Sambutan Presiden Joko Widodo pada Groundbreaking Ruas Tol Pemalang-Batang-Semarang, 17 Juni 2016, di Desa Pasekaran, Batang, Jawa Tengah

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 17 Juni 2016
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 6.940 Kali

Logo-Pidato2Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati Pak Menteri PU, Ibu Menteri BUMN, Wakil Gubernur, Bapak Bupati Batang beserta Ibu, serta Pimpinan DPR-RI, dan seluruh Dirut yang hadir,
Bapak/Ibu sekalian masyarakat Kabupaten Batang yang pada hari ini hadir.

Proyek ini harusnya sudah dimulai 20 tahun yang lalu, tetapi tidak bisa diteruskan karena ada masalah pembebasan lahan. Dimana-mana kalau di Indonesia ini kalau pembangunan, entah membangun jalan, entah membangun pelabuhan, entah membangun airport, selalu yang menjadi masalah adalah pembebasan lahan.

Padahal sekarang ini kita bersaing dengan negara-negara lain. Negara yang lain sudah membangun jalan sampai ratusan kilometer, negara lain membuat tol sudah puluhan ribu kilometer, negara lain sudah membangun jalur kereta api puluhan ribu kilometer, kita baru membikin yang tol trans Jawa saja sampai sekarang belum selesai, tidak bisa sambung-sambung. Yang dari Jakarta menuju ke Pejagan-Pemalang kemarin sudah sambung, tetapi kesini belum sambung. Yang dari Semarang ke Solo sampai Ungaran sambung tetapi Ungaran ke Solo belum sambung. Yang Solo ke Surabaya, Solo – Ngawi-nya juga belum sambung. Ngawi – Kertosono juga belum sambung, masih proses, lamban sekali.

Kenapa? Masalah pembebasan lahan. Saya titip pada perusahaan, kepada BUMN, agar setiap pembebasan lahan, masyarakat diajak bicara, diajak bicara baik-baik. Bahwa jalan ini untuk kepentingan jutaan orang, bukan untuk kepentingan saya, bukan untuk kepentingan Menteri, bukan untuk kepentingan Pak Wakil Gubernur, bukan untuk kepentingan Pak Bupati, bukan, untuk kepentingan jutaan orang.

Kenapa jalan itu dibutuhkan? Kalau kita nanti jalan tidak selesai-selesai kita akan kalah bersaing dengan negara-negara lain. Ekonomi mereka baik, ekonomi kita enggak bisa naik-naik.

Saya berikan contoh, betapa pentingnya yang namanya jalan. Di sini harga semen berapa? pinten? 60 ribu? 70 ribu? Di sini tuh 70 ribu. Panjenengan pirso, Bapak/Ibu tahu, di Wamena harga semen 800 ribu per sak, di Pegunungan Tengah. Di atasnya lagi, yang di Puncak, di Lanijaya itu harga semennya 2 juta – 2,5 juta per sak. Di sini 70 ribu, di sana 2 juta – 2,5 juta per sak.

Kenapa seperti itu? Karena jalan dari pelabuhan sampai ke atas, di Wamena tidak ada, sehingga dibawa pesawat. Ya mahal sekali. Inggih mboten? Mahal sekali, harganya 2 juta – 2,5 juta per sak semen. Bayangkan.

Di sini juga sama. Kalau jalan ini nanti selesai semuanya, barang-barang itu bisa diangkut cepat. Kalau cepat ongkosnya jadi murah. Kalau ongkosnya jadi murah, harga semennya juga nanti akan turun. Tidak hanya barang semen, sayur mayur, beras, dan barang barang yang lainnya. Ini pentingnya jalan seperti itu.

Tetapi sekarang yang di Papua juga saya perintahkan ke Pak Menteri PU agar dari Merauke ke Wamena ini segera tembus. Kalau tidak nanti harga-harga di sana akan tinggi sekali. Bensin, saya berikan contoh. Bensin di Wamena dan sekitarnya, Pegunungan Tengah harganya berapa coba? Bapak/Ibu tahu, 60 ribu, cobi. Ten mriki pinten? Di sini berapa? 6 ribu – 7 ribu kan? Lha nggih, cobi. Inilah pentingnya jalan.

Oleh sebab itu, saya minta agar setiap pembebasan lahan itu bisa dibicarakan baik-baik. Tetapi ya jangan eyel-eyelan. Ndang cepet rampung. Pembebasan lahan biar cepat selesai langsung konstruksinya bisa dimulai.

Nanti kembalinya itu akan ke masyarakat lagi. Harga-harga menjadi lebih murah karena banyak pembangunan terutama jalan itu terhentinya karena pembebasan lahan. Tetapi saya yakin sekarang ini sudah bisa insya Allah bisa lebih cepat.

Kita semuanya memang harus bekerja bersama-sama. Bekerja gotong royong sareng-sareng karena ini enggak mungkin pemerintah sendiri, tidak mungkin. Masyarakat, rakyat sendiri juga tidak mungkin. Semuanya harus bekerja bersama-sama.

Sekali lagi, persaingan antar negara, persaingan Indonesia dengan Malaysia, Indonesia dengan Singapura, Indonesia dengan Brunei, Indonesia dengan Myanmar, Indonesia dengan Vietnam, Indonesia dengan Laos. Karena sudah terbuka sekarang ini. Sudah tidak kayak dulu negara tertutup. Sekarang sudah terbuka, persaingannya sudah sangat ketat sekali.

(Dialog Presiden dengan masyarakat)

Jadi saya titip sekali lagi, yang nantinya terkena pembebasan lahan, pembebasan tanah agar uangnya ditaruh di bank dulu. Kalau pikiran sampun lerem, pikirannya sudah jernih, baru berpikir uangnya untuk apa? Bisa dibelikan tanah lagi, bisa. Tetapi saya titip, jangan dibelikan yang namanya sepeda motor. Jangan dibelikan yang namanya mobil. Belikanlah barang-barang yang produktif, yang nantinya suatu saat bisa dipakai untuk anak-anak kita. Kalau dibelikan mobil, niku panjenengan misalnya belinya 200, nanti lima tahun dijual paling-paling harganya jadi 100 atau menjadi 70. Ruginya banyak sekali. Tetapi kalau dibelikan lahan, sekarang beli 100, lima tahun yang akan datang bisa harganya menjadi 500. Hati-hati, kalau enggak ya disimpan di bank. Pokoknya jangan dibelikan barang-barang yang tidak produktif. Mobil, anake tukokke sepeda motor kabeh, jangan nggih, setuju mboten? Setujune ketoke ora tenanan. Setuju mboten?  Nah hati-hati karena pembebasan lahan itu uangnya besar biasanya. Ibu tadi kan dapatnya 600 jutaan, kan gede sekali, hati-hati.

Baiklah Ibu dan Bapak sekalian yang saya hormati. Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim groundbreaking peletakan batu pertama pembangunan jalan tol Pemalang – Batang dan Batang – Semarang dimulai.

Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Transkrip Pidato Terbaru