Arahan Presiden Joko Widodo saat Sosialisasi Tahap Akhir Amnesti Pajak, di Hall B3 dan C3 Jakarta Internasional Expo (JI-EXPO), Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (28/2) Pukul 14.00 WIB

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 28 Februari 2017
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 9.925 Kali

Logo-Pidato2Bismillahirahmanirahim,

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat sore, salam sejahtera bagi kita semuanya.

Yang saya hormati para Menteri Kabinet Kerja, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, Dirjen Pajak, Ketua dan seluruh jajaran pengurus APINDO. Bapak, Ibu dan saudara-saudara sekalian yang hadir pada sore hari ini.

Tadi, Choki ngomong pengen sepeda. Kalau bisa jawab pertanyaan saya, saya berikan.

Sebutkan 5 jenis ikan, 5 nama ikan? Berapa tadi? Apa saja, diulang lagi. Salmon tidak masuk ikan Indonesia. Teri ya boleh, Teri masuk. Ikan Kembung masuk, terus, Mujair jelas masuk. Apa itu, bener ada, ada bener, Pak? Satu lagi. Ikan Lele. Saya kira terakhir Ikan Tongkol. Bapak, Ibu, saudara-saudara yang saya hormati. Nanti sepedanya diambil di Istana.

Bapak, Ibu hadirin, saudara-saudara yang saya hormati,

Saya ingin memberikan sebuah gambaran terlebih dahulu mengenai ekonomi kita di 2016. Yang pertama pertumbuhan ekonomi. Saya kira kita tahu semuanya pertumbuhan ekonomi kita pada posisi 5,02%. Ini sebuah angka yang sangat gede kalau dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-negara yang lain. Bandingkan coba dengan negara di G20 dan yang lain-lainnya, kita ini berada pada posisi hanya kalah dengan Tiongkok, hanya kalah dengan India. Artinya apa, kita pada posisi 3 besar. Jangan ada lagi yang pesimis lah dengan ekonomi kita.

Yang kedua yang berkaitan dengan inflasi. Sekian tahun yang lalu inflasi kita selalu berada pada posisi di atas 8. Kita dua tahun ini sudah di bawah 4. 2016, 3,02. Di 2015, 3,35. Artinya apa, harga itu bisa kita kendalikan dengan baik. Inilah angka-angka yang memberikan kepercayaan kepada investor, baik dalam negeri maupun dari luar untuk berani menanamkan investasinya. Kalau angka-angka sudah terpampang seperti itu masih ada yang pesimis, mau cari angka yang berapa lagi? Berapa yang dimaui? Ini angka-angka yang sudah. Bandingkan dengan negara lain. Sudah baik, sangat baik.

Dua minggu yang lalu, saya minta kalkulasi perhitungan dari Menteri Keuangan. Bu Menteri, coba di 100 tahun Indonesia merdeka, di 2045 nanti sebetulnya PDB kita berapa sih? Income per kapita kita berapa sih? Penduduk kita berapa sih. Angka yang diberikan kepada saya, penduduk kita nanti akan muncul kira-kira di angka  309 juta, penduduk Indonesia kurang lebih. Terus PDB kita berapa, PDB kita 9,1 triliun dollar AS, kalau di rupiahkan berarti berapa itu kira-kira, 110-120 ribu triliun, di 2045. Terus income per kapita berapa? Income per kapita kita kurang lebih nanti USD 29.000, PDB per kapita, income per kapita kita. Tetapi dengan catatan-catatan, setiap tahun, setiap 5 tahun selama nanti sampai 2045 kondisinya normal seperti sekarang ini. Syukur bisa pertumbuhannya dinaikan, itu akan lebih cepat.

Artinya sekali lagi, kalau ada yang masih pesimis, mau minta angka berapa lagi. Saya hanya mengajak pada saudara-saudara sekalian, jangan pegang uang. Investasikan, ini saatnya. Percaya saya, ini saatnya. Jangan sampai nanti yang mengambil manfaat, yang mengambil peluang, yang mengambil opportunity itu dari luar. Jangan salahkan saya. Jangan salahkan pemerintah. Karena saya pastikan, Bapak, Ibu dan Saudara semuanya, tahu betul peluang yang ada di negara kita itu apa tahu. Di bidang komoditas apa akan masuk, saudara-saudara juga tahu, tidak usah saya beritahukan. Sehingga peluang-peluang itu segera ambil. Jangan keduluan yang dari luar. Ini saya ingatkan yang pegang uang karena kita akan terus perbaiki Ease of Doing Business. Saya akan tekan terus, akan saya injak terus agar semakin tahun semakin baik, semakin tahun semakin baik. Karena dengan inilah negara ini bisa diperbaiki.

Dwelling time yang dulunya di atas 6, di atas 7 hari, nyatanya sekarang juga bisa kita tekan menjadi di bawah 3 hari, meskipun di situ masih ada persoalan saya tahu. Biaya yang masih tinggi. Itu akan saya kejar terus, akan kita kejar terus. Supaya apa, daya saing kita, competitiveness kita menjadi semakin baik. Sekali lagi, peluang-peluang yang ada, manfaatkan. Kesempatan-kesempatan yang ada, manfaatkan.

Jangan sampai, sekali lagi, jangan sampai diambil oleh kesempatan itu oleh negara lain karena feeling saya mengatakan hampir semua negara sekarang ini melihat kita. Semuanya melihat-melihat. Banyak yang menanyakan pada saya, saat bulan November, Desember, Januari mengenai situasi politik. Kemarin waktu ke Australia bertemu juga ditanya mengenai situasi politik. Saya sampaikan tidak ada masalah. Situasi politik kita aman, terkendali. Demo 7 juta juga bisa dikendalikan oleh Polri dan TNI, kok. Katanya yang November-Desember kemarin kan yang demo kan 7 juta. Ya nyatanya bisa dikendalikan kok, enggak ada masalah. Saya sampaikan kepada investor-investor. Demonya juga damai, baik. Dan dengan itulah kita ingin tunjukkan bahwa politik di Indonesia ini sudah, kita sudah dewasa dalam politik, kita sudah matang dalam politik. Saya balik gitu biar enggak pada takut.

Dan dengan itu pula kita akan menjadi negara yang tahan uji. Negara yang akan naik level, naik kelas itu pasti ada ujian. Jangan malah pada ketakutan yang di dalam negeri dan tidak berani investasi, keliru besar. Enggak ada masalah. Sekarang saya balik memang.  Investor yang siapapun kalau bertanya yah saya sampaikan. Itulah nanti yang menjadikan kita tahan banting, tahan uji, situasi-situsi seperti itu dan sekarang kan sudah dingin tidak ada masalah, moga-moga seterusnya enggak ada masalah.

Problem kita sekarang ini berada pada sisi yang namanya kesenjangan sosial ekonomi. Gini rasio kita memang perlu kita perbaiki. Inilah tugas pemerintah, ini tugas pemerintah. Jadi Bapak, Ibu, Saudara-saudara sialakan terus ekspansi berusaha silakan, tugasnya mempersempit kesenjangan itu tugasnya kebijakannya ada di pemerintah. Tapi kalau kita bandingkan dengan negara yang lain, kita juga enggak jelek-jelek amat gini ratio kita tapi ini tetap harus diperbaiki, harus dibenahi.

Sekarang masuk ke tax amnesty,

Kita tidak terasa sudah 8 bulan mengikuti program amnesty pajak. Sudah berjalan dan bulan Maret ini kita memasuki bulan yang terakhir. Dan selama ini saya tahu yang bertugas di lapangan, terutama di Direktorat Jenderal Pajak dan seluruh jajarannya betul-betul sudah menjadi pasukan yang pergi pagi pulangnya pagi. Iya benar. Dan buka Sabtu-Minggu, Sabtu dan Minggu juga buka seperti apotik 24 jam. Buka, kita perintah untuk buka ya buka.

Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Pak Dirjen beserta seluruh jajarannya. Dan juga tidak lupa terima kasih saya sampaikan atas kerja sama yang baik kementerian/ lembaga, aparat hukum, pemerintah daerah, dan juga asosiasi pengusaha yang sudah memberikan back up kepada kita, mengerahkan seluruh pengusaha seperti pada sore har ini. Oleh sebab itu, saya mengucapkan terima kasih kepada ketua Apindo beserta seluruh jajaran pengurus APINDO yang didukung juga oleh asosiasi yang lain, Kadin, Hipmi, perbankan, industri-industri keuangan, konsultan pajak. Yang tepuk tangan konsultan pajak. Dan masih banyak lagi yang memberikan dukungan penuh pada program amnesti pajak ini.

Dan hasilnya tadi sudah disampaikan. Tapi saya ulang lagi, 27 Februari 2017, data yang saya terima ada Rp 112 triliun penerimaan amnesti pajak, Rp 112 triliun. Tidak ada negara yang lain seperti ini, tidak ada. Tidak ada presiden dibawa-bawa kemana-mana untuk tax amnesty. Cari di dunia, di negara lain, di Jakarta saya berapa kali ngomong mengenai amnesti pajak, di Semarang, di Surabaya, di Bandung, di Makassar, di Balikpapan, di Medan, di Bali saya datangi semuanya. Bu Menteri itu sering tanya, enggak capek Pak? Ya capek. Dipikir  enggak punya capek saya. Untuk apa? Agar program ini betul-betul memberikan manfaat pada negara dalam jangka tidak sekarang tapi juga yang akan datang.

Total harta yang diungkap Rp 4.413 triliun, dan angka yang besar sekali, besar sekali angka ini. Dan SPH yang disampaikan ada 707 ribu, tapi ini datanya bergerak terus. Oleh sebab itu, saya berharap kerja sama yang sudah terjalin ini dijaga terus. Karena apa, sama dengan perusahaan, sama dengan korporasi, sama dengan lembaga apapun, institusi apapun, yang namanya negara itu kalau sudah tidak dipercaya, berbuat apapun sulit. Tapi kalau sudah ada trust, arus modal pasti akan masuk, investasi pasti akan masuk, orang tidak takut untuk menjalankan usaha. Karena apa, ada kepercayaan.

Itulah yang sekarang ini kita sedang dalam proses membangun itu. Membangun trust. Itu sesuatu yang tidak kelihatan tapi sangat berharga sekali. Sama korporasi, kalau sudah tidak dipercaya, tidak ada trust, ya kemana-mana jualan produk juga tidak laku, mencari pinjaman pun juga tidak akan diberi. Sama. Inilah yang sedang kita bangun, proses membangun yang sedang kita kerjakan, baik yang tadi perbaiki pertumbuhan ekonomi, memperbaiki inflasi, memperbaiki dwelling time, meperbaiaki EoDB, itu yang baru kita kerjakan.

Sekali lagi, saya harap kerja sama yang sudah terjalin ini terus dijaga, terus bersama-sama, terus bersinergi untuk meningkatkan kesadaran kita semuanya untuk membayar pajak.

Bapak, ibu, dan saudara sekalian, hadirin yang saya hormati,

Masih ada sisa waktu 1 bulan. Masih ada sisa waktu 1 bulan untuk ikut amnesti pajak. Ini kesempatan terakhir. Saya ingatkan, ini kesempatan terakhir, ini kesempatan terakhir. Karena sekarang ini Kementerian Keuaagan sedang menyiapkan draft Peraturan Pemerintah untuk Wajib Pajak-Wajib Pajak yang belum ikut atau baru setengah-setengah ikut amnesti pajak. Tadi bu Menteri Keuangan sudah sampaikan.

Dan sekali lagi, saya ulang, saya menjamin situasi nasional yang aman, yang kondusif karena itu saya harapkan dana repatriasi, dana dalam negeri yang sudah dilaporkan terus segera investasikan. Segera diinvestasikan agar bergerak ekonomi. Jangan ragu-ragu lagi. Ya pakai kalkulasi silakan, pakai hitung-hitungan silakan, tapi peluang itu tidak datang berkali-kali. Sering peluang itu hanya datang sekali.

Dan perlu juga perlu saya ingatkan bahwa sebentar lagi kita akan masuk di era keterbukaan informasi, nanti akan ada Automatic Exchange of Information di Juni 2018, efektif akan berjalan. Hati-hati. Juni 2018 nanti akan efektif berjalan dan sebentar lagi, ini sedang dalam proses, saya akan mengeluarkan Perppu mengenai ini. Karena nanti kalau enggak dikeluarkan Perppu harus lewat Undang-undang mungkin terlalu lama, ini harus disampaikan keluar, sehingga saya akan keluarkan Perppu yang isinya kurang lebih mengenai keterbukaan informasi itu dan berjalan efektif sekali lagi Juni 2018.

Artinya apa, nanti di 2018 Juni, siapapun tidak bisa lagi menyembunyikan hartanya di dalam negeri maupun di luar negeri. Tidak bisa lagi menghindari pajak, tidak bisa lagi. Ini sudah tandatangan semua negara. Kalau Perppu itu tidak saya keluarkan, dikucilkan kita, dianggap negara yang tidak kredibel, dianggap negara ecek-ecek. Tidak mau, kita ingin dipercaya, kita membangun trust itu di dunia internasional.

Sekali lagi, jadi juni 2018 karena sudah ada automatic exchange of information, siapapun tidak bisa lagi menyembunyikan hartanya, tidak bisa lagi menghindari pajak, di dunia mana pun keran nanti sudah buka-bukaan semuanya. Ini ada kesempatan 1 bulan ini. Sudahlah ikut tax amnesty. Ikut, sudah ikut. Saran saya hanya 1, ikut tax amnesti. Yang belum yang hadir di sini pasti masih banyak yang belum ikut. Ini saya lihat diam semuanya. Kalau diam masih agak takut-takut itu pasti belum ikut itu.

Sekali lagi, semua data akan terbuka, maka lebih baik bereskan semuanya sekarang agar hidup kita enak, tenang, bisa tersenyum, datang ke sini juga tidak tegang. Hmm, tegang semua kan, berarti masih banyak ini yang belum.

Hadirin sekalian,

Ke depan kita akan terus berupaya meningkatkan tax ratio agar pajak menjadi salah satu senjata pamungkas kita untuk mendorong pemerataan ekonomi dan menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan dengan basis pajak yang kuat kita akan bisa membiayai program-program strategis prioritas  nasional kita.

2 tahun yang lalu, bulan Desember saya datang ke Entikong, saya datang ke Motaain. Entikong itu di Kalimantan Barat, Motaain itu di NTT, di Skouw di Papua Saya lihat, kantor kita di sana di Entikong, di Motaain dibandingkan dengan kantor negara di sebelah kita, malu kita malu. Jelek banget, kaya kandang itu yang di Entikong, yang di Motaain saya lihat kaya kantor kelurahan, kotak-kotak kecil-kecil gitu.

Saat itu saya perintahkan untuk sudahlah, Pak Menteri PU tidak ada ya, saya perintahkan Menteri PU saat itu, Pak Menteri saya beri waktu 2 minggu ini dirobohkan. Enggak mau saya, malu saya. Saya minta saya beri waktu 2 tahun gedung ini harus lebih baik dari gedung yang di negara tetangga kita itu. Harus lebih baik 2 kali, 3 kali lebih baik. Kita ini negara besar. Martabat kita, harga diri kita dimana. Kalah, gedung kaya kantor kelurahan. Dirobohkan, lapor ke saya ada fotonya. Pak, sudah kita robohkan seminggu setelah. Robohkan sudah. Terus dibangun, Desember kemarin jadi. Uangnya dari mana sih ini? Dari Bapak-Ibu semuanya, dari pajak.

Ini coba gambarnya yang di Entikong kaya apa sekarang. Itu. Yang di Motaain gambarnya dikeluarkan.  Dulu kaya kantor kelurahan. Dulu, orang-orang di Kabupaten Belu itu kalau mau foto itu ke sana. Sekarang orang-orang sana foto semua ke tempat kita. Malu kita, tapi sekarang sudah tidak malu. Ada 7 kantor lintas batas yang kita robohkan total, kita perbaiki. Tadi di Entikong, di Skouw, di Motaain, di Motamasin, dan di 3 lainnya kita kerjakan. Dari mana? Ya tadi sekali lagi, ini dari pajak Ibu dan Bapak  sekalian. Nanti kalau saya laporkan semuanya bisa satu jam lebih.

Jalan tol yang Trans Sumatera progresnya juga cepat sekali. Kenapa cepat yang Trans Sumatera, ya karena dikerjakan pagi, siang, malam. Saya minta minimal 2 shift, kalau bisa 3 shift, sehingga cepat banget. Pembebasan tanah sekarang sudah. Kita ini kan untuk jalan itu kan untuk 250 juta penduduk kita, enggak bisa sekarang pembebasan sulit, enggak.

Jalur kereta api di Sulawesi. Pokoknya sudah saya putuskan semuanya dimulai. Kereta api, dimulai, jalan tol di mulai. Setelah itu 3-4 bulan pasti saya datangi. 3-4 bulan saya datangi lagi progresnya kaya apa. Bu Menteri Keuangan ini, Bu Menteri Keuangan yang biasanya kan urusannya hanya duit, anggaran, hanya di kantor saja, pengen lihat saya ceritain. Pak boleh saya ke lapangan? Ya silakan dicek, duitnya jadi barang enggak. Ya biar ini untuk controlling kita. Kalau kerja tidak ada yang kontrol, kerja enggak ada yang awasi, enggak jadi-jadi. Nanti kalau mangkrak kan saya yang digebuk.

Pelabuhan, pelabuhan di Kuala Tanjung di Sumatera Utara, Bu Menteri BUMN sudah selesai berapa persen, 67 ya, berapa? 80%, saya waktu cek 67 sekarang sudah 80%. Kuala Tanjung ini progresnya terus. Saya terlambat sedikit saja, 67 tahu-tahu sudah 80% karena memang cepat banget gitu lho. Kita ikuti terus. LRT di Palembang. Kita mau, orang Indonesia itu ya kalau nonton kota ini jadi, yang lain nanti ngopi gitu loh. Transportasi massal di Palembang ada LRT, nanti ini pada minta semuanya, Bandung minta, Surabaya minta. Tapi kalau enggak kita putuskan, enggak kita eksekusi, enggak mulai-mulai.

Ya contoh kaya di Jakarta, MRT itu 26 tahun direncanakan. Saya dipaparkan saat itu jadi gubernur, untung rugi-untung rugi, ya kalau dihitung untung rugi ya pasti rugi. Enggak mulai-mulai. Tapi hitunglah makro negara, di hitung makronya. Setiap tahun karena macet kita kehilangan duit Rp 28 triliun setiap tahun di Jakarta. Kalau MRT itu enggak diputuskan ya semakin, semakin mahal harganya, yang kedua ya duit kita hilang akan semakin banyak. Ya jangan dihitung hanya MRT-nya saja, nanti PSO kan bisa subsidi pemerintah. Kalau enggak ya enggak akan sambung-sambung sampai kapanpun. LRT dihitung. Kita ini kan ribut saja. Mau buat MRT saja ramainya dulu saya ingat. Baru mau membuat 15 Km aja ramainya. Kereta cepat baru mau membuat 148 km saja ramainya, padahal di Tiongkok setahun itu membuat kereta cepat itu 2000 km setahun. Kita membuat 148 saja ramainya. Kapan kita akan maju.

Tapi saya ini memang kupingnya tebal. Saya enggak akan. Tapi kalau kuping saya tipis ya enggak akan mulai-mulai. MRT, LRT, kereta cepat ya pasti ada masalah. Setiap memutuskan itu pasti ada masalah, nah tugas kita menyelesaikan. Setiap memutuskan pasti ada resikonya. Ya itu pemimpin harus berani ambil resiko. Kalau enggak, maju-mundur, maju-mundur, pas kena majunya enggak apa-apa, kena mundurnya?

Saya kira itu saudara-saudara sekalian yang bisa saya sampaikan.

Terima kasih.

Wassalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Humas Setkab)

Transkrip Pidato Terbaru