Indonesia Menantikan Gerhana Matahari Total 2016

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 3 Maret 2016
Kategori: Opini
Dibaca: 107.640 Kali

Infografis Gerhana Matahari Total 2016Oleh: Agil Iqbal Cahaya, S.AP., M.AB.)**

9 Maret 2016 merupakan waktu yang bersejarah bagi langit dan astronomiIndonesia karena di tanggal itu terjadi peristiwa langka yaitu gerhana Matahari total (GMT). Sejarah mencatat bahwa Indonesia terakhir mengalami gerhana Matahari totalpada 24 Oktober 1995.Walaupun sangat singkat hanya dua menit dan hanya melintasi pulau kecil di ujung utara Indonesia, Pulau Sangihe di Sulawesi Utara. GMT 1995 ini merupakan GMT yang terakhir yang melintas Indonesia pada abad ke-20.

Sedangkan, gerhana Matahari total 2016 ini akan melintasi sebagian besar Indonesia yaitu, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Halmahera. Waktunya juga dua kali lebih lama daripada GMT 1995.Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak diantara bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu menghalangi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.

Dari tahun 1980 – 1990, ada 3 Gerhana Matahari Total yang melewati Indonesia. Pertama tanggal 11 Juni 1983 yang jalur totalitasnya melintasi Jawa. kedua, Gerhana Matahari Total tanggal 22 November 1984 yang melintasi Papua dan ujung selatan pulau Halmahera, dan ketiga 18 Maret 1988, jalur totalitas melintasi Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Pada tahun 1983, 1984 dan 1988 masyarakat di luar jalur total bisa menikmati gerhana matahari sebagian.

Gerhana Matahari total adalah fenomena astronomi langka. Sejarah mencatat dari 115 tahun terakhir, hanya sembilan kali Indonesia dilintasi gerhana Matahari total dan hanya sekali melewati Pulau Jawa yaitu 11 Juni 1983.GerhanaMatahari total terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.Selain Gerhana Matahari Total, Gerhana Matahari itu sendiri dibagi lagi menjadi gerhana Matahari sebagian, gerhana Matahari cincin, dan gerhana Matahari hibrida (jarang terjadi).

Para ilmuwan astronomi baik dari dalam negeri Lembaga Penerbangan dan Antariksa  Nasional (LAPAN) dan Ilmuwan luar negeri akan melakukan pengamatan di sembilan titik utama gerhana Matahari total yaitu pertama, di Jembatan Ampera, Palembang, Sumatera Selatan. Kedua, di Pulau Bukulimau dan ketiga di Pantai Tambak, Kabupaten Belitung Timur. Keempat, Bukit Tangkiling, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kelima, sampai dengan kedelapan ada di Sulawesi Tengah (Gumbasa, Desa Kalora (Poso), Parigi Moutong, dan Desa Tomoli). Kesembilan, Pulau Plum, Maba, Maluku Utara. Menurut data LAPAN pengamatan gerhana Matahari total terlama berada di Pulau Plum, Maba yaitu sekitar 3 menit 17 detik.

Gerhana Matahari maupun gerhana Bulan mempunyai makna dan mitos tersendiri bagi kehidupan manusia. Orang dahulu menakutinya sehingga muncul berbagai tradisi atau kepercayaan. Ada masyarakat yang mempercayainya sebagai peristiwa bulan/Matahari dimakan raksasa hingga orang harus memukul bunyi-bunyian untuk mengusirnya. Sebagian masyarakat juga mempercayai bahwa gerhana berpengaruh buruk hingga wanita hamil perlu bersembunyi. Masyarakat Arab dahulu percaya bahwa gerhana itu berkaitan dengan kematian seseorang.

Namun, mitos-mitos tersebut dapatdiluruskan dengan pemahaman ilmu pengetahuan yang benar bahwa gerhana Matahari merupakan peristiwa alam yang dapat dihitung dan dapat dijelaskan dengan bukti ilmiah. Pemahaman yang salah dapat menimbulkan kekeliruandan keresahan masyarakat. Khusus bagi umat Islam, ketika gerhana Matahari sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana (salat khusuf).

Peristiwa Gerhana Matahari Total ini sangat luar biasa daya tariknya. Beberapa konsep wisata muncul dalam kaitannya dengan fenomena langit dan antariksa seperti: Celestial Tourism, Astronomical Tourism, dan Space Tourism. Indonesia memiliki kesempatan sebagai tuan rumah pusat obyek astronomi GMT bagi turis manca negara. Hal itu, dapat dijadikan momen promosi pariwisata untuk meningkatkan devisa negara. Informasi saat ini banyak hotel-hotel di sekitar wilayah Kota Palembang, Palangkaraya, dan Halmahera sudah penuh dipesan oleh wisatawan mancanegara yang ingin melihat GMT.

Berbahayakah Gerhana Matahari Total?

GMT 1983 memberikan pelajaran bagi kita bahwa GMT tidak berbahaya. Masyarakat tidak perlu terlalu takut untuk mengamatinya bila dinikmati dengan cara yang aman. Pada dasarnya radiasi cahaya Matahari pada saat GMT dan di luar GMT sama saja. Tidak ada radiasi berbahaya yang muncul pada saat GMT. Akan tetapi, perlu diingat saat yang paling berbahaya hanyalah bila terlalu asik melihat GMT dan tanpa sadar Matahari telah muncul, walau masih sedikit. Pupil mata yang membesar pada saat kegelapan GMT dan kuatnya intensitas Matahari bisa menyebabkan cahaya yang menembus mata terlalu berlebihan yang bisa menyebabkan kebutaan.

Berikut ini dua tips penting untuk menikmati GMT.

  1. Sebelum fase total gunakan kaca mata GMT. Kaca mata GMT dibuat secara sederhana yaitu dengan cara membiarkan biarkan film hitam putih (bukan film warna) tercahayai beberapa saat lalu di “cuci” (dikembangkan). Hasilnya yang seperti klise hitam pekat itu yang dijadikan sebagai “kaca” yang ditempel pada kertas berlubang yang cukup untuk dua mata kita. Emulsi perak pada film hitam putih (yang langka pada film warna) berfungsi untuk menyaring sinar infra merah dan sinar yang menyilaukan dari Matahari. Kerusakan mata terutama akibat kuatnya intensitas cahaya infra merah yang masuk ke mata. Maka film warna tidak aman untuk dibuat sebagai kaca mata GMT.
  2. Pada fase total kaca mata GMT dapat dilepas untuk menikmati keindahan korona Matahari yang beraneka warna. Tetapi ingat jangan lupa bahwa fase total hanya berlangsung kurang dari dua menit. Setelah satu menit menikmati keindahan korona bersiap lagi dengan kaca mata GMT untuk melindungi mata pada saat Matahari mulai tersibak.

)** Kepala Subbidang Perikanan Tangkap dan Budidaya, Setkab

Opini Terbaru