Hadiri KTT ASEAN di Laos, Presiden Jokowi Akan Tekankan Pentingnya Perdamaian Kawasan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 5 September 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 21.582 Kali
Menlu Retno Marsudi memberikan keterangan pers mengenai agenda Presiden Jokowi di Laos, Senin (5/9), di Lobi Dhon Chan Palace, Vientiane, Laos. (Foto: Humas/Edi N)

Menlu Retno Marsudi memberikan keterangan pers mengenai agenda Presiden Jokowi di Laos, Senin (5/9), di Lobi Dhon Chan Palace, Vientiane, Laos. (Foto: Humas/Edi N)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo pada Senin (5/9) malam sekitar pukul 19.25 waktu setempat meninggalkan Hangzhou, Republik Rakyat Tiongkok guna bertolak menuju Vientiane, Laos, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-28 dan 29

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi yang telah lebih dulu tiba di Vientiane mengemukakan, selama berada di Laos, akan banyak sekali acara yang akan dihadiri oleh Presiden. “Kalau saya hitung, dari pertemuan dan juga kegiatan-kegiatan lain yang juga dihadiri oleh Presiden, maka total kegiatan yang akan dilakukan adalah sekitar 19 kegiatan dalam 3 hari ke depan,” kata Retno kepada wartawan di Ruang Lobi, Dhon Chan Palace, Vientiane, Senin (5/9) malam.

Untuk besok, menurut Menlu, Presiden akan melakukan lima pertemuan dan menghadiri welcoming dinner.

“Sementara untuk tanggal 7, ada tujuh pertemuan dan satu agenda makan malam, tapi dalam konteks yang lebih luas, sudah melibatkan ASEAN dan mitra wicara,” terang Menlu.

Sementara untuk hari terakhir, Kamis (8/9), Presiden akan melakukan tiga pertemuan, satu kegiatan yang terkait dengan keamanan penerbangan (avsec), dan acara penutupan.

“Sehingga dapat dikatakan bahwa program yang akan dilalui oleh Presiden dalam 3 hari ke depan sangat padat,” kata Retno Marsudi.

Keamanan Kawasan
Mengenai apa yang akan disampaikan Indonesia pada pertemuan KTT ASEAN ke-28 dan 29, dan juga KTT terkait lain, Menlu Retno Marsudi menjelaskan, KTT kali ini dilakukan dalam suasana yang lebih konstruktif. Oleh karena itu, dalam pertemuan kali ini Presiden RI akan menekankan, yang pertama pentingnya perdamaian dan stabilitas keamanan.

Yang kedua, lanjut Menlu, Presiden akan menekankan kembali kesatuan dan sentralitas ASEAN. Menlu menjelaskan, pada pertemuan tingkat menteri sebelumnya, Indonesia berusaha semaksimal mungkin untuk menjembatani adanya perbedaan.

“Saya kira bahwa antara satu dan lainnya di dalam negara anggota ASEAN terjadi perbedaan pendapat, itu merupakan suatu hal yang wajar. Tapi akhirnya, di satu titik kita harus menjadi satu, tampil menjadi satu posisi ASEAN. Itulah yang kita harapkan,” papar Retno.

Menurut Menlu, pada pertemuan tingkat menteri bulan Juli yang lalu, Indonesia secara optimal dan maksimal mengusahakan agar tercapai satu posisi.

“Alhamdulillah pada pertemuan tingkat menteri, kita bisa mengadopsi Komunikasi Bersama dan juga kita bisa mengadopsi ASEAN Statement mengenai masalah kedamaian dan stabilitas,” ujar Menlu.

Untuk merespons dinamika yang baru, menurut Menlu, Indonesia juga akan mengingatkan pentingnya untuk memperkokoh arsitektur keamanan kawasan.

“Ini merupakan satu pemikiran yang akan disampaikan oleh Indonesia, bagaimana kita semuanya terutama di dalam konteks Asia Tenggara akan memperkokoh apa yang sudah ada, sehingga tidak muncul ketidakpercayaan yang mengakibatkan adanya potensi konflik, ketidakpercayaan yang kemudian memunculkan ketegangan-ketegangan,” ujar Menlu.

Pada akhirnya, lanjut Menlu, dengan adanya stabilitas keamanan maka kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya dapat menikmati kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia. (EN/ES)

Berita Terbaru