Amankan Perairan Sulu, Menlu: RI, Malaysia, dan Filipina Sepakati Latihan Bersama

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 3 Agustus 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 25.488 Kali
Menlu Retno Marsudi memberi keterangan kepada wartawan, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (3/8) pagi. (Foto: JAY/Humas)

Menlu Retno Marsudi memberi keterangan kepada wartawan, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (3/8) pagi. (Foto: Humas/Jay)

Guna menjaga keamanan di perairan Sulu dan sekitarnya, yang menjadi tempat rawan penyanderaan oleh kelompok milisi Abu Sayyaf Menteri Pertahanan (Menhan) dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah sepakat memasukkan klausul latihan bersama, hotline communication, dan automatic identification system dalam Framework of Agreement (FOA) antar ketiga negara.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengemukakan, pada saat pertemuan trilateral (Indonesia, Malaysia, dan Filipina) di Yogya pada 5 Mei 2016 lalu, Presiden Joko Widodo sudah juga memberikan arahan mengenai pentingnya mempererat kerja sama untuk menjaga keamanan di perairan Sulu dan sekitarnya.

“Oleh karena itu, kemudian ketiga pihak menyiapkan apa yang dinamakan FoA (Framework of Agreement) untuk pengamanan perairan Sulu dan sekitarnya,” kata Retno kepada wartawan usai mendampingi Presiden Jokowi menerima PM Republik Demokratik Sosialis Sri Lanka Ranil Wickramasinghe, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (3/8) pagi.

Menurut Menlu, FoA ini sudah ditandatangani pada 14 Juli lalu. Ia menyebutkan, untuk memperkuat lagi maka Menteri Pertahanan ketiga negara berkumpul kembali dan menghasilkan 6 butir.

“Jadi kalau Framework of Agreement dulu adalah 4, kemudian untuk yang kemarin ada 6 butir yang dihasilkan, yaitu pertama adalah patroli bersama, yang ke-2 adalah bantuan darurat, yang ke-3 adalah sharing intelligence, yang ke-4 adalah hotline communication, yang ke-5 adalah latihan bersama, dan yang ke-6 adalah automatic identification system,” jelas Retno.

Menlu melihat adanya perkuatan dalam FoA itu, yaitu 2 (dua) butir perkuatan dari yang sudah disepakati di tanggal 14 Juli, khususnya di poin 5 dan 6.

“Kita harapkan tentunya dengan kesepakatan yang dihasilkan para Menteri Pertahanan ketiga negara maka 6 kerja sama ini dapat segera diimplementasikan. Karena sangat penting sekali kerja sama konkrit di lapangan dapat segera dilakukan untuk menghindari terjadi penculikan sandera, pengambilan sandera di masa yang akan datang,” papar Retno.

Dalam kesempatan itu, Menlu Retno Marsudi juga menyampaikan, bahwa dirinya baru saja melaporkan kepada Presiden mengenai situasi lapangan dan sebagainya. Ia menjelaskan, komunikasi terus dijalin dan kemarin pihak Kemenlu juga sudah bicara dengan keluarga.

“Kemarin saya sampaikan juga kita bicara kepada keluarga, kita yakinkan kepada keluarga mengenai komitmen pemerintah untuk sesegera untuk dapat membebaskan. Tetapi tentunya, situasi lapangan dari waktu ke waktu tidak sama, kesulitan di lapangan juga tidak sama. Dan kesulitan-kesulitan di lapangan saya kira tidak pada tempatnya apabila ini disampaikan kepada pihak keluarga,” jelas Retno.

Bagi keluarga, lanjut Menlu, yang perlu ditekankan adalah komitmen pemerintah untuk berusaha sekuat tenaga membebaskan para sandera tersebut. “Kita tekankan kepada keluarga bahwa prioritas adalah keselamatan sandera,” tegas Menlu. (UN/ES)

Berita Terbaru