Bank Dunia: Meski Mengecil, Kinerja Ekonomi Indonesia Masih Kokoh

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 Oktober 2013
Kategori: Kawal APBN
Dibaca: 6.796 Kali

pertumbuhan_bank_duniaBank Dunia mengingatkan, kondisi moneter di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang makin ketat. Pertumbuhan kredit diakui masih tinggi tapi pinjaman-pinjaman baru melambat dan akan terus terjadi.

“Melambatnya permintaan domestik baru benar-benar terlihat pada kuartal kedua. Namun terlihat jelas bila dibandingkan saat tertinggi pada tahun 2012,” papar Jim Brumby, Lead Economist & Sector Manager World Bank Indonesia, saat peluncuran laporan triwulanan ekonomi Indonesia di Kampus S2 Paramadina, Energy Tower, SCBD, Jakarta, Jumat (4/10).

Menurut Brumby, melemahnya permintaan domestik terus terjadi akibat penyesuaian yang terjadi terkait dengan gejolak ekonomi dunia, disamping juga karena tingginya laju inflasi saat itu.

Sedangkan dalam investasi, lanjut Brumby, telah menurun secara signifikan, dari puncaknya 12% pada pertengahan 2012 jadi kurang dari 5% pada kuartal kedua 2013.

Terkait hal itu, Bank Dunia telah mengkoreksi proyeksi  pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB ) Indonesia untuk 2013 menjadi 5.6%, dan melemah jadi 5.3% pada 2014. Bila ini bisa dicapai Indonesia, menurut Brumby, akan menunjukkan kinerja yang baik bagi Indonesia.

“Bila proyeksi pertumbuhan kami berjalan, kinerja ekonomi Indonesia masih kokoh dibanding negara-negara mitra dagang utama meski perbedaan mengecil,” papar Lead Economist & Sector Manager World Bank Indonesia itu.

Brumby memberikan tiga saran kepada pemerintah dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia, yang disebutnya dengan tiga R, yaitu: Responding – tanggap untuk memfasilitasi penyesuaian jangka pendek; Reducing Uncertainty – mengurangi ketidakpastian dengan rencana cadangan dan komunikasi oleh pihak otoritas utk tingkatkan kepercayaan; dan Refocusing – memfokuskan upaya kebijakan untukk tingkatkan daya saing dan tingkat pertumbuhan.

Terkait dengan Refocusing tu, menurut Brumby, bisa dicapai  melalui : 1) implementasi paket kebijakan ekonomi bulan Agustus; 2) menambah inisiatif-insiatif yang tidak terlalu sulit, misalnya fasilitasi perdagangan; dan 3) melanjutkan reformasi sektor finansial.

Dalam kesempatan itu, Jim Brumby menyampaikan pujiannya atas dikeluarkannya Paket Kebijakan Ekonomi yang dilakukan pemerintah pada bulan Agustus sudah. Namun ia mengingatkan, tindak lanjut dan implementasi dari Paket Kebijakan itu jadi kunci penting.

Kemajuan

Menanggapi laporan Bank Dunia itu, Kepala Pusat Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF)Kementerian Keuangan Lucky Al Firman mengatakan, dalam 3 (tiga) tahun terakhir sesungguhnya Indonesia mengalami “nasib baik” yang sebenarnya kurang normal. Ia justru menilai, tantangan yang dihadapi Indonesia sekarang ini adalah kondisi normal.

Luky menyebutkan adalah kemajuan yang sudah dicapai pemerintah sekarang, yaitu mulai berlalunya defisit anggaran. Selain itu, pemerintah baru saja menyetujui revisi outlookpertumbuhan menjadi 5.9% untuk 2013, dan inflasi sebesar 7.2%.

“Dari pengalaman, saya melihat proyeksi IMF dan Bank Dunia cenderung pesimis, sementara Pemerintah dan Bank Pembangunan Asia (ADB) cenderung optimistis. Tapi, realitanya di tengah-tengah,” ungkap Lucky.

Senada dengan Lucky, salah satu petinggi Lippo Group, John Riady mengatakan, penyesuaian-penyesuaian yang terjadi di Indonesia saat ini terkait dengan gejolak ekonomi dunia, termasuk depresiasi nilai Rupiah, sebenarnya adalah sesuatu yang “sehat”.

“Menurut saya, kemarin-kemarin Rupiah tidak berada pada nilai sebenarnya. Turunnya nilai Rupiah menurut saya bukan masalah besar, yang perlu jadi perhatian adalah sistem di dalam negeri,” tuturnya.

Ia mengemukakan, saat ini ekonomi global beralih dari pusat Atlantik ke Pasifik, yaitu Amerika Serikat, Jepang dan China. “China saat ini sedang mengalami koreksi dan ini jadi peluang bagi Indonesia,” papar John. (ES)

Kawal APBN Terbaru