Ajak Sineas Buat Film Destinasi Wisata, Seskab : Sudah Waktunya Promosikan Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 31 Maret 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 32.461 Kali
Seskab, Pramono Anung, saat diwawancara mengenai Film Indonesia di ruang Kerja Seskab, Jumat (31/3) siang). (Foto: Humas/Jay)

Seskab, Pramono Anung, saat diwawancara mengenai Film Indonesia di ruang Kerja Seskab, Jumat (31/3) siang). (Foto: Humas/Jay)

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung meyakini bahwa film dapat menjadi media untuk mempromosikan Indonesia. Untuk itu, menurut Seskab,  sudah waktunya, sutradara-sutradara muda tidak hanya membuat film tetapi juga ikut mempromosikan destinasi wisata Indonesia.

“Menurut saya juga sudah waktunya untuk mempromosikan Indonesia, misalnya membuat film tentang 10 destinasi tentunya di luar Bali. Ada Mandalika, Borobudur, Danau Toba, kemudian Bunaken, Raja Ampat, dan sebagainya,” kata Pramono Anung, di ruang kerja Seskab Lantai 2, Jumat (31/3) siang.

Dalam wawancara menyambut Hari Film Nasional yang diperingati setiap tanggal 30 Maret itu, Seskab Pramono Anung meyakini, film-film yang mengangkat destinasi wisata Indonesia akan cukup menarik.

Ia menunjuk film “Eat, Pray, Love” yang sukses membuat Bali yang sudah terkenal menjadi lebih terkenal.

“Kalau kita pengen film Indonesia maju yang bisa menggambarkan kultur atau budaya bangsa ini, maka film Indonesia juga harus bisa dijual ke luar negeri,” ungkap Pramono seraya menyebut nama sejumlah sutradara muda yang dinilainya mampu melakukan hal itu seperti Fajar Nugros, Hanung Bramantyo, dan lain sebagainya.

Seskab juga menunjuk contoh film “Laskar Pelangi” yang mampu menjual Belitung ke dunia internasional, maupun film “Ayat-Ayat Cinta” yang bernafaskan keagamaan.

“Banyak film Indonesia yang menurut saya bisa dijual ke luar negeri maupun domestik sendiri,” tambah Seskab.

Di era pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat ini, menurut Seskab, kualitas film Indonesia, terutama dalam enam (6) bulan terakhir telah mengalami kemajuan yang luar biasa karena dihapuskannya Daftar Negatif Investasi (DNI).

“Film Indonesia terutama di era Pak Jokowi, setelah yang namanya Daftar Negatif Investasi-nya dicabut. Sehingga dengan demikian, film itu bisa investasi dari luar 100 persen,” tambah Pramono Anung menjelaskan bahwa pencabutan ini sekaligus membuka peluang bagi para produser dan sutradara untuk bekerja sama dengan siapa saja.

Jika diperhatikan, lanjut Seskab, film-film Indonesia cukup mendominasi di studio-studio bioskop besar seperti 21, Blitzmegaplex, dan sebagainya.

“Ini menunjukkan bahwa harapan untuk Indonesia menjadi rumah di tempatnya sendiri secara perlahan dan pasti, saya lihat banyak film Indonesia yang kualitasnya juga mengalami kemajuan yang luar biasa,” tambah Seskab.

Film Indonesia Favorit

Diakui Seskab, film juga menjadi media yang tepat untuk rileks. Dari sederet judul film Indonesia, ada dua film favorit Pramono Anung yang sangat menghibur.

“Saya favoritnya Warkop. Dan kemarin beruntung nonton film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss. Juga My Stupid Boss juga nonton,” pungkas Mas Pram, panggilan akrab Pramono Anung. (RMI/JAY/ES)

Berita Terbaru