BOS Mendukung Pelaksanaan Sekolah Gratis
Pemerintah telah menetapkan pendidikan wajib diberikan minimal 12 tahun atau setingkat SMA. Dengan penetapan ini, pemerintah menyediakan dana pendidikan tingkat SD SMA melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program ini kemudian diperkuat oleh BOS Daerah sehingga semakin meningkatkan akses dan kuailtas pendidikan di Indonesia.
Konstitusi mengamanahkan biaya pendidikan ditetapkan 20% APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) agar cukup untuk membiayai pendidikan. Oleh sebab itu, sejak tahun 2009, Pemerintahan Presiden SBY sudah memenuhi amanah Konstitusi tersebut dengan menetapkan anggaran pendidikan sebesar 20% APBN, bahkan pemerintah telah menetapkan wajib belajar menjadi 12 tahun dari sebelumnya 9 tahun. Ini artinya setiap warga negara wajib mengenyam pendidikan minimal hingga jenjang SMA, tidak ada alasan untuk tidak sekolah, karena pemerintah telah memfasilitasinya melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk SD hingga SMA.
Dengan adanya dana BOS, kegiatan belajar-mengajar bisa digratiskan, karena seluruh biaya operasional sekolah ditanggung pemerintah. Hal inilah yang membuat akses pendidikan semakin meluas dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini yang dirasakan masyarakat Sragen khususnya pelajar dari keluarga kurang mampu. Alokasi dana BOS SD/SMP di Kabupaten Sragen untuk 2014 mencapai Rp73,5 miliar, angka ini lebih tinggi dibandingkan alokasi 2013 sebesar Rp72,4 miliar. Dana tersebut juga didukung alokasi dari APBD 2013 untuk pendidikan sebesar Rp125 miliar, dan di tahun 2014 menjadi Rp89 miliar.
Salah satu sekolah di Sragen yang menerima BOS yakni SMPN 2 Sragen. Sekolah penerima penghargaan adiwiyata mandiri dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2014 ini menerima BOS sebesar Rp420,5 juta hingga triwulan ketiga 2014 untuk 651 siswa. Dana tersebut dipergunakan untuk perawatan dan operasional sekolah, hingga pembayaran gaji guru honorer sebanyak 7 orang. Para siswa tidak dikutip biaya apapun ketika belajar di sini, alias menerapkan pendidikan gratis. Bahkan siswa yang kurang mampu diberikan dana beasiswa miskin (BSM). Salah satu penerima BSM yakni Ramadhan Adi Purnono, kelas 9, warga Kecamatan Kedawung. Ia menerima BSM sebesar Rp575 ribu per tahun selama 2 tahun terakhir untuk membantunya melengkapi peralatan sekolah seperti sepatu, seragam, dan buku tulis. Orangtuanya yang bekerja sebagai buruh tani dan pedagang sayur sangat senang bisa mendapatkan keringanan biaya. Meskipun sekolahnya jauh, tapi kata ibu ini sekolah bagus, jadi saya disekolahkan di sini, ujar Ramadhan.
Pendidikan gratis dan berkualitas di SMPN 2 juga dirasakan oleh Bangun Dwi Santoso, kelas 9, warga Kelurahan Sragen Wetan. Di sini bakatnya di bidang olahraga renang didukung penuh hingga mencapai prestasi gemilang di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional 2013 dan Pekan Olahraga Pelajar (POP) Daerah Jawa Tengah 2013 sebagai juara pertama. Sekolah sangat mendukung jika ada kegiatan di luar sekolah dan memberikan pendidikan pengganti agar saya tidak ketinggalan pelajaran tanpa ada biaya apapun, ujarnya.
Manfaat BOS juga dirasakan oleh para siswa di SDN 1 Sragen dan SDN 7 Sragen, yang lokasinya berdampingan. Kedua sekolah ini menerapkan pendidikan gratis untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa. Siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu akan diberi beasiswa miskin untuk membantu pemenuhan perlengkapan sekolah mereka. Salah satu penerimanya yakni Niken, kelas 6, SDN 7 Sragen. Ia menerima dana sebesar Rp475 ribu pada tahun 2014 untuk membeli buku pelajaran tambahan di samping buku paket yang sudah ada di sekolah, kemudian dana BSM tersebut juga digunakan untuk membeli seragam, dan studi wisata ke Jogjakarta bersama guru dan teman-teman sekelasnya. Orangtuanya yang bekerja di sebuah bengkel sangat senang Niken mendapat bantuan BSM sehingga bisa mengurangi beban biaya sekolah Niken.
Sama halnya dengan Niken, beasiswa bagi siswa kurang mampu juga diberikan kepada pelajar di tingkat SMA. Salah satunya yakni siswa SMK 1 Sragen, Marliana, Kelas 12 Akuntansi. Warga Kecamatan Karang Malang ini mendapat dana BSM senilai Rp1 juta yang dipergunakan untuk membeli LKS, studi tour, dan membeli perlengkapan sekolah. Orangtuanya yang bekerja montir merasa senang Marliana bisa mendapatkan bantuan dana sekolah dari pemerintah. Hal yang sama juga diungkapkan Agustina, kelas 12 Akuntansi. Warga Kecamatan Tanon ini juga mendapat dana BSM senilai Rp1 juta yang dipakai untuk membeli perlengkapan sekolah dan biaya studi tour ke Jogjakarta. Ayah dan ibu saya bekerja sebagai buruh tani, kami sangat berterima kasih kepada pemerintah karena sudah memberikan bantuan BSM kepada siswa kurang mampu, ujar Agustina.
SMKN 1 Sragen masih mengutip uang komite kepada para siswanya sebesar Rp70 ribu per bulan. Dana tersebut dipakai untuk menambah biaya operasional disamping dana BOS. Terdapat 5 jurusan yang dibuka di sekolah ini dengan 1.175 siswa dan dididik oleh 89 tenaga pengajar. Berbagai prestasi diraih para siswanya, salah satunya yakni olahraga voli. Ellen Yulianti dan Fitri Nur merupakan atlet voli yang masuk dalam tim daerah Jateng pada ajang Olimpiade Olahraga Siswa nasional 2013 lalu, dan berhasil meraih juara kedua. Ellen yang merupakan siswa kelas 11 jurusan Pemasaran ini mengaku bangga bisa membawa prestasi nasional ke daerahnya, begitu juga dengan Fitri Nur yang merupakan siswa jurusan Administrasi Perkantoran. Kami didukung penuh oleh sekolah sehingga tidak ada halangan dalam belajar dan mengejar prestasi, ujar Ellen.
Peningkatan kualitas pendidikan dan prestasi siswa menjadi tujuan dari penerapan pendidikan gratis. Penerapan sekolah gratis bisa terlaksana setelah pemerintah menerapkan pembebasan biaya sekolah melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana BOS terus ditingkatkan dari Rp 5,14 triliun pada tahun 2005, Rp 10,28 triliun (2006), Rp 9,84 triliun (2007), Rp 10,01 triliun (2008), Rp 16,4 triliun (2009), Rp 16,6 triliun (2010), Rp 19,86 triliun (2011), Rp 27,67 triliun (2012), Rp 27,48 triliun (2013) dan Rp 28,17 triliun (2014).
Dalam rangka membantu keluarga miskin, pemerintah menyediakan Bantuan Siswa Miskin (BSM) untuk jenjang SD SMA, dan sejak tahun 2009 memberikan Beasiswa Bidik Misi untuk mahasiswa. Jumlah siswa penerima BSM tahun 2013 tercatat 16 juta siswa dengan anggaran Rp 6 triliun. Sementara jumlah penerima beasiswa Bidik Misi tahun 2009 2013 tercatat 91.412 mahasiswa dengan alokasi anggaran Rp 914,12 miliar. Adanya BSM dan beasiswa tersebut diharapkan semakin memudahkan siswa dari keluarga miskin untuk terus mengenyam pendidikan sehingga diharapkan akan memotong mata rantai kemiskinan.
Perkembangan sarana sekolah untuk jenjang SD-SMA menunjukkan peningkatan signifikan dalam satu dasawarsa terakhir. Pada periode 2004 2013 terdapat pembangunan gedung SD/sederajat sebanyak 24.030 unit, gedung SMP/sederajat 27.656 unit dan gedung SMA/sederajat 15.221 unit serta perguruan tinggi sebanyak 1.387 unit. Dengan pembangunan gedung sekolah baru, maka jumlah gedung SD meningkat tajam dari 145.867 unit pada tahun 2004 menjadi 169.897 unit pada tahun 2013. Begitu juga jumlah gedung SMP/sederajat meningkat dari 21.256 unit pada tahun 2004 menjadi 48.912 unit pada tahun 2013 atau meningkat 100% lebih. Jumlah gedung SMA/sederajat juga meningkat dari 13.353 unit pada tahun 2004 menjadi 28.574 unit pada tahun 2013 atau meningkat dua kali lipat lebih alias 100% lebih. Tak ketinggalan, jumlah perguruan tinggi juga melonjak dari 2.428 unit pada tahun 2004 menjadi 3.815 unit pada tahun 2013 atau meningkat 57,12 persen. (Diana dan Erlina Sari)