Akhir Desember, Ground Breaking Kawasan Industri Morowali
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengemukakan, kawasan industri di Morowali, Sulawesi Tengah, akan segera ground breaking atau peletakan batu pertama pada akhir Desember 2014.
Kawasan industri di Morowali tersebut akan dikembangkan sebagai tempat pengolahan berbasis nikel. Saat ini pembangunan smelter sudah dilakukan, mencapai 85 persen. “Republik Rakyat Tiongkok mendanai investasi pembangunan sekitar Rp9 triliun sampai Rp12 triliun,” kata Saleh Husin, di kantor Presiden, Jakarta, Rabu (3/12).
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), menurut Saleh Husin, sudah ada pembebasan lahan seluas 1.200 hektare untuk membangun kawasan tersebut. Bahkan dokumennya pun sudah disiapkan.
Menperin berharap di kawasan industri Morowali itu berkembang industri nikel dan turunannya. “Mereka (incar) sumber daya alamnya. Kami minta mereka membangun kawasan industrinya, agar nikel diolah dan memberi nilai tambah,” papar Saleh Husin.
Selain Morowali, Kemenperin juga berencana mengembangkan dua belas kawasan industri lainnya di luar pulau Jawa, serta di Jawa, seperti di Gresik (Jawa Timur), sebagai bagian dari program quick wins Perindustrian 2014-2019.
Sembilan kawasan industri lainnya adalah Teluk Bintuni (Papua Barat), Halmahera Timur (Maluku Utara), Bitung (Sulawesi Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Konawe (Sulawesi Tenggara), Bantaeng (Sulawesi Selatan), Batu Licin (Kalimantan Selatan), Ketapang dan Landak (Kalimantan Barat), Kuala Tanjung dan Sei Mangke (Sumatera Utara), serta Tanggamus (Lampung).
“Salah satu program kami mengembangkan industri di luar Jawa dengan membangun kawasan industri berbasis sumber daya alam,” kata Saleh. (WID/ES)