Menko Perekonomian: Kartu Prakerja Menjawab Kebutuhan Lifelong Learning untuk Mengantisipasi Perubahan Zaman
Selama lima tahun terakhir, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan manajemen pelaksana Kartu Prakerja berhasil menggaungkan Kartu Prakerja sebagai program terobosan government to people yang manfaatnya telah diterima oleh 18,9 juta masyarakat seluruh Indonesia. Program Kartu Prakerja telah mendapatkan banyak penghargaan dan bahkan dilirik negara-negara lain untuk direplikasi di negara mereka. Kemenko Perekonomian dan Progam Management Office (PMO) Kartu Prakerja setiap tahun juga menggelar acara temu alumni Kartu Prakerja agar program tersebut lebih baik lagi dari tahun ke tahun.
“Kartu prakerja itu adalah sebuah kegiatan awal untuk selalu belajar. Memang pas kelas sekolah tidak banyak masyarakat kita yang melakukan pelatihan. Seperti yang masuk dalam survei Kartu Prakerja, hampir lebih dari 90 persen penerima tidak pernah mendapatkan atau mengikuti pelatihan pas kelas sekolah, dimanapun tingkatannya. Jadi sebetulnya moral of the story-nya adalah lifelong learning selalu dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan zaman, perubahan teknologi, dan kita berada pada periode dimana inovasi dan disrupsi sangat deras, apapun sektornya,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Temu Alumni Kartu Prakerja yang bertajuk Merayakan Prakerja, Merayakan #JadiBisa, yang digelar di Graha Sawala Kemenko Perekonomian, Kamis (3/10).
Tak kurang dari 150 alumni Kartu Prakerja dari 38 provinsi hadir dalam pertemuan tersebut. Para alumni yang hadir tersebut mewakili para penerima Kartu Prakerja yang tersebar di 514 kabupaten/kota di Indonesia. Tak hanya menjangkau secara luas, salah satu program andalan Kemenko Perekonomian ini juga inklusif karena diikuti oleh perempuan, anak muda, keluarga miskin, purna PMI, penyandang disabilitas, maupun yang tinggal di daerah 3T. Menko Airlangga mengatakan bahwa tidak ada institusi pendidikan manapun yang dapat melakukan pelatihan kepada 18,9 juta dalam waktu sekitar empat tahun. Program Kartu Prakerja juga terbukti membantu mengatasi tantangan yang ada dalam tenaga kerja di Indonesia.
“Tentu salah satu tantangan ke depan adalah the future of work. Tantangan ke depan adalah berubahnya demand, berubahnya pasar kerja, berubahnya pekerjaan. Nah, itu menentukan bahwa generasi muda ini perlu punya fleksibilitas untuk menata karir baru, job switching, maupun pembukaan pekerjaan-pekerjaan yang akan ada di depan. Sehingga tentu sangat butuh informasi yang ada di Kartu Prakerja dalam bentuk informasi. Jadi, on demand job dan on demand requirement itu sangat diperlukan, dan satu-satunya program yang bisa tailor made on demand sesuai dengan keinginan adik-adik semua itu tersedianya di Kartu Prakerja,” jelas Menko Airlangga.
Kartu Prakerja telah berhasil menjangkau seluruh masyarakat hingga ke pelosok negeri serta telah mendapatkan apresiasi dan berbagai penghargaan. Menko Airlangga mengatakan bahwa Kartu Prakerja diapresiasi oleh ADB, UNDP, Bank Dunia, Ratu Maxima dari Belanda, dan Ekonomi Amerika Jeffrey Sachs. Kemudian Kartu Prakerja juga terpilih sebagai SDG Action yang dipresentasikan di Markas Besar PBB pada tahun 2023 dalam rangkaian SDG Summit karena study menunjukkan bahwa 8 dari 17 pilar SDG diakselerasi oleh Kartu Prakerja. Selain itu, Kartu Prakerja juga memperoleh penghargaan dari UNESCO yaitu Wen Hui Award tahun 2020-2023, yang merupakan penghargaan pertama yang diperoleh oleh Indonesia setelah 12 tahun kompetisi tersebut dilakukan. Dalam penghargaan tersebut Prakerja dianggap sebagai inovasi pendidikan yang terpuji se-Asia Pasifik. Kemudian, Prakerja juga dinilai telah mencapai Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Level 5, dan baru saja Kartu Prakerja juga memperoleh penghargaan GovCyber Inovator karena dorongan terhadap cyber security.
“Menuju Indonesia emas kita tetap membutuhkan pelatihan sebagai bagian daripada pendidikan. Di berbagai negara sudah ada berbagai Kementerian langsung yang menangani pelatihan dan reskilling dan upskilling. Jadi, ini adalah sebuah prasarana yang diperlukan untuk mengurangi gap antara mereka yang baru lulus pendidikan dengan demand side daripada pekerjaan. Oleh karena itu, saya berharap tim ini terus bersemangat dan insyaallah kita akan terus berupaya agar program yang sangat dirasakan manfaatnya ini dapat berlanjut,” kata Menko Airlangga.
Dalam sesi doorstop, Menko Airlangga menyampaikan bahwa Pemerintah tengah mendiskusikan kebijakan terkait insentif pelatihan JKP dengan Kartu Prakerja. Dalam Program Kartu Prakerja sendiri terdapat lebih dari 540 lembaga pelatihan yang terlibat dan lebih dari 6.000 jenis pelatihan baik online maupun offline.
“Kategori pelatihan termasuk yang on demand, demand-nya cukup tinggi yaitu digital skills, green skills, soft skills, hospitality, dan ini sangat relevan terhadap dunia kerja,” pungkas Menko Airlangga.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut antara lain yakni Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Jaksa Agung Muda Tata Usaha Negara Narendra Jatna, Staf Ahli Kementerian Pertahanan Bidang Ekonomi Mayor Jenderal TNI Steverly Christmas Parengkuan, serta perwakilan Kementerian/Lembaga. (Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Kemenko Perekonomian/ABD)