ASEAN Concord IV: Legacy Indonesia Pada Keketuaan ASEAN 2023

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 September 2023
Kategori: Opini
Dibaca: 3.284 Kali

Pesiden Joko Widodo (ketujuh kiri) berfoto bersama, dari kiri, Perdana Menteri Cook Islands Mark Brown, Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin, Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Permanent Secretary of Foreign Affairs Thailand Sarun Charoensuwan, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, dan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao saat pembukaan KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta, Selasa (05/09/2023). (Foto: Media Center KTT ASEAN 2023/Akbar Nugroho Gumay/foc)

Oleh: Novilia Mayasari, S.IP., M.A. *) dan Bayu Wiraditya Pawi, S.H.Int. **)

Indonesia berhasil menyelenggarakan KTT ke-43 Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan KTT Terkait lainnya pada tanggal 5-7 September 2023 di Jakarta. Perhelatan di Jakarta tersebut melengkapi kesuksesan Indonesia dalam Keketuaan ASEAN tahun 2023 setelah penyelenggaraan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Dengan mengusung tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, Indonesia menegaskan kembali relevansi ASEAN di tengah maraknya permasalahan regional dan global serta menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan. Dalam pidato pembukaan KTT ke-43 ASEAN, Presiden Joko Widodo menekankan ASEAN untuk tidak menjadi proxy dari pihak manapun serta siap bekerja sama dan menjadi mitra dengan tujuan perdamaian dan kemakmuran di kawasan. Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun 2023 meninggalkan legacy penting bagi ASEAN dalam menghadapi dinamika global yang terus berubah.

Bali Concord I, II, dan III
Keketuaan Indonesia pada ASEAN tidak dapat dilepaskan dari Deklarasi Bali Concord I, II, dan III yang merupakan legacy penting dari Keketuaan Indonesia pada ASEAN yang mampu memengaruhi perjalanan ASEAN sebagai sebuah organisasi regional.

Pada KTT ke-1 ASEAN tahun 1976 di Bali, ASEAN telah menghasilkan Treaty of Amity Cooperation (TAC) sebagai bagian dari The Declaration of ASEAN Concord (Bali Concord I)[1]. Dokumen ini menjadi landasan pola perilaku negara-negara ASEAN dengan menegaskan prinsip-prinsip ASEAN, seperti nonintervensi, penggunaan cara-cara damai dalam menyelesaikan konflik, dan tidak menggunakan aksi kekerasan. Bali Concord I yang dihasilkan pada saat Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun 1976 dimaksud diterima dengan baik dan menjadi sebuah legacy yang masih dijaga hingga saat ini untuk mencapai stabilitas politik.[2]

Legacy Indonesia berlanjut pada keketuaan berikutnya di KTT ke-9 ASEAN tahun 2003 di Bali melalui The Declaration of ASEAN Concord II atau Bali Concord II. Melalui Bali Concord II inilah, para pemimpin ASEAN sepakat untuk mendirikan Komunitas ASEAN dengan tiga pilar utama, yaitu kerja sama politik dan keamanan, kerja sama ekonomi, dan kerja sama sosial budaya[3]. Indonesia sendiri menjadi penggagas pembentukan Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, selain juga memainkan peran penting dalam perumusan dua pilar lainnya.[4]

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menganut kebijakan “Thousands Friends, Zero Enemy”, Indonesia mulai memainkan peran penting dalam mengatasi konflik di Laut China Selatan[5]. Pada Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011, dokumen Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations atau Bali Concord III berhasil disahkan. Dokumen ini menguatkan pentingnya kesatuan suara, pandangan, dan posisi ASEAN dalam menjawab berbagai isu global. Lebih lanjut, Bali Concord III juga memberikan penguatan terhadap pencapaian program Komunitas ASEAN pada tiga pilar kerja samanya[6].

ASEAN Concord IV: Sebuah Legacy Penting?
Seperti halnya keketuaan sebelumnya, Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun 2023 ini juga meninggalkan legacy bagi ASEAN. Pada KTT ke-43 ini, ASEAN telah mengadopsi sebelas dokumen sebagai deliverables, salah satunya adalah Jakarta Declaration on ASEAN Matters: Epicentrum of Growth atau ASEAN Concord IV. Dokumen ini menjadi sebuah legacy penting dalam perjalanan ASEAN menghadapi tantangan global yang semakin berat, karena beberapa hal.

Pertama, dokumen ASEAN Concord IV mampu menjabarkan sejumlah program aksi sebagai cerminan tema Keketuaan Indonesia “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”. Tema ini merupakan legacy tersendiri dari Indonesia karena telah memberikan arah yang jelas terhadap ASEAN ke depannya. Sejumlah program aksi tersebut fokus pada tiga hal, yaitu (i) ASEAN Matters yang mencakup aspek relevansi ASEAN dalam menghadapi isu geopolitik serta pentingnya penguatan kapasitas dan efektivitas institusional ASEAN; (ii) Epicentrum of Growth mencakup aspek geoekonomi untuk menguatkan peran ASEAN dalam menegaskan Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan; serta (iii) the Implementation of ASEAN Outlook of Indo-Pacific untuk menekankan penguatan kerja sama konkret AOIP berdasarkan prinsip inklusivitas, kerja sama ekonomi, dan ekonomi pembangunan. Melalui penjabaran yang komprehensif, ASEAN Concord IV menegaskan bahwa komunitas ASEAN memiliki arti penting bagi masyarakatnya dan menjadi pusat pertumbuhan tidak hanya di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga kawasan Indo-Pasifik[7].

Kedua, ASEAN Concord IV akan menjadi fondasi dalam pembentukan ASEAN Community Vision 2045. Visi ASEAN 2045 ini akan disahkan pada 2025 mendatang untuk menggantikan Visi ASEAN 2025 yang akan segera berakhir. Dokumen ini menekankan pentingnya dialog berkelanjutan, kerja sama yang saling menguntungkan, dan memastikan kesatuan dan sentralitas ASEAN. Program aksi dalam ASEAN Concord IV ini meliputi bidang politik, keamanan, ekonomi, dan sosial. Di bidang politik, ASEAN Concord IV mengadopsi program seperti promosi dan perlindungan terhadap HAM, pemberantasan kejahatan transnasional, serta komitmen menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas dari senjata nuklir. Sementara itu di bidang ekonomi, program dan kegiatan ASEAN Concord IV menyasar isu transisi energi, ketahanan pangan, dukungan terhadap penggunaan mata uang lokal dalam transaksi ekonomi, penyusunan the ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), ekosistem kendaraan listrik di ASEAN, dan penguatan kerja sama penanggulangan masalah lingkungan. Dengan demikian, ASEAN Concord IV memiliki arti penting dalam memberikan dukungan bagi ASEAN untuk menyiapkan Visi ASEAN 2045.

Ketiga, legacy ini menjadi signifikan karena tidak hanya penting bagi ASEAN, namun juga bagi kepentingan nasional Indonesia. Program aksi ASEAN Concord IV memiliki benang merah yang sama dengan visi Indonesia Emas 2045, yaitu menekankan pada pentingnya stabilitas politik dan keamanan dalam rangka mencapai kesejahteraan dan kemakmuran, pentingnya kesinambungan dan keberlanjutan, serta memaksimalkan sumber daya manusia sebagai potensi pembangunan. Sebagai Ketua ASEAN, Indonesia mampu memberikan influence pada perumusan dokumen ASEAN Concord IV yang dapat diterima oleh negara-negara ASEAN lainnya, namun tetap memiliki keselarasan dengan kepentingan nasional Indonesia.

Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa hasil KTT ASEAN harus bisa dirasakan manfaatnya secara nyata oleh seluruh masyarakat[8], salah satunya dengan menyiapkan strategi jangka panjang yang tertuang dalam Visi ASEAN 2045 sebaik mungkin. Untuk itu, ASEAN Concord IV sebagai fondasi Visi ASEAN 2045 harus relevan, menguntungkan, dan sesuai harapan rakyat ASEAN. ASEAN Concord IV ini kemudian menjadi sebuah legacy yang penting dari Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun 2023 di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Tindak Lanjut
Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun ini telah menegaskan bahwa kesatuan dan kebersamaan ASEAN merupakan hal yang sangat penting. Kesatuan artinya sebuah harmoni dalam perbedaan, termasuk perbedaan pendapat sebagai ekspresi demokrasi dan kedudukan yang setara (equality). Demikian pula dengan kebersamaan ASEAN yang harus senantiasa dijaga. Tantangan global yang semakin besar harus dapat dihadapi secara bersama-sama oleh negara-negara ASEAN dan menjadikan ASEAN sebagai pusat untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas, dan bukan dijadikan arena rivalitas yang saling menghancurkan.

Sebagai legacy yang baik dari Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun 2023, maka seluruh outcome documents, termasuk ASEAN Concord IV harus mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat ASEAN. Indonesia beserta seluruh negara anggota ASEAN berkewajiban untuk segera mengimplementasikan dokumen dimaksud agar bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat ASEAN. ASEAN diharapkan tetap mengutamakan sentralitas ASEAN dalam menjalankan kerja sama dengan berbagai mitra guna mewujudkan target dan tujuan ASEAN pada tahun 2045.

Presiden Joko Widodo pada pidatonya saat menyerahkan tongkat estafet Keketuaan ASEAN tahun 2024 kepada Perdana Menteri Republik Demokratik Rakyat Laos, Sonexay Siphandone, menyampaikan komitmennya untuk memperkuat kolaborasi dan kerja sama untuk ASEAN yang damai dan makmur, serta menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik untuk semuanya.[9] Kolaborasi dan kerja sama tersebut akan ditunjukkan dengan mendukung Keketuaan Laos di ASEAN pada tahun 2024, termasuk mengawal dan memberikan kontribusi pemikiran pada proses pembentukan Visi ASEAN 2045 sebagai tindak lanjut dari ASEAN Concord IV.

*) Kepala Bidang Hubungan Regional
**) Analis Polhukam pada Subbidang Hubungan Regional Afrika dan Timur Tengah

[1]Kementerian Sekretariat Negara, “Sambutan Presiden RI pada Pembukaan KTT ASEAN XIX, Bali, 17 November 2011”, (https://www.setneg.go.id/baca/index/sambutan_presiden_ri_pada_pembukaan_ktt_asean_xix_bali_17_november_2011 diakses pada tanggal 9 September 2023, 14.10)

[2] ASEAN, “The Declaration of ASEAN Concord, Bali, Indonesia, 24 February 1976”, (https://asean.org/the-declaration-of-asean-concord-bali-indonesia-24-february-1976/ diakses pada tanggal 6 September 2023, 10.00)

[3] ASEAN, “Declaration of ASEAN Concord II”, (https://asean.org/speechandstatement/declaration-of-asean-concord-ii-bali-concord-ii/ diakses pada tanggal 6 September 2023, 10.15)

[4] Kementerian Luar Negeri, “Sejarah dan Latar Pembentukan ASEAN”, (https://kemlu.go.id/portal/id/read/980/halaman_list_lainnya/sejarah-dan-latar-pembentukan- diakses pada tanggal 11 September 2023, 13.20)

[5] Farid Ramadhony dan Yasef Firmansyah, “Road to Indonesia ASEAN Chairmanship 2023: Indonesia Foreign Policy Pattern in ASEAN”, Moestopo International Review on Societies, Humanities, and Sciences. Vol.2. No.2. 2022, hal.148-159

[6] ASEAN, “Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations”, (https://asean.org/wp-content/uploads/2021/09/Bali-Concord-III.pdf diakses pada tanggal 6 Septemebr 2023, 11.00)

[7] ASEAN, “Jakarta Declaration on ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, (https://asean.org/wp-content/uploads/2023/09/DECLARATION-OF-ASEAN-CONCORD-IV.pdf diakses pada 6 September 2023, 11.15)

[8] Sekretariat Kabinet, “Keterangan Pers Presiden Joko Widodo setelah Peninjauan Kesiapan Penyelenggaraan KTT Ke-43 ASEAN, 1 September 2023”, (https://setkab.go.id/peninjauan-kesiapan-penyelenggaraan-konferensi-tingkat-tinggi-ktt-ke-43-asean-di-jakarta-convention-center-jcc-senayan-provinsi-dki-jakarta-1-september-2023/ diakses pada tanggal 11 September 2023, 15.00)

[9] Sekretariat Kabinet, “Indonesia Serahkan Estafet Keketuaan ASEAN Ke Laos”, ( https://setkab.go.id/indonesia-serahkan-estafet-keketuaan-asean-ke-laos/ diakses pada tanggal 11 September 2023, 15.20)

Opini Terbaru