Bebaskan Eva Bande, Presiden: Jangan Ada Lagi Aktivis Masuk Bui Karena Perjuangkan Hak Rakyat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 22 Desember 2014
Kategori: Berita
Dibaca: 23.431 Kali
Eva Susanti Bande

Eva Susanti Bande

Bertepatan dengan Peringatan Hari Ibu 2014, pada Senin (22/12), Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi memberikan grasi kepada aktivis perempuan Eva Susanti Bande, yang dihukum oleh Pengadilan Negeri Luwuk, Sulawesi Tengah, selama 4 (empat) tahun karena memperjuangkan hak tanah rakyat.

Keputusan pemberian grasi itu secara resmi diumumkan oleh Presiden Jokowi saat menghadiri peringatan Hari Ibu 2014 yang juga dihadiri oleh Eva Susanti Bande, di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Senin (22/12).

Hari ini resmi saya berikan grasi karena saya tahu yang diperjuang oleh Ibu Eva adalah hak-hak rakyat, yang berkaitan dengan tanah,” kata Jokowi.

Presiden meminta agar kasus yang dialami oleh Eva Susanti Bande, yang memperjuangkan hak-hak tanah rakyat namun harus mendekan di bui.

“Saya kira hal-hal seperti inilah yang harus terus kita perjuangkan, jangan sampai ada lagi aktivis-aktivis perempuan yang memperjuangkan hak-haknya, yang memperjuangkan hak-hak rakyat justru malah akhirnya masuk ke tahanan. Jangan ada lagi hal seperti itu lagi,” pintanya.

Sebelumnya saat menghadiri hari Hak Asasi Manusia (HAM) di Yogya pada Selasa (9/12) lalu, Presiden Jokowi sudah menyampaikan sikapnya untuk memberikan grasi kepada Eva Susanti Bande.
Jokowi mengaku, ia telah menerima permohonan grasi Eva Susanti beberapa waktu lalu. Setelah mempelajari permohonan tersebut, Jokowi memutuskan untuk memberikan grasi pada Eva.

“Pada peringatan Hari Ibu, saudari Eva semoga sudah bebas dan bisa kembali kumpul dengan suami dan putra-putrinya,” kata Jokowi saat itu.

Hak Tanah

Eva Bande ditangkap Kamis, 15 Mei 2014, di Kecamatan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Perempuan asli Luwuk, Kabupaten Banggai ini, ditangkap orang-orang dari tim Kejaksaan Negeri Luwuk bekerja sama dengan tim dari Kejaksaan Agung.

Eva merupakan aktivis perempuan pejuang agraria. Ia memimpin Front Rakyat Advokasi Sawit Sulawesi Tengah, sebuah organisasi rakyat yang memperjuangkan hak-hak petani untuk mendapatkan tanah yang dirampas oleh pemilik modal. Karena aktivitas inilah Eva Bande ditangkap. Ia dianggap melanggar hukum karena memimpin perjuangan petani melawan perusahaan sawit PT. KLS di Desa Piondo, Kecamatan Toili.

Mahkamah Agung (MA) dalam putusan kasasinya pada 12 April 2013 memutuskan vonis 4 (empat) tahun penjara bagi Eca, sesusai putusan Pengadilan Tinggi Sulteng Februari 2011 dan putusan PN Luwuk November 2010.

Eva dituduh melakukan tindak pidana  sebagaimana diatur dalam Pasal 160 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Atas putusan Kasasi tersebut, Eva sedang mengajukan permohonan Peninjauan Kembali dengan Register Perkara No.: 03/PID.PK/2014/PN.Lwk tertanggal 21 Agustus 2014. (*/ES)

Berita Terbaru