yang ingin beroperasi di Indonesia karena di daerah asalnya sudah terlalu mahal,” papar Ari.

Nah tentunya, lanjut Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu, kita harus sudah siap di sini, pertama lahan, kedua logistiknya bagaimana, apakah pelabuhannya cukup efisien apakah ada kereta api yang cukup efisien. Lalu jam kerjanya bagaimana, apakah sama dengan lulusan SMK yang bisa ngelas misalnya kira-kira seperti itu.

Nah itu semua, lanjut Ari, adalah mikro, SMK itu pendidikan, logistik dan segala macem infraatruktur itu pekerjaan umum. Jadi intinya itu makro, jangka pendek, menengah, jangka panjang, mikro.

Jadi untuk penegasan saja pak, untuk kebijakan pemerintah yang sudah dikeluarkan ini belum bisa untuk jangka panjang?

“Memang harus sequence. Harus berurutan jadi nggak bisa semua sekaligus. Jadi istilahnya yang paling mendesak dulu, payung makro lalu pelan-pelan bergerak kearah implementasi, dan terakhir adalah struktur. Jadi itu yang akan dilakukan pemerintah dalam beberapa waktu ke depan,” terang Ari.

Saat ditanya kapan kebijakan jangka panjang akan dikeluarkan, Ari meyakini, mungkin tidak terlalu lama lagi, bisa 2016 atau akhir 2015. Tapi intinya itu bahwa kebijakan jangka panjang itu karena sifatnya fundamental, perlu ada persiapan dengan seksama. Karena mikro itu lebih njelimet jadi kita harus lebih banyak melakukan bayak kajian.

Mengenai kesiapan tenaga kerja, Prof Ari Kuncoro mengatakan, untuk menyambut industry tenaga kerja kita, harus meningkatkan SMK kita. Ia menyebutkan, SMK kita secara keterampilan itu mungkin bagus tetapi alat-alatnya sudah banyak kuno. Sehingga kalau praktek itu nanti ditempat kerjanya agak kaget menjumpai mesin-mesin yang modern.  (FID/OZI/ES)

 

Berita Terbaru