Bertemu Tokoh Lintas Agama, Presiden Jokowi: Jangan Kita Saling Menghujat, Kita Ini Saudara

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 Mei 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 31.261 Kali
Presiden Jokowi saat bertemu dengan tokoh lintas agama yang tergabung dalam Asosiasi Forum Komunikasi Umat Beragama, di Istana, Bogor, Jabar, Selasa (23/5). (Foto: Humas/Agung)

Presiden Jokowi saat bertemu dengan tokoh lintas agama yang tergabung dalam Asosiasi Forum Komunikasi Umat Beragama, di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Selasa (23/5). (Foto: Humas/Agung)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, pada berbagai kesempatan dirinya selalu menerima pernyataan kekaguman dari pemimpin negara-negara lain atas keberagaman di Indonesia, yang memiliki 17.000 pulau, 516 kabupaten/kota, 34 provinsi, lebih dari 700 suku, dan lebih dari 1.100 bahasa lokal.

“Tidak ada negara manapun di dunia ini yang sebegitu ragamnya seperti Indonesia, dengan juga beragam agama, enggak ada. Di dunia manapun enggak ada,” kata Presiden Jokowi saat bertemu dengan tokoh lintas agama yang tergabung dalam Asosiasi Forum Komunikasi Umat Beragama Indonesia, di Istana Kepresidenan Bogor, Jabar, Selasa (23/5) siang.
Bahkan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang negaranya terpecah-belah dalam puluhan faksi saat bertemu dirinya, menurut Presiden, berpesan agar menjaga yang namanya kerukunan dan persatuan.

“Jangan biarkan 250 juta lebih penduduk Indonesia ini berantem gara-gara 1.000, 2.000, dan 10.000 orang. Jangan korbankan rakyat,” kata Presiden mengutip pesan Presiden Ashraf Ghani.

Meski terdiri dari berbagai keragaman, menurut Presiden, kerukunan, toleransi, persaudaraan, persatuan di Indonesia ini dikagumi negara lain.

“Jadi kalau kita ini ada gesekan-gesekan kecil, ya wajar, tapi segera selesaikan, segera rampungkan. Jangan sampai dibawa berbulan-bulan persoalan-persoalan yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan cepat,” tutur Presiden.

Jangan Saling Menghujat

Dalam acara yang dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla itu, Presiden Jokowi meminta para tokoh lintas agama untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat terhadap persoalan-persoalan, yang banyak bermuara ke politik.

“Berikan pemahaman kepada masyarakat yang mana wilayah politik, yang mana wilayah hukum, yang mana wilayah agama, biar pilah-pilah, pisah-pisah, jangan dicampur aduk. Kita sekarang ini mulai campur aduk,” tutur Presiden.

Presiden Jokowi mengajak agar peristiwa yang terjadi dalam 6-8 bulan terakhir ini untuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki pengalaman yang baik, lebih dewasa dan matang dalam berpolitik, serta bisa melihat apakah peristiwa tersebut politik atau sebuah peristiwa hukum.

“Kita semuanya kembali fokus kepada tujuan utama kita berbangsa dan bernegara. Jangan kita ter-framing, terjebak pada isu-isu seperti 6-8 bulan ini yang menghabiskan saving energi kita, menghabiskan tabungan energi kita untuk hal-hal yang sebetulnya bisa kita pakai untuk memajukan negara ini, membentuk negara kita Republik Indonesia ini,” tutur Presiden seraya menegaskan, bahwa tujuan membentuk negara bukan untuk membuat berseteru dan bertikai.

“Jadi tolong disampaikan terus kepada masyarakat bahwa tujuan utama kita jelas yaitu menciptakan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,” sambung Presiden.

Oleh sebab itu, Presiden Jokowi meminta para tokoh lintas masyarakat agar mengajak masyarakat jangan banyak berdebat untuk sesuatu yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan musyawarah.

“Jangan kita ini saling menghujat padahal energi itu bisa kita pakai untuk membangun negara ini. Jangan kita saling menyalahkan yang menghabiskan tenaga dan pikiran kita padahal energi itu bisa kita pakai untuk membangun negeri ini,” tutur Presiden Jokowi.

Presiden juga meminta agar jangan menghabiskan tenaga dan energi untuk saling menjelekkan karena bangsa Indonesia semuanya bersaudara.

“Ini harus kita ingat-ingatkan terus peristiwa-peristiwa di negara yang lain, kalau sudah bertikai itu kayak apa jadinya,” pinta Presiden seraya menegaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki sebuah kesempatan untuk membangun negara, untuk masa depan generasi mendatang, karena kepercayaan itu sekarang ada. Tampak hadir dalam kesempatan itu Mensesneg Pratikno dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. (DNA/UN/DNS/ES)

Berita Terbaru