Beda Dengan 1998, Presiden Jokowi: Jangan Terlampau Cemas Hadapi Pelemahan Rupiah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, terkait dengan melemahnya nilai tukar rupiah akhir-akhir ini, sebenarnya dari sisi fundamental ekonomi tidak banyak hal yang perlu dikhawatirkan karena memang semua negara sekarang ini mendapatkan pelemahan nilai tukarnya.
Kita melihat bahwa sebetulnya negara kita kalau dibandingkan dengan Jepang, Malaysia, apalagi dengan Rusia, kita berada pada posisi yang masih sangat baik, kata Jokowi saat memimpin Rapat Terbatas Perekonomian di kantor Presiden, Jakarta, Rabu (17/12) pagi.
Menurut Presiden, justru kesempatan seperti ini (menguatnya mata uang dollar AS) harusnya dari industri harus didorong. Harus diberikan insentif agar industri-industri yang berorientasi ekspor itu bisa lebih cepat sehingga bisa mengambil keuntungan dari posisi pelemahan nilai rupiah ini, ujarnya.
Presiden Jokowi ingin satu pikiran dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar pelemahan rupiah ini tidak ditanggapi dengan sebuah kecemasan atau kekhawatiran yang amat sangat.
Semua negara mengalami ini, dan jangan dibandingkan dengan 1997 dan 1998 karena keadaannya memang berbeda. Saya mengalami sendiri saat itu, kata Jokowi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, seiring dengan pelemahan mata uang negara-negara lain, nilai tukar rupiah sejak beberapa hari terakhir mengalami pelemahan. Terakhir, pada perdagangan kemarin menurut kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah tercatat Rp 12.900 terhadap dollar AS.
Rapat Terbatas bidang perekonomian itu antara lain dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mensesneg Pratikno, Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Wijayanto, Menko Perekonomian Sofyan Jalil, dan Kepala Bappenas Andrinov Chaniago. (Humas Setkab/ES)