ASEAN-Republic of Korea (RoK) Summit, 25 November 2019, di Busan Exhibition and Convention Center (BEXCO), Busan, Korea Selatan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 25 November 2019
Kategori: Sambutan
Dibaca: 537 Kali

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,

Yang terhormat Menteri Perdagangan Industri dan Energi Republik Korea,  Mr. Sung Yun Mo,
Yang terhormat Ketua Kamar Dagang dan Industri, Mr. Park Yoong Man,
Para Menteri yang saya hormati, seluruh CEO yang pagi hari ini hadir,

Ini adalah kali kedua saya hadir di ASEAN-RoK CEO Summit. Dan sejak CEO Summit tahun 2014 dunia berubah begitu sangat cepatnya. Saat ini kita hidup di era yang dikenal dengan age of disruption, big data, artificial intelligence, teknologi 4.0 telah meruntuhkan semua definisi, ukuran, bahkan teori yang selama ini menjadi rujukan kita.

Kecepatan perkembangan teknologi telah mengubah cara hidup manusia secara dramatis. Jika satu dekade lalu kita mengenal perusahaan besar yang memiliki armada taksi, saat ini dengan teknologi, perusahaan besar digantikan oleh pemilik mobil perorangan. Dengan mulai uji coba mobil tanpa pengemudi,  dapat dibayangkan satu dekade ke depan transportasi hanya akan dikemudikan oleh teknologi tanpa perlu adanya sopir.

Age of disruption ini memberikan peluang yang sangat besar, namun di saat yang sama memiliki tantangan dan permasalahan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Tantangan ini semakin besar saat kita saksikan meningkatnya tendensi nasionalisme dan populisme ekonomi di beberapa negara dalam beberapa tahun terakhir. Gerakan antipasar bebas mengemuka, pendekatan proteksionisme pun semakin mendominasi. Kolaborasi dan paradigma win-win yang selama beberapa dekade menjadi basis bagi kerja sama ekonomi dunia mulai tergerus dengan pendekatan transaksional dan zero sum game yang semakin marak.

Kalau ini dibiarkan maka terjadinya resesi ekonomi dunia akan disfungsi sistem ekonomi dan keuangan global, serta ketidakpercayaan terhadap institusi ekonomi dunia tahun 1930-an dapat kembali terulang,  ini hati-hati. Inilah yang harus kita hindari bersama. Dan kalau ini terjadi, semuanya akan rugi, semuanya akan rugi. Negara maju, emerging economies, terlebih negara berkembang. Dunia usaha juga akan mengalami kerugian yang besar. Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengatakan tidak bagi resesi ekonomi global.

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Di tengah berbagai tantangan, ASEAN dan Korea harus merebut peluang besar dari age of disruption ini. Terobosan harus dilakukan. Kalau kita hanya business as usual akan tergerus di era ini. Saya kira ada tiga hal terobosan besar yang harus dilakukan negara ASEAN dan Korea.

Pertama, pembangunan infrastruktur yang berkualitas. Infrastruktur harus dibangun secara masif. Pembangunan infrastruktur akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui terciptanya pusat-pusat ekonomi baru termasuk di daerah-daerah terpencil.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, bagi Indonesia infrastruktur juga sebagai pemersatu bangsa karena Indonesia memiliki 17.000 pulau dari Sabang sampai Merauke. Selama lima tahun terakhir Indonesia terus membangun infrastruktur. Ini akan terus dilanjutkan pada periode kedua pemerintahan saya. Di kawasan, kerja sama infrastruktur dan konektivitas dapat memperbesar pertumbuhan ekonomi di kawasan. Tahun depan Indonesia akan menggelar forum infrastruktur dan konektivitas di kawasan Indo-Pasifik. Saya undang semua pelaku usaha untuk hadir merebut peluang investasi infrastruktur dan konektivitas di Indonesia dan juga di kawasan Indo-Pasifik.

Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian,
Untuk menarik investasi, khususnya pada proyek infrastruktur dan konektivitas, debirokratisasi dan deregulasi harus dilakukan. Di Indonesia, kami akan segera merevisi 74 undang-undang yang menghambat investasi dengan menerapkan undang-undang omnibus. Saya sudah minta untuk diselesaikan dalam waktu dekat ini.

Intinya satu, sederhanakan akses investasi dalam negeri maupun asing. Jadi intinya hanya satu yaitu sederhanakan akses investasi dalam negeri maupun asing.

Kedua, peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah kunci bagi lompatan ekonomi sebuah negara. Untuk itu, revitalisasi pendidikan guna menciptakan link and match antara pendidikan dan dunia kerja menjadi sebuah keniscayaan. SDM juga kunci bagi sebuah negara untuk antisipasi ekonomi ke depan.

Saya berpandangan ekonomi masa depan adalah industri kreatif dan digital. ASEAN dan Korea memiliki potensi besar dalam industri kreatif. Bloomberg Innovation Index pada tahun 2014 sampai 2017 menempatkan Korea pada peringkat teratas di sektor ekonomi kreatif atau industri kreatif. Ekspor industri kreatif RoK menyumbang USD5,79 (miliar) ke perekonomian nasionalnya. ASEAN dengan lebih dari 647 juta penduduk  merupakan aset bagi  pengembangan industri kreatif. Penguatan kerja sama ekonomi kreatif ASEAN dan Korea akan menjadi lompatan besar di kawasan.

Dalam konteks tersebut, Indonesia telah mengeluarkan peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk membangun industri yang berdaya saing global di era digital. Industri kreatif dan digital adalah salah satu the next big thing Indonesia. Indonesia saat ini menjadi tuan rumah perusahaan-perusahaan decacorn, unicorn, dan startup. Dan saya mengundang partisipasi pelaku usaha Korea dalam mendukung tumbuh kembangnya startup di Indonesia yang potensinya masih sangat besar.

Yang ketiga, pengembangan energi terbarukan mutlak harus dilakukan. ASEAN dan Korea harus menjadi champion pengembangan energi terbarukan di kawasan. Di Indonesia sejak tahun lalu kami sudah mencanangkan kewajiban mencampur biodiesel dari kelapa sawit dengan solar sebesar dua puluh persen atau B20. Tahun depan, kami akan mewajibkan peningkatan campuran biodiesel  tersebut menjadi tiga puluh persen atau B30.

Indonesia saat ini juga tengah mengembangkan energi listrik berbasis air. Kami memiliki sungai-sungai besar yang mampu menghasilkan energi listrik berbasis air dalam jumlah yang signifikan. Setidaknya ada dua lokasi, yaitu di Kalimantan Utara dengan potensi sebelas gigawatt dan di Papua dengan potensi dua puluh gigawatt.

Dengan menggunakan energi listrik dari tenaga air maka pengembangan industri  yang kami lakukan akan memiliki emisi  yang rendah. Hal ini merupakan bagian dari komitmen kami terhadap Perjanjian Paris.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang berbahagia,
Sebagai penutup, tantangan yang akan kita hadapi tidak semakin ringan. Keberanian untuk mengambil terobosan besar di era age of disruption adalah opsi satu-satunya untuk kita bisa menjadi pemenang. Saya ajak pengusaha ASEAN, pengusaha Korea untuk mengambil pilihan ini.

Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru