BI: Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II Catat Surplus Cukup Besar

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 18 Agustus 2020
Kategori: Berita
Dibaca: 7.253 Kali

Perubahan Angka Statistik NPI Dibandingkan Publikasi Triwulan I 2020. (Sumber: Bank Indonesia)

Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2020 mencatat surplus yang cukup besar, menopang ketahanan eksternal Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, melalui rilis, Selasa (18/8).

”NPI mencatat surplus sebesar 9,2 miliar dolar AS pada triwulan II 2020, setelah mengalami defisit 8,5 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja NPI tersebut didukung oleh menurunnya defisit transaksi berjalan serta besarnya surplus transaksi modal dan finansial,” ujar Onny.

Sejalan dengan perkembangan surplus NPI tersebut, Kepala Departemen Komunikasi BI menyampaikan posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2020 meningkat menjadi sebesar 131,7 miliar dolar AS. Ia menambahkan bahwa posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,1 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.

”Defisit transaksi berjalan makin menurun, ditopang oleh surplus neraca barang serta berkurangnya defisit neraca pendapatan primer,” ungkap Onny. Defisit transaksi berjalan, lanjut Onny, tercatat sebesar 2,9 miliar dolar AS (1,2% dari PDB), lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya sebesar 3,7 miliar dolar AS (1,4% dari PDB). Penurunan defisit transaksi berjalan tersebut, sambung Onny, bersumber dari surplus neraca perdagangan barang akibat penurunan impor karena melemahnya permintaan domestik.

”Di samping itu, defisit neraca pendapatan mengecil karena berkurangnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi domestik di triwulan II 2020 yang tercermin pada penurunan kinerja perusahaan dan investasi,” kata Onny.

Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi BI menyampaikan defisit neraca jasa sedikit meningkat didorong oleh defisit jasa perjalanan karena kunjungan wisatawan mancanegara yang turun signifikan selama pandemi Covid-19. Di sisi lain, Ia menyampaikan remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) berkurang, sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia juga menahan penurunan defisit transaksi berjalan lebih lanjut.

”Transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2020 mencatat surplus cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalan dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global,” ujarnya. Surplus transaksi modal dan finansial, kata Onny, tercatat sebesar 10,5 miliar dolar AS terutama berasal dari aliran masuk neto investasi portofolio dan investasi langsung, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit 3,0 miliar dolar AS.

Menurut Onny, aliran masuk investasi portofolio meningkat dalam bentuk penerbitan global bond oleh Pemerintah dan korporasi serta pembelian Surat Utang Negara (SUN). ”Berlanjutnya aliran masuk modal asing tersebut dipengaruhi oleh likuiditas global yang meningkat, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, dan terjaganya keyakinan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia,” katanya.

Investasi langsung, menurut Onny, turut menyumbang surplus pada neraca transaksi modal dan finansial, meskipun relatif melambat dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya, sejalan dengan kontraksi ekonomi domestik. Transaksi investasi lainnya, tambah Onny, mengalami defisit dipengaruhi oleh pola kuartalan meningkatnya pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo.

Dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia, berkoordinasi erat dengan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik kembali membaik.

”Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” ungkapnya. (Departemen Komunikasi BI/EN)

Berita Terbaru