Ada Banyak Blok Perdagangan, Presiden Jokowi: Kita Tidak Bisa Bilang Tidak Mau Gabung
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, dalam tiga hari ini dirinya sudah bertemu dengan para pemimpin negara-negara di Eropa, termasuk Presiden Parlemen Eropa, Presiden Dewan Eropa, dan Presiden Komisi Eropa serta Raja Philippe dari Belgia.
Presiden menjelaskan dirinya harus bertemu mereka-mereka karena Indonesia sudah memasuki era persaingan.
“Ada banyak blok perdagangan, seperti Uni Eropa (UE), blok China, belum lagi TPP Amerika Serikat. Semua harus digarap. Ini dunia yang kita hadapi, tidak bisa kita bilang tidak mau gabung,” kata Presiden Jokowi saat bertemu Masyarakat Indonesia di Belanda, di Grand Hotel Amrath Kurhaus, Den Haag, Belanda, Kamis (21/4) malam.
Menurut Presiden Jokowi, sebenarnya bangsa Indonesia memiliki kemampuan, namun seringkali terlena. Ia mencontohkan, subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini menghabiskan sekitar Rp300 triliun setahun, yang menurutnya terbuang percuma, karena yang merasakan manfaatnya adalah para pemilik mobil yang merupakan golongan masyarakat mampu.
“Subsidi itu harus untuk membantu yang tidak mampu,” kata Presiden Jokowi yang disambut tepuk tangan hadirin.
Oleh karena itu, lanjut Presiden, di awal pemerintahannya ia langsung memotong subsidi BBM.
Diakui Presiden Jokowi, kebijakan memotong subsidi BBM itu merupakan kebijakan yang tidak populer dan pasti menurunkan elektabilitas. Namun sebagai Presiden, lanjut Jokowi, risiko itu harus berani diambil.
Presiden menjelaskan, subsidi BBM sebesar itu sudah dapat membangun jalur kereta api dari Sabang sampai Merauke.
Presiden menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur seperti tol, pelabuhan, bandara membutuhkan sekitar Rp5.500 triliun. “Itu bisa diwujudkan bila alokasi dana subsidi digunakan sebagaimana mestinya,” ujarnya.
Optimistis
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi menyampaikan keyakinannya, bangsa Indonesia mampu tampil di dunia internasional. Ia menyebutkan, Indonesia memiliki potensi besar, namun dibutuhkan pendampingan profesional agar bisa berkembang.
Optimisme Presiden itu disampaikan karena meyakini generasi muda Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dan bisa berkembang dan berkibar di dunia internasional, terlebih lagi setelah melihat pameran desainer muda Indonesia di London.
“Saya bangga para desainer Indonesia bisa melakukan pameran di departement store terkemuka di London. Dan busana yang diperdagangkan laku keras dalam seminggu. Padahal harganya sekitar 30-an juta rupiah jika dikurs,” ungkap Presiden.
Pemerintah pun, lanjut Presiden, tidak tinggal diam untuk mendukung potensi anak-anak muda Indonesia ini. Ia menyebutkan, pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif akan terus membantu dan memfasilitasi kebutuhan anak-anak muda Indonesia agar dapat berkibar di dunia internasional.
“Saya telah meminta Kepala Badan Ekonomi Kreatif untuk memikirkan cara-caranya”.
Demikian pula halnya dengan kuliner. Presiden mengakui kuliner Indonesia perlu lebih dikembangkan. Untuk itu Presiden merasa perlu untuk mempelajari kisah sukses kuliner Thailand yang bisa menjamur di manca negara.
“Saya akan coba minta Garuda mungkin bisa memberi keringanan biaya pengiriman bahan baku untuk menunjang progam ini”, kata Presiden seraya mengakhiri sesi tanya jawab ini.
Hangat
Pertemuan masyarakat Indonesia yang berada di Belanda dengan Presiden Jokowi, yang merupakan pertemuan pertama setelah 16 tahun itu, berlangsung dalam suasana hangat.
Saat memasuki ruangan acara, melihat antusiasme hadirin, Presiden Jokowi menyempatkan diri untuk berjalan berkeliling ruangan seraya menyalami serta menerima permintaan selfi masyarakat Indonesia di Belanda.
Dalam laporannya, Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja menyampaikan bahwa 500 orang yang hadir dalam acara ini mewakili lebih kurang 15 ribu masyarakat Indonesia di Belanda.
Pertemuan yang berlangsung lebih kurang 2 jam ini diakhiri dengan dinyanyikannya lagu “Padamu Negeri” oleh seluruh hadirin. Suasana syahdu sangat terasa dalam pertemuan ini, saat lagu dikumandangkan.
Demikian pula saat lagu “Indonesia Raya” dinyanyikan bersama oleh seluruh hadirin di awal acara. Ini menunjukkan bahwa kecintaan masyarakat Indonesia yang sudah lama menetap di luar negeri tidak hilang, bahkan kerinduan akan tanah air seringkali muncul. (RAH/TKP/ES)