Antara Presiden Jokowi, Pinisi, dan Diplomasi
Oleh: Tarissa Dewi Syaumi*) dan Kurniawati**)
Suatu Senja di Atas Lako Di’a
Waktu menunjukkan pukul 17.05 WITA saat Kapal Pinisi Lako Di’a lepas sauh di dermaga Marina Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kapal bertiang layar tradisional khas suku Bugis yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO tersebut bergerak menuju sudut terbaik di perairan Laut Flores di Labuan Bajo untuk mengejar matahari tenggelam atau sunset.
Di atas geladak kapal, tampak para penumpang duduk melingkar di atas kursi rotan mengelilingi sebuah meja kayu panjang. Mereka terlihat berbincang santai dalam suasana yang penuh kekeluargaan. Deburan ombak dan alunan musik Sasando yang dimainkan oleh musisi NTT turut mengiringi suasana keakraban di atas kapal tersebut. Tak hanya berbincang, para penghuni kapal juga tampak antusias mengabadikan pemandangan senja di Labuan Bajo nan indah dan memesona dengan gawai masing-masing.
Penumpang kapal tersebut adalah Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Iriana Jokowi, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim dan Ibu Wan Azizah Wan Ismail, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan Ibu Louise Araneta Marcos, PM Singapura Lee Hsien Loong dan Ibu Ho Ching, PM Timor-Leste Taur Matan Ruak dan pendamping, Deputi PM sekaligus Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai, PM Laos Sonexay Siphandone dan Ibu Vandara Siphandone, PM Vietnam Pham Minh Chinh, PM Kamboja Hun Sen, serta Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah dan Pangeran Abdul Mateen.
Momen langka dan bersejarah tersebut terjadi pada rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN yang dihelat di Labuan Bajo, 9 hingga 11 Mei 2023. Perjalanan dilakukan usai para pemimpin menjalani agenda yang cukup padat sejak upacara pembukaan KTT, Rabu, 10 Mei 2023. Setelah berlayar selama kurang lebih satu jam, kapal pinisi berlabuh kembali di Marina Labuan Bajo.
Diplomasi Pinisi
Selain bersejarah, momen ini juga sarat dengan makna. Pelayaran para pemimpin ASEAN dengan kapal pinisi tersebut adalah salah satu bentuk upaya diplomasi Presiden Jokowi guna mencapai tujuan dari Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023. Presiden ingin membangun suasana nan rileks dan penuh kekeluargaan antara para pemimpin negara ASEAN. Menurut Presiden Jokowi, ibarat sebuah pinisi, keluarga besar ASEAN tengah berlayar menuju tujuan bersama, yaitu menjadi pusat pertumbuhan serta kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera. Ya, sejalan dengan tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, sebagai pemegang keketuaan ASEAN di tahun 2023, Indonesia ingin membangun optimisme dan berupaya kuat agar ASEAN tetap relevan dan mampu menjadi pusat pertumbuhan yang penting di kawasan. Dan, suasana kekeluargaan yang terlihat dalam pelayaran dengan pinisi itu seakan menyiratkan komitmen bersama para pemimpin ASEAN untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Makna lain dari pelayaran tersebut tak lain adalah upaya Presiden Jokowi untuk memperlihatkan keindahan sekaligus mempromosikan potensi pariwisata Labuan Bajo kepada dunia melalui keluarga besar ASEAN. Dengan segala potensinya, Labuan Bajo telah ditetapkan pemerintah sebagai destinasi pariwisata super prioritas (DPSP). Berbagai transformasi pun telah dilakukan pemerintah untuk mendukung DPSP ini, mulai dari peningkatan infrastruktur, penataan kawasan, hingga penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan partisipasi usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal tersebut harus ditunjang oleh promosi yang terintegrasi agar transformasi tersebut dapat mendatangkan manfaat yang optimal bagi perekonomian masyarakat sekitar dan Indonesia pada umumnya. Dan, pemilihan Labuan Bajo menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT ke-42 ASEAN adalah salah satu bentuk upaya promosi terintegrasi tersebut.
Sekali Merengkuh Dayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui
Bak pepatah, diplomasi pinisi yang dilakukan Presiden Jokowi ibarat ‘sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui’. Diplomasi ini memberikan dampak positif bagi keketuaan Indonesia di ASEAN sekaligus peningkatan perekonomian di Labuan Bajo khususnya sektor pariwisata dan pendukungnya.
Seperti yang dikemukan oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim, diskusi formal maupun informal nan santai dalam KTT ke-42 ASEAN berhasil merundingkan sejumlah isu penting. Sementara Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menilai perjalanan dengan pinisi ini merupakan ide yang sangat bagus dan menyegarkan sebelum kembali berunding. Senada, PM Singapura Lee Hsien Loong juga mengaku senang dan menikmati suasana di atas kapal pinisi. PM Timor-Leste Taur Matan Ruak juga merasakan kehangatan keluarga besar ASEAN. Ia pun mengapresiasi dukungan Indonesia terhadap keanggotaan Timor-Leste di ASEAN.
Pernyataan para pemimpin ASEAN tersebut memperlihatkan bahwa pelayaran Lako Di’a semakin mempererat rasa kekeluargaan dan soliditas di ASEAN untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga, setelah melalui serangkaian pembahasan, KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo setidaknya mampu menghasilkan tiga kesepakatan. Kesepakatan tersebut adalah memberikan perlindungan bagi pekerja migran dan korban perdagangan manusia serta menindak tegas pelaku tindak pidana perdagangan orang; tidak memberikan toleransi terhadap pencederaan nilai-nilai kemanusiaan terkait konflik di Myanmar serta penegasan mengenai kesatuan ASEAN agar tidak mudah dipecah belah; dan penguatan kerja sama ekonomi, di antaranya dalam membangun ekosistem mobil listrik, memperkuat implementasi transaksi mata uang lokal, serta meningkatkan konektivitas pembayaran digital antarnegara.
Pelayaran tersebut juga diyakini memiliki dampak positif terhadap promosi pariwisata Labuan Bajo. Hal tersebut tergambar dari testimoni para pemimpin ASEAN dan pendampingnya. Sebut saja PM Lee, yang mengakui keindahan Labuan Bajo yang dinilainya jauh lebih memesona dibanding yang terlihat digambar. Ia pun menyatakan keinginannya untuk kembali mengunjungi NTT di masa depan untuk menyelam maupun melihat komodo. Sementara Ibu Louise Araneta Marcos mengatakan sangat menikmati suasana senja di Labuan Bajo yang dinilainya sangat romantis. Kesan mendalam juga dirasakan oleh Pangeran Abdul Mateen dari Brunei Darussalam. Mateen mengaku senang dan menikmati perjalanan pertamanya ke Labuan Bajo. Ia juga mengaku sedang berada di kapal pinisi dan melihat sisi berbeda dari KTT ASEAN. Kesan positif yang dirasakan para pemimpin dan delegasi ASEAN yang datang ke Labuan Bajo diharapkan dapat meningkatkan animo internasional khususnya masyarakat ASEAN untuk berkunjung ke Labuan Bajo.
Budaya Tiga Sukses
Diplomasi pinisi diyakini sebagai salah satu strategi Presiden Jokowi untuk memastikan suksesnya gelaran KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo. Tak hanya sukses dalam penyelenggaraan, pertemuan di bawah keketuaan Indonesia ini juga membuahkan sejumlah kesepakatan para leader serta memberikan manfaat bagi masyarakat. Ini sejalan dengan penekanan Presiden Jokowi, agar saat menjadi tuan rumah Indonesia mencetak tiga sukses, yaitu dari segi penyelenggaran, substansi, serta memberikan manfaat bagi masyarakat.
Tiga target sukses yang dicapai dalam penyelenggaraan KTT ke-42 ASEAN, yaitu pertama, rangkaian pertemuan berhasil diselenggarakan dengan baik dan mendatangkan kepuasan bagi para delegasi. Kedua, para pemimpin menyepakati setidaknya tiga hal yang menjadi deliverables dari KTT ke-42 ASEAN. Terakhir, kedatangan para delegasi mampu menggerakkan perekonomian sekaligus mendatangkan manfaat bagi masyarakat di NTT, khususnya Labuan Bajo.
Standar tiga sukses—penyelenggaraan, substansi, dan memberikan manfaat bagi masyarakat—hendaknya menjadi norma dalam setiap penyelenggaraan ajang internasional di tanah air. Oleh karena itu, selain persiapan yang matang diperlukan juga terobosan-terobosan untuk menciptakan gelaran yang berkesan, penuh keintiman, menjadi perbincangan, dan tentu saja sukses. Diplomasi pinisi di KTT ke-42 ASEAN, diplomasi mangrove di KTT G20, serta atraksi naik motor bak agen rahasia di pembukaan Asian Games 2018 yang dilakukan Presiden Jokowi adalah beberapa aksi yang krusial untuk menunjang tiga sukses tersebut di setiap ajangnya. Tentu saja, terobosan-terobosan serupa perlu dilakukan oleh semua penyelenggara ajang internasional di masa mendatang, seperti ANOC World Beach Games 2023, FIBA Basketball World Cup 2023, dan tentu saja KTT ASEAN di Jakarta. Mari kita tunggu cerita sukses lainnya dari Indonesia, sang tuan rumah yang selalu all out untuk memanjakan para tamunya sekaligus menyukseskan perhelatannya.
*) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik, Universitas Terbuka
**) Pranata Humas Ahli Muda pada Sekretariat Kabinet
Referensi:
Alasan Presiden Jokowi Ajak Pemimpin ASEAN Naiki Pinisi di Labuan Bajo
Diplomasi Matahari Terbenam di Atas Pinisi Putih
Momen Presiden Jokowi Ajak Pemimpin ASEAN Berlayar dan Nikmati Senja
Para Pemimpin ASEAN Jatuh Cinta dengan Keindahan Labuan Bajo
Pinisi, art of boatbuilding in South Sulawesi