Arahan Presiden Joko Widodo Untuk Antisipasi Kebakaran Hutan di Depan Anggota Manggala Agni, di Kab. Kubu Raya, Kalbar, 20 Januari 2015

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 Januari 2015
Kategori: Transkrip Pidato
Dibaca: 122.084 Kali

Assalamualaikum wr wb.
Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya.

Yang saya hormati menteri yang hadir, khususnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Yang saya hormati Wantimpres, Gubernur, serta seluruh Bupati dan Walikota yang hadir pada kesempatan sore hari ini. Untuk perusahaan, dunia usaha, masyarakat, serta forum koordinasi pimpinan daerah propinsi Kalimantan Barat. Hadirin yang berbahagia dan khususnya manggala agni, polisi hutan.

Waktu di Riau, setelah saya melihat, hutan gambut dan melihat di lapangannya seperti apa posisi-posisi kebakaran itu terjadi. Saya hanya menyampaikan satu saat itu. Saudara saudara bekerja atau tidak? Siapa yang saya maksud dengan “saudara”? Yang saat itu hadir Pangdam, Kapolda, Gubernur, Bupati, Walikota, dari Kehutanan, Kabareskrim. Semua ada.

Pertanyaan saya, begitu banyak organisasi yang terlibat untuk mengatasi yang namanya api saja, sudah berpuluh-puluh tahun tidak bisa dilakukan. Apa yang saya sampaikan saat itu? Monitoring sistemnya kan ada. Titik api di mana juga jelas ada. Persoalannya saat itu saya sampaikan, kita ini mau atau tidak mau menyelesaikan ini. Ingin atau tidak ingin. Kuncinya hanya di situ.

Masa organisasi sebesar itu menyelesaikan yang namanya api tidak rampung-rampung, dan berpuluh-puluh tahun dibiarkan terus. Kalau saya, hati-hati bekerja dengan saya. Waktu ada hampir 5000-7000 kapal ikan asing masuk ke perairan kita. Monitoringnya ada, monitoring sistem di kementerian kelautan ada, dibiarkan juga.

Kalau saya, maaf, kalau bekerja dengan saya tidak seperti itu. Perintah saya saat itu juga tenggelamkan. Hanya itu saja, tidak yang lain. Dan sekarang sudah ditenggelamkan berapa belas kapal. Kapalnya sudah tidak berani masuk ke perairan kita.

Sama dengan ini. Sekali lagi, semua organisasi di sini ada semuanya. Dari Gubernur, Pangdam, TNI, Polda membawahi Porles sampai ke bawah. Ditambah yang namanya Manggala Agni, ada polisi hutan. Organisasi sebesar ini tidak bisa menyelesaikan api dan sudah berpuluh-puluh tahun. Ada yang salah tidak? Ada kemauan tidak? Itu saja kuncinya, mau tidak mau menyelesaikan masalah ini. Nanti saya lihat.

Saya kemarin sudah wanti-wanti di Riau, hati-hati bekerja dengan saya. Bekerja itu ada targetnya. Apa tujuannya dibikin organisasi Manggala Agni? Harus jelas gunanya. Sebelum dibuat ada berapa titik api, setelah dibuat turun menjadi berapa titik api.

Kalau tidak ada gunanya untuk apa? Organisasi ini ada semuanya. Bahaya lho. Namanya entah karena land clearing, membuat ladang atau kebun, entah karena kebakaran hutan. Hati-hati, ini tahunan dan rutin kita pelihara. Bukan kita selesaikan tetapi kita pelihara terus acara-acara seperti ini. Dan malu kita kepada warga dunia yang lain gara-gara ini. Kita sendiri juga sering lapangan terbang tidak bisa dipake untuk turun maupun naik gara-gara asap. Negara yang lain juga kita asapi. Gas emisi juga menjadi kalkulasi dunia. Ada semua catatannya.
Waktu di Asian Summit, Apec, G-20 dipaparkan. Kalau setiap tahun saya harus terima malu seperti itu saya tidak mau. Harus ada yang bertanggungjawab. Bekerja itu jelas, ada yang harus bertanggungjawab. Organisasi-organisasi yang tadi saya sebutkan.

Waktu di Riau langsung saya telpon, Pangdam kapolda. Siapa yang bertanggungjawab menyelesaikan, saya akan cek titik api turun atau tidak. Kenyataannya juga turun, langsung anjlok. Tapi apa saya harus lakukan itu setiap tahun, tiap bulan saya telpon. Kan tidak mungkin. Organisasinya sudah ada, alatnya ada semua.

Yang paling penting apa? Api jangan dibiarkan sampai besar. Begitu ada titik langsung kejar. Saya bekerja mengurusi api juga tidak sehari dua hari. Sudah di hutan pinus lebih sulit. Sebab itu saya mengerti. Saya berani ngomong karena saya mengerti.

Ini hanya masalah mau atau tidak mau. Hanya itu saja tidak ada yang lain. Tidak ada harus mengorganisasi seperti kecelakaan Airasia, telpon sana-sini supaya organisasinya supaya berpadu.

Saya tadi dibuatkan tulisan segini banyaknya, tidak saya baca. Karena hanya rutinitas nanti juga. Ngomongnya hanya ini ini ini  terus. Saya omongin setiap tahun tidak ada artinya. Sehingga tidak saya baca. Lapangannya mengerti semuanya kok, setiap hari di lapangan. Pendekatannya seperti apa. Masyarakat pasti juga memberi info, perusahaan pasti juga tahu, jadi tidak perlu saya beri tahu bagaimana cara memadamkan api.

Bapak ibu semuanya sudah tahu jurusnya seperti apa, kungfunya seperti apa. Jadi ini hanya masalah kemauan. Dan saya minta begitu hujan ini sudah mulai hilang, masuk ke musim kemarau, itu akan saya lihat hariannya. Yang saya lihat memang di Kalimantan Barat, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, karena yang ada di kantongan saya baru itu, yang selalu mengkhawatirkan.

Dan sekali lagi, saya minta tahun ini kita tidak mengulang lagi karena kebakaran yang menyebabkan persepsi, imej, masyarakat publik dunia, tetangga kita menjadi masalah gara-gara ini.

Saya hanya ingin catat saja. 2013 ada berapa, 2014 ada berapa, 2015 turun drastis atau tidak, hilang atau tidak, saya tinggal catat. Dan yang bertanggungjawab tadi yang sudah saya sebut. Yang di lapangan juga sudah kelihatan siapa. Itu namanya bekerja. Saya tidak usah ngomong caranya nyemprot. Semua sudah bisa. Yang disemprot apanya juga sudah tahu semuanya. Bagaimana membuat sekat api  juga tahu semuanya, buat apa saya harus cerita-cerita seperti itu.

Saya hanya minta tadi, kita punya kemauan bersama menyelesaikan masalah ini karena memang masalah ini saya yakin bisa diselesaikan karena nampak di depan mata. Bukan sesuatu yang rumit dan sulit untuk dicari.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan, pada kesempatan yang baik ini.

Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(Humas Setkab)

 

 

Transkrip Pidato Terbaru