Antara Pesona Antalya dengan Nusa Dua dan Pertemuan Tingkat Dunia
Oleh: Edi Nurhadiyanto, S.S, M.Si *)
Bukan Ankara, bukan pula Istanbul, Pemerintah Turki pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan ternyata lebih memilih Antalya sebagai tempat penyelenggaraan KTT G-20.
Ada beberapa alasan yang mungkin menjadi alasan pemilihan tempat Antalya menjadi tempat penyelenggaraan KTT G-20. Pertama, Antalya memiliki pertumbuhan penduduk tercepat di Turki dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan daerah, kemudian juga telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam migrasi ke daerah Antalya dari kota-kota lain. Sektor yang paling menonjol adalah pariwisata, pertanian, dan industri merupakan andalan ekonomi daerah. Inilah yang kemudian membuat Antalya menempati posisi ke delapan dalam hal populasi dan pendapatan. Antalya adalah kota nomor satu pariwisata metropolitan bagi Turki. Perekonomian kota Antalya dibentuk oleh pariwisata. Antalya menjadi tuan rumah 35% dari seluruh wisatawan yang datang ke Turki. Bahkan, hampir enam sampai tujuh juta wisatawan dalam satu tahun sehingga pariwisata adalah tulang punggung perekonomian Antalya. Untuk itulah, Antalya dianggap sebagai tulang punggung sektor pariwisata Turki.
Nusa Dua Surganya Pertemuan Tingkat Dunia
Turki punya Antalya, lalu bagaimana dengan Indonesia? Sejak beberapa tahun belakangan ini nama Nusa Dua menjadi tempat utama berbagai penyelenggaraan pertemuan tingkat dunia yang dihelat oleh Pemerintah Indonesia. Beberapa contoh yang layak dikedepankan di antaranya adalah perhelatan KTT ASEAN ke-19 dan KTT Asia Timur serta KTT terkait lainnya yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 17-19 November 2011 lalu. Kemudian, pembukaan pertemuan panel tingkat tinggi dunia (High-Level Panel of Eminent Persons/HLPEP) PBB di Nusa Dua, Bali. Pertemuan saat itu guna membahas agenda pembangunan pasca-2015. Pertemuan yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), pada tanggal 27 Maret 2013 lalu menjadi momen yang juga memberikan penguatan bagaimana Nusa Dua menjadi salah satu magnet untuk pertemuan tingkat dunia.
Bahkan, saat Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 dalam forum World Trade Organization (WTO) atau organisasi perdagangan dunia 3-6 Desember 2013 di Nusa Dua, Bali, berbagai organisasi internasional perdagangan dunia dari 159 negara beserta delegasi, LSM, dan media turut hadir dalam pertemuan tersebut. Sisi positif yang didapatkan oleh Indonesia yakni sekitar 10 ribu orang yang datang ke Nusa Dua, itu menggairahkan sektor wisatawan di Bali pada umumnya. Hal yang penting lainnya yakni mengembalikan perdagangan multilateral dan kepercayaan dunia kepada Indonesia.
Kesamaan dan Perbedaan Antalya dengan Nusa Dua
Kesamaan yang paling utama adalah baik Antalya dan Nusa Dua merupakan daerah wisata yang memiliki daya tarik bagi negaranya masing-masing. Kedua, dalam hal keamanan baik Antalya maupun Nusa Dua telah mampu memenuhi syarat penting tersebut untuk menjadi penyelenggaraan pertemuan tingkat dunia.
Namun, ada hal lain yang menjadi perbedaan antara Antalya dan Nusa Dua. Pertama yakni bahasa. Disadari atau tidak, Indonesia secara umum telah memberikan kemudahan yang luar biasa bagi seluruh tamu yang masuk. Kemudahan itu salah satunya ditunjukkan dengan memberikan kemampuan sumber daya manusia yang lebih mumpuni dalam kebahasaan.
Dalam beberapa kali penyelenggaraan acara internasional, Indonesia telah memberikan contoh para penyedia jasa yang berada di sekitar lokasi pertemuan memiliki standar minimal untuk berkomunikasi dalam bahasa internasional yakni bahasa Inggris. Hal inilah yang menjadi perbedaan jika dibandingkan dengan agenda G-20 di Antalya kali ini. Banyak penyedia jasa dan juga panitia di Antalya yang secara resmi bertugas memiliki kemampuan bahasa internasional yang kurang mumpuni sehingga membuat para peserta mengalami kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat penyelenggara.
Namun, hal yang menjadi perbedaan kedua antara Antalya dan Nusa Dua adalah infrastruktur dan transportasi. Dalam hal sarana infrastruktur Antalya memiliki kelebihan dibandingkan Nusa Dua. Jalan yang menjadi penghubung utama pun memilik luas yang lebih baik. Hal inilah yang harus menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia untuk terus meningkatkan sarana pendukung.
Peluang Tumbuhnya Nusa Dua Baru
Oleh karena itu, peluang untuk Indonesia menjadi salah satu pusat untuk pertemuan pemimpin dari dunia sangat besar. Kekurangan dalam hal infrastruktur justru kemudian harus memacu untuk menjadi lebih baik apalagi dengan dukungan dana yang tidak sedikit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Bahkan, keseriusan untuk peningkatan jalan dan transportasi itu. Peluncuran paket kebijakan ekonomi keenam yang berfokus kepada masyarakat pinggiran harus menjadi faktor pemicu bagi tumbuhnya daerah baru.
Peluncuran paket kebijakan ekonomi keenam yang berfokus kepada delapan kawasan ekonomi yang ditetapkan melalui peraturan pemerintah menjadi wilayah khusus yang akan dikembangkan, yakni Tanjung Lesung di Provinsi Banten, Sei Mangke dan Tanjung Api-api (Sumatera Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Bitung (Sulawesi Utara), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Morotai (Maluku Utara), dan Maloy Batuta Trans Kalimantan (Kalimantan Barat) tentunya harus menjadi pembuktian bahwa Indonesia telah siap untuk menjadi magnet bagi industri pariwisata dengan dukungan infrastruktur lebih baik.
Dengan demikian, Indonesia dapat berbangga bahwa bukan hanya Nusa Dua yang menjadi Pesona dan Surga bagi pertemuan tingkat dunia. Namun, Mandalika, Tanjung Lesung, Sei Mangke, Palu, Bitung, Morotai, Tanjung Siapi-api, dan Maloy Batuta telah siap menjadi tuan rumah baru bagi para pemimpin tingkat dunia.
*) Penulis adalah Kepala Subbidang Pelayanan Informasi, Keasistendeputian Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Protokol Sekretariat Kabinet