Tim Nusantara Sehat Pulau Enggano: Bakti Kesehatan di Selatan Sumatera Samudera Hindia
Setahun yang lalu, delapan orang tenaga kesehatan dipersatukan dalam seleksi tim Nusantara Sehat angkatan pertama, diberangkatkan dari Jakarta pada 5 Mei 2015 menuju sebuah Pulau di Selatan Sumatera, dikelilingi Samudera Hindia, Pulau Enggano namanya.
Mereka adalah dr. Ahsanu Taqwim Hidayat, bidan Wasiro, perawat Otong Gilbert Srikandi, tenaga kesehaan masyarakat Wahyu Manggala Putra, tenaga kesehatan lingkungan Elza Puspita Sari, tenaga gizi Rita Yunita, apoteker Aris, dan analis laboratorium Mukhasa Sei Yarsheni Balqis, tenaga kesehatan muda dengan semangat untuk menyehatkan masyarakat yang telah setahun dan masih mengabdi untuk masyarakat di sekitar wilayah Puskesmas Enggano, Bengkulu.
Tidak hanya membantu pelaksanaan program Puskesmas, tim Nusantara Sehat dapat secara komprehensif melakukan assessment permasalahan kesehatan dan melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk lebih mengarah pada upaya preventif dan promotif, kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), drg. Oscar Primadi, MPH, di Jakarta, beberapa hari lalu.
Inilah salah satu potret Tim Nusantara Sehat, program prioritas Kementerian Kesehatan dalam bidang penguatan pelayanan kesehatan primer. Sejak dicanangkan pada tahun 2015 lalu, program ini terus berfokus pada upaya promotif, preventif, dengan berbasis pada tim. Tujuan utama program Nusantara Sehat adalah mewujudkan layanan kesehatan primer yang dapat dijangkau oleh setiap anggota masyarakat, terutama oleh mereka yang berada di wilayah-wilayah terpencil dan sangat terpencil di berbagai pelosok Nusantara.
Target pelaksanaan Nusantara Sehat tahun 2016 adalah 130 Puskesmas yang berlokasi di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) di Indonesia dan melibatkan setidaknya 650 tenaga kesehatan yang terdiri dari tenaga dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian yang berusia di bawah 30 tahun.
Tantangan Peningkatan Kesehatan di Daerah Terpencil dan Kepulauan
Wahyu Manggala Putra (24 tahun), tenaga kesehatan masyarakat, salah satu anggota Tim Nusantara Sehat yang ditempatkan di Pulau Enggano mengemukakan, bertugas di wilayah perbatasan dan kepulauan tantangan yang paling sering dihadapi adalah masalah kesediaan listrik dan alat tranportasi, terutama saat ditemukan kasus yang membutuhkan tindakan rujukan segera.
Tahun ini, kami mendapatkan kasus asfiksia berat pada bayi yang harus dirujuk ke Bengkulu karena fasilitas di Enggano kurang memadai. Pada kasus rujukan seperti ini, akses transpotasi menjadi tantangan besar bagi kami, tutur Wahyu.
Sebagai informasi, asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan metabolisme pada tubuh bayi, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu, keterbatasan listrik di wilayah Enggano juga menjadikan alat inkubator yang ada di Puskesmas nyaris tidak bisa digunakan. Selain itu, layanan USG untuk ibu hamil saat tiba Tim RS Bergerak juga terkendala oleh hal yang sama.
Puskesmas Enggano menjadi satu-satunya Puskesmas kepulauan di Kabupaten Bengkulu Utara dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Terletak di Kecamatan Enggano, lebih kurang 250 km dari ibukota Kabupaten Bengkulu Utara, atau sekitar 16 KM dari Ibu kota Provinsi Bengkulu. Hal inilah yang menjadikan Pulau Enggano masuk ke dalam kategori daerah kepulauan dan sangat terpencil.
Pulau Enggano hanya dapat dicapai menggunakan alat transportasi kapal feri dan kapal perintis dengan rute Kota Bengkulu-Pulau Enggano dengan waktu tempuh lebih kurang 12 jam. Alternatif lainnya adalah pesawat terbang perintis dengan kapasitas 12 orang terbang dua kali setiap minggu dengan waktu tempuh sekira 45 menit. (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI/ES)