Arahan Presiden Joko Widodo pada Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, 6 Agustus 2019, di Istana Negara, Jakarta Pusat
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati para Menko, para Menteri yang hadir,
Yang saya hormati para Gubernur, Bupati, dan Wali Kota,
Yang saya hormati Panglima TNI beserta seluruh Pangdam dan seluruh jajaran yang hadir,
Yang saya hormati Kapolri beserta seluruh Kapolda, Kapolres, dan seluruh jajaran yang hadir,
Yang saya hormati Kepala BNPB, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) yang ini sangat berhubungan sekali dengan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Kita ingat, 2015 dan tahun-tahun sebelumnya kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi, hampir di semua provinsi. Saya ingat kerugian saat itu mencapai Rp221 triliun di 2015, dengan lahan yang terbakar kurang lebih, seingat saya, 2,6 juta hektare dengan kerugian Rp221 triliun. Oleh sebab itu, peristiwa itu jangan sampai terjadi lagi.
Dibandingkan 2015, tahun ini memang turun 81 persen, kalau dibandingkan dengan 2015. Tetapi kalau dibandingkan dengan 2018 tahun ini naik lagi. Ini yang tidak boleh. Harusnya tiap tahun itu turun, turun, turun, turun, turun, turun. Menghilangkan total memang sulit tapi harus ditekan turun. Dan yang paling penting pencegahan, jangan sampai api sudah membesar baru kita bingung, enjang palang. Menanggulangi kalau sudah gede apalagi di hutan gambut sangat-sangat sulit sekali padamnya. Meskipun saya belum dapat laporan terakhir dari Kepala BRG, apakah kanal-kanal untuk lahan gambut masih terus atau sudah berhenti, tapi ini dalam jangka panjang akan sangat berguna sekali dalam mengelola hutan dan lahan kita.
Saya meminta Gubernur, Pangdam, Kapolda bekerja, berkolaborasi, bekerja sama dibantu dari Pemerintah Pusat, Panglima TNI, Kapolri, BNPB, BRG. Usahakan jangan sampai kejadian baru kita bergerak. Api sekecil apa pun segera padamkan. Kerugian gede sekali kalau kita hitung.
Dan aturan main kita tetap masih sama, saya ingatkan kepada Pangdam, Danrem, Kapolda, Kapolres aturan main yang saya sampaikan 2015 masih berlaku. Saya kemarin sudah telepon ke Panglima TNI, saya minta dicopot yang tidak bisa mengatasi. Saya telepon lagi, mungkin tiga atau empat hari yang lalu, kepada Kapolri dengan perintah yang sama, dicopot kalau enggak bisa mengatasi yang namanya kebakaran hutan dan lahan. Tolong Pemda, Gubernur, Bupati, Wali Kota di-backup karena kerugian ekonomi ini besar sekali. Jadi Pak Pak Panglima, Pak Kapolri, saya ingatkan lagi masih berlaku aturan main kita, aturannya simpel saja kan, karena saya enggak bisa nyopot gubernur, engggak bisa nyopot bupati atau wali kota.
Jangan sampai ada yang namanya status siaga darurat, jangan sampai. Sudahlah, ada api sekecil apapun segera diselesaikan sudah. Kita ini kan punya infrastruktur organisasi sampai ke bawah, di desa ada Kamtibmas, ada Babinsa, ada semuanya kok, ada semuanya, mestinya itu begitu muncul kecil itu sudah ketahuan dulu. Di aturan main itu kenapa perlu saya sampaikan lagi karena mungkin ada kapolda baru yang belum tahu aturan mainnya, ada pangdam baru yang belum tahu aturan mainnya, ada danrem atau kapolres baru yang belum tahu aturan mainnya. Aturan mainnya tetap.
Jadi jangan meremehkan adanya hotspot, jika api muncul langsung padamkan, jangan tunggu sampai membesar. Saya enggak perlu saya kira bicara banyak-banyak karena semua sudah tahu lah cara menanganinya seperti apa, cara pencegahannya seperti apa, enggak perlu kita ulang-ulang.
Jadi sekali lagi, yang pertama prioritaskan pencegahan melalui patroli terpadu deteksi dini sehingga kondisi harian di lapangan itu selalu termonitor, selalu terpantau. Kedua, mungkin ini bagiannya BRG, penataan ekosistem gambut dalam kawasan hidrologi gambut, betul-betul. Kalau musimnya panas dicek bener. Dan harus dilakukan secara konsisten, tinggi permukaan air tanah agar gambut tetap basah dijaga terus terutama di musim kering. Kemudian yang ketiga, sesegera mungkin pemadaman api kalau memang ada api, jangan biarkan api itu membesar. Langkah-langkah water bombing yang kalau sudah terlanjur gede itu juga tidak mudah tapi memang harus dilakukan kalau api sudah besar. Terakhir, saya minta langkah-langkah penegakan hukum. Saya lihat ini sudah berjalan cukup baik, saya pantau, saya monitor di lapangan dilakukan tanpa kompromi.
Saya kadang-kadang malu. Ini minggu ini saya mau ke Malaysia dan Singapura tapi saya tahu Minggu kemarin sudah menjadi headline, jadi HL, “Jerubu masuk lagi ke negara tetangga kita”. Saya cek jerubu ini apa, ternyata asap. Hati-hati, malu kita kalau enggak bisa menyelesaikan ini. Mereka sudah senang empat tahun enggak pernah ada jerubu, tahun ini meskipun tidak dalam skala yang seperti 2015, tetapi mulai ada lagi sehingga Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya saya kumpulkan untuk mengingatkan lagi pentingnya mengatasi kebakaran hutan dan kebakaran lahan.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Selamat bekerja, semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan rahmat kepada kita semuanya.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.